Mohon tunggu...
Gabriela Natasya Manueke
Gabriela Natasya Manueke Mohon Tunggu... -

Mahasiswi Minim Talenta

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Serba-serbi Menulis di Media Digital

7 Februari 2018   00:16 Diperbarui: 7 Februari 2018   01:21 732
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Media digital bukan lagi hal yang baru saat ini bagi kita. Kebanyakan dari kita bahkan mengaksesnya setiap hari.

Berbagai informasi dapat kita temukan dengan mudah melalui media digital. Sumber informasi di dunia digital tersebut sangat beragam.

Tidak hanya melalui portal berita, bahkan melalui captionteman yang kita baca di instagram, facebook, atau mungkin twitter. Bahkan kita sendiri juga bisa membagikan informasi yang kita inginkan melalui media sosial yang kita miliki. Cukup mencantumkan informasi yang kita inginkan pada kolom caption.

Namun, sebelum kita menulis untuk media digital, ada baiknya jika kita juga mempelajari dasar penulisan yang baik untuk media digital. Agar nantinya dapat kita terapkan dalam tulisan kita.

Supaya kita dapat memahami dengan lebih mudah kita akan menganalisis tulisan berbasis digital. Jika beberapa waktu yang lalu saya sudah pernah menganalisis secara sederhana penulisan jurnalistik pada media online New York Times, maka kali ini saya akan menganalisis secara sederhana penulisan pada captioninstagram milik salah satu media dalam negeri, yaitu Tempo.co dengan akun @tempodotco 

Pada kali ini kita menganalisis postingan dari @tempodotco pada tanggal 5 Februari 2018. Dalam foto yang di-posting tersebut terdapat foto headline Koran Tempo untuk tanggal tersebut.

Headline tersebut bertuliskan "TNI IKUT TANGANI DEMONSTRASI". Selain itu foto tersebut juga berisi ilustrasi Kepala Polri Jenderal Tito Karnavian dan Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto yang sedang berjabat tangan. Mari kita mulai menganalisis.

Salah satu nasihat yang baik untuk menulis bagi media digital dikemukakan oleh Neil Taylor, salah satu direktur kreatif pada sebuah agensi merk dan bahasa bernama "The Writer". Menurutnya, semakin pendek kalimat, semakin menyenangkan. Bagi Neil kita juga tidak dapat membiarkan kalimat pendek menjadi membosankan.

Seperti yang kita ketahui menulis untuk media kalimat yang harus digunakan adalah kalimat tunggal. Namun sayangnya beberapa penulisan kalimat yang ditulis dalam media digital masih berupa kalimat bertingkat atau kalimat majemuk.

Hal ini dapat membuat penyampaian informasi tidak efektif dan terkesan bertele-tele. Versi digital sangat berbeda dengan versi cetak.

Pada versi cetak bentuknya akan membuat si pembaca fokus kepada seluruh informasi yang disediakan. Sedangkan dalam versi digital setiap halaman harus dapat berdiri secara mandiri.

Dalam kasus postingan Tempo.co ini kita dapat melihat kalimat-kalimat yang dikemukakan sangat menyasar pada poin-poin penting. Kita dapat mengamatinya pada gambar berikut.

PENULISAN

Dapat kita lihat postingan tersebut hanya terdiri dari sembilan kalimat yang kemudian dibagi kedalam dua paragraf. Hal ini juga memang ditujukan agar para followers kemudian penasaran dan membuka website dan membaca berita secara keseluruhan.

Namun, walaupun begitu informasi yang disediakan di instagram ini sudah cukup menjelaskan. Kalimat pertama yang digunakan memang adalah kalimat tunggal.

Kalimat pertama yang ditulis berbunyi, "Kerjasama TNI-Polri
Tentara Nasional Indonesia dan Kepolisian RI menandatangani nota kerja sama penanganan urusan yang selama ini menjadi kewenangan polisi.
"

Kalimat tersebut memang sudah mewakili poin penting dari informasi yang akan disampaikan. Namun, kalimat tersebut masih memerlukan kalimat penjelas.

Pada kalimat kedua masih dengan kalimat tunggal, kalimat tersebut menjelaskan apa saja isi nota tersebut dan berapa lembar jumlah nota tersebut. Selain itu, kalimat tersebut juga jelas dituliskan bagaimana posisi TNI dalam nota kesepakatan tersebut dalam membantu polisi.

Ekonomi kata juga harus diperhatikan ketika kita akan menulis untuk media digital. Menurut Jakob Nielsen yang merupakan ilmuwan komputer dan melakukan riset terhadap pembaca media digital dia menemukan sebuah perbedaan dalam pembaca media konvensional dan media digital.

Dalam hasil risetnya Nielsen mengemukakan bahwa orang yang membaca lewat website rata-rata membaca 25% lebih pelan pada layar daripada membaca di kertas. Ini juga berarti para pembaca tersebut membaca jauh lebih sedikit.

Dari hasil penelitian tersebut Nielsen menyarankan untuk mulai menghitung kata alias menerapkan ekonomi kata yang akan ditulis ke dalam media digital. Hal ini dimaksudkan agar pembaca mendapatkan informasi yang sesuai dengan yang dibutuhkan dan tidak membuang-buang waktu, tetapi terkait hal ini masih banyak menjadi perdebatan diantara para penulis dan editor.

Jumlah kata yang kita gunakan juga akan berpengaruh pada panjang tulisan yang kita buat. Biasanya semakin panjang tulisan akan semakin malas orang membacanya.

Jadi penting bagi kita untuk menyampaikan informasi secara langsung. Dalam hal ini Tempo.Co sudah melakukannya dengan baik, mereka menuliskan caption dengan langsung, juga ringkas.

VISUAL

Selain teknis penulisan kalimat ada beberapa hal lain yang juga perlu kita perhatikan. Apalagi ketika kita menggunakan gambar atau visual untuk melengkapi tulisan kita.

Hal yang harus diperhatikan dalam pemilihan gambar ada beberapa hal. Selain menarik, kita juga harus memperhatikan apakah gambar tersebut sesuai dengan tulisan yang kita buat.

Visual dalam hal ini bukan saja gambar, tetapi juga video, animasi ataupun grafik yang nantinya kita tampilkan. Karena kehadiran visual-visual tersebut juga memiliki fungsi.

Fungsi visual tersebut seharusnya membantu kita untuk mempersingkat informasi yang kita sampaikan dalam tulisan. Maka dari itu kita juga harus memastikan apakah visual tersebut penting dan cocok untuk dicantumkan.

Menurut Frank Stella, salah satu web desainer asal Amerika, mengatakan "Apa yang kita lihat adalah apa yang kita lihat". Hal yang dimaksud adalah apa yang kita tampilkan pada media digital haruslah apa yang sebenarnya, yang benar-benar menggambarkan isi konten tulisan kita.

Dokumen Pribadi
Dokumen Pribadi
Seperti yang sudah dijelaskan di atas, dalam postingan ini Tempo.co juga sudah memberikan visual atau ilustrasi yang sesuai dengan konten tulisan mereka. Mereka menampilkan ilustrasi petinggi dari kedua instansi negara yang sedang diberitakan.

Dari contoh yang sudah kita analisis bersama kita dapat mempelajari beberapa hal yang penting dan perlu kita perhatikan dalam menulis untuk media digital. Baik dari segi teknis penulisan dan pemilihan visual yang mendukung.

Semoga kita dapat menerapkannya dalam tulisan-tulisan yang akan kita unggah baik itu berupa caption ataupun sekedar status di media sosial.

Sama halnya dengan olahraga, menulis juga membutuhkan latihan. Maka dari itu, untuk dapat menulis dengan baik, kita juga harus sering berlatih untuk menulis.

Sekian analisis sederhana kali ini, semoga bermanfaat~

SUMBER

https://koran.tempo.co/2018/02/05

Caroll, Brian. 2010. Writing For Multimedia . New York: Routledge

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun