Mohon tunggu...
Gabrielle Christine
Gabrielle Christine Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Psikologi

Seorang mahasiswa psikologi di Jakarta

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Perbedaan Konsep Tuhan dan Dampaknya pada Ekosistem

12 November 2021   02:00 Diperbarui: 12 November 2021   02:02 206
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mengingat berita dari NASA mengenai climate change yang sudah tidak dapat dihindari atau dihentikan lagi, baiknya kita merefleksi diri dan berdiam diri sejenak untuk berpikir. Pikirkanlah mengapa hal tersebut dapat terjadi, apakah usaha manusia untuk menanggulangi kerusakan yang terjadi di bumi adalah suatu kebohongan semata? Izinkan saya untuk menjelaskan salah satu aspek mengapa kita bisa berada di titik ini.

Setiap hari, manusia bekerja, beraktivitas, dan melakukan kegiatan lainnya. Selagi sebagian orang mengusahakan untuk membuat sebuah perubahan, ada juga sebagian lainnya yang secara sadar maupun tidak sadar merusak ekosistem di bumi ini. 

Hal ini terus bergilir sampai saat ini dimana kita sendiri dapat merasakan dan menyadari perubahan-perubahan yang terjadi pada iklim kita. Salah satu contohnya, perubahan iklim pada tempat-tempat seperti Kutub Utara yang kian hari es-nya semakin mencair. 

Perubahan ini disebabkan oleh global warming atau pemanasan global karena lapisan ozon yang terkikis karena polusi (terutama polusi udara). Semakin menipisnya hutan karena penggundulan hutan juga menjadi salah satu penyebab mengapa lapisan ozon menipis karena polusi tidak dapat ditangani akibat hutan yang gundul. Jadi, apakah yang menjadi faktor penyebab masalah disini?

Dari penjelasan sebelumnya, kerusakan alam utamanya disebabkan oleh manusia sendiri. Keegoisan manusia dalam mengeksploitasi sumber daya alam dan hasil bumi.  Walaupun begitu, terdapat masyarakat yang berjuang untuk mengusahakan perubahan. 

Masyarakat ini meliputi orang-orang yang tinggal di pedalaman dan hidup berdampingan dengan hutan dan semua organisasi yang bergerak untuk pelestarian flora, fauna, dan ekosistem bumi. Orang-orang yang tinggal di pedalaman memiliki sebuah konsep atau kepercayaan yang dipegang erat. 

Kepercayaan ini adalah konsep Allah maha kuasa dan maha penghukum yang mengatur segalanya. Konsep ini dijadikan sebuah pegangan erat untuk selalu hidup dalam kedamaian dan menghindari bencana yang dapat diberikan oleh Allah sebagai hukuman. 

Mereka percaya bahwa sudah seharusnya mereka menjaga dan melestarikan pemberian Allah sebagai manusia yang sudah mendapatkan pemberian Allah berupa beragam jenis flora dan fauna serta alam yang indah. Jika tidak, Allah bisa memberikan hukuman berupa bencana dalam bentuk apapun karena Allah adalah Yang Maha Kuasa. Konsep seperti ini yang membuat mereka terus melindungi alam di sekitarnya dan menghargai ciptaan Allah. 

Kemudian ada organisasi-organisasi non-profit dan profit yang berusaha sebisa mungkin untuk membuat perubahan. Perubahan disini maksudnya mengusahakan adanya perubahan pada alam kita dengan berusaha melindungi dan melestarikan baik flora maupun fauna.

Mengingat bahwa kewajiban kita diciptakan sebagai manusia yang berakal budi di bumi ini, semua organisasi dan masyarakat yang selalu berusaha untuk dapat memberikan kontribusi dalam menjaga dan melestarikan alam dapat kita jadikan sebagai contoh yang sangat baik untuk mulai berkontribusi juga. 

Selanjutnya, terdapat masyarakat yang belum atau masih belum berkontribusi dalam upaya melestarikan dan menjaga alam. Seringkali kita melupakan hal-hal kecil seperti membuang sampah sembarangan yang dapat merusak ekosistem. Tindakan seperti ini adalah tanda kurangnya kepedulian pada alam. Jika saya melanjutkan dengan terus memberikan contoh, sepertinya masyarakat ini sudah terlalu banyak diberikan peringatan dengan sebuah ajakan. 

Lalu, mengapa sampai sekarang masyarakat masih saja melakukan hal-hal yang merusak lingkungan walaupun sudah banyak upaya untuk menyadarkan masyarakat seperti dibuatnya hukum atau undang-undang? Tidak jarang kita melihat spanduk larangan membuang sampah sembarangan, tetapi tidak jauh dari spanduk itu ada saja sampah yang dibuang secara sembarangan. 

Mengapa masih ada yang menyerang, memperjual-belikan secara ilegal, dan mengambil fauna yang dilindungi walaupun sudah ada hukum atau aturan terkait dengan perlindungan fauna? Mengapa masih ada perusahaan yang terus mengeksploitasi hasil bumi tanpa mengenal batas walaupun sudah ada undang-undang yang dibuat mengenai pelestarian hasil bumi? 

Pertanyaan-pertanyaan ini mungkin sering kita dengar dari sekian banyak artikel, tulisan, atau berita yang menyuarakan pendapat. Apakah kita memang manusia bebal yang berpegang erat pada konsep Allah maha penyayang dan pengampun sehingga kita bertindak seenaknya saja?

Lalu, bagaimana kita seharusnya bersikap sebagai manusia yang berakal budi dan cipataan Allah Yang Maha Esa? Satu hal yang saya selalu ingat dari pengajaran yang saya dapatkan dari ibadah agama saya adalah untuk selalu tunjukkan rasa syukur kita. Ingatlah bahwa kita harus menyadarkan diri untuk melihat realita agar kita dapat terus mensyukuri segala pemberian dari Allah. 

Terkadang kita lupa bahwa, kita tidak bisa hanya membiarkan sebagian orang yang sudah berupaya untuk terus mengupayakan pelestarian bumi. Kita harus bersatu berupaya untuk mengupayakan perubahan agar dapat terwujud. Tidak ada salahnya memiliki konsep yang berbeda mengenai Allah. Karena hal inilah yang membuktikan bahwa kita beragam, tetapi tetap satu. 

Jadikanlah konsep Tuhan maha penyayang dan pengampun sebagai salah satu alasan mengapa kita harus bersyukur sehingga kita wajib melestarikan pemberian-Nya. Jika kita bersyukur untuk hal tersebut, kita wajib menunjukkannya melalui tindakan kita. Salah satunya menjaga pemberian Allah yaitu ekosistem di dunia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun