Lalu, mengapa sampai sekarang masyarakat masih saja melakukan hal-hal yang merusak lingkungan walaupun sudah banyak upaya untuk menyadarkan masyarakat seperti dibuatnya hukum atau undang-undang? Tidak jarang kita melihat spanduk larangan membuang sampah sembarangan, tetapi tidak jauh dari spanduk itu ada saja sampah yang dibuang secara sembarangan.Â
Mengapa masih ada yang menyerang, memperjual-belikan secara ilegal, dan mengambil fauna yang dilindungi walaupun sudah ada hukum atau aturan terkait dengan perlindungan fauna? Mengapa masih ada perusahaan yang terus mengeksploitasi hasil bumi tanpa mengenal batas walaupun sudah ada undang-undang yang dibuat mengenai pelestarian hasil bumi?Â
Pertanyaan-pertanyaan ini mungkin sering kita dengar dari sekian banyak artikel, tulisan, atau berita yang menyuarakan pendapat. Apakah kita memang manusia bebal yang berpegang erat pada konsep Allah maha penyayang dan pengampun sehingga kita bertindak seenaknya saja?
Lalu, bagaimana kita seharusnya bersikap sebagai manusia yang berakal budi dan cipataan Allah Yang Maha Esa? Satu hal yang saya selalu ingat dari pengajaran yang saya dapatkan dari ibadah agama saya adalah untuk selalu tunjukkan rasa syukur kita. Ingatlah bahwa kita harus menyadarkan diri untuk melihat realita agar kita dapat terus mensyukuri segala pemberian dari Allah.Â
Terkadang kita lupa bahwa, kita tidak bisa hanya membiarkan sebagian orang yang sudah berupaya untuk terus mengupayakan pelestarian bumi. Kita harus bersatu berupaya untuk mengupayakan perubahan agar dapat terwujud. Tidak ada salahnya memiliki konsep yang berbeda mengenai Allah. Karena hal inilah yang membuktikan bahwa kita beragam, tetapi tetap satu.Â
Jadikanlah konsep Tuhan maha penyayang dan pengampun sebagai salah satu alasan mengapa kita harus bersyukur sehingga kita wajib melestarikan pemberian-Nya. Jika kita bersyukur untuk hal tersebut, kita wajib menunjukkannya melalui tindakan kita. Salah satunya menjaga pemberian Allah yaitu ekosistem di dunia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H