Mohon tunggu...
Gabriella Evelyn
Gabriella Evelyn Mohon Tunggu... Lainnya - Siswi

Kelompok tantangan 30 hari menulis(7A) -Gaby.E -Grace.P -Michelle -Keshia -Keiko

Selanjutnya

Tutup

Cerbung

Permainan Berujung Maut, Saat Teman Salah Mengartikan

26 Oktober 2024   23:09 Diperbarui: 27 Oktober 2024   03:47 69
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sesampainya mereka di rumah sakit, mereka segera masuk ke ruang tunggu, menanti kabar dari dokter tentang kondisi Zoe. Setelah beberapa saat yang terasa seperti selamanya, seorang dokter keluar dari ruang gawat darurat.

"Dok, bagaimana keadaan teman kami?" tanya Rylan dengan nada cemas.

Dokter menghela napas sejenak sebelum menjawab, "Zoe masih dalam keadaan kritis. Kami sedang melakukan yang terbaik. Tapi ini bukan cedera ringan, jadi tolong bersiap dengan kemungkinan apapun."

Mendengar itu, Syenna semakin terisak, menutup wajahnya dengan tangan. Theo merangkul bahu Syenna, mencoba memberinya dukungan. Lyren hanya bisa berdiri terdiam di sudut ruangan, menatap kosong ke lantai sambil menahan air matanya yang sudah tak terbendung.

"Lyren..." kata Theo dengan suara lembut, mendekatinya. "Kenapa kamu sampai membawa pisau beneran?"

"Aku... aku nggak tahu. Aku pikir, aku hanya mengikuti aturan permainan... aku nggak paham kalau ini salah..." jawab Lyren dengan suara bergetar.

Theo menghela napas panjang, lalu berkata, "Tapi, kita semua kan cuma niat buat bersenang-senang, Ren. Seharusnya kamu nggak bawa benda berbahaya kayak gitu. Tapi... yang terjadi sudah terjadi. Sekarang, yang bisa kita lakukan hanya berdoa semoga Zoe bisa selamat."

Mereka semua terdiam, masing-masing larut dalam pikiran dan penyesalan masing-masing.

Tak lama, polisi datang untuk menyelidiki kejadian tersebut. Mereka memanggil Lyren dan meminta penjelasan mengenai insiden itu. Sementara Syenna, Theo, dan Rylan hanya bisa melihat dari kejauhan, merasa semakin terbebani oleh situasi yang mereka alami.

"Aku nggak pernah berniat melukai Zoe... sungguh," ucap Lyren saat memberikan kesaksiannya. Matanya penuh dengan rasa bersalah yang mendalam. Polisi hanya mencatat dan meminta Lyren ikut ke kantor polisi untuk penyelidikan lebih lanjut.

Syenna, Theo, dan Rylan hanya bisa melihat Lyren dibawa pergi, meninggalkan mereka di rumah sakit dengan perasaan campur aduk---antara sedih, marah, dan juga simpati. Mereka menyadari bahwa kejadian ini akan mengubah hidup mereka selamanya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun