Mohon tunggu...
Healthy

Masih Berani Meremehkan Terapi Hemofilia?

25 November 2017   00:12 Diperbarui: 25 November 2017   00:18 885
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Hemofilia adalah suatu penyakit yang menyebabkan gangguan pendarahan karena kekurangan faktor pembekuan darah. (http://www.alodokter.com). Akibatnya, pendarahan berlangsung lebih lama saat tubuh mengalami luka. Hemofilia merupakan salah satu bentuk perdarahan herediter yang paling sering dijumpai, penyakit X-linked resesif. (Price, Sylvia Anderson,1984). Semua anak perempuan dari pria penderita hemofilia menjadi seorang karier. Anak laki-laki dari seorang wanita karier hemofilia memiliki kemungkinan 50% menjadi penderita hemofilia. Memang ada wanita homozigot dengan hemofilia (ayah hemofilia, ibu karier), tetapi keadaan ini sangat jarang terjadi.

Hemofilia sendiri merupakan gangguan koagulasi yang paling sering dan serius.  Dalam keadaan normal, protein yang menjadi faktor pembeku darah membentuk jaring penahan di sekitar platelet (sel darah) sehingga dapat membekukan darah dan pada akhirnya menghentikan perdarahan. Pada penderita hemofilia, kekurangan protein yang menjadi faktor pembeku darah tersebut mengakibatkan perdarahan terjadi secara berkepanjangan. Kelainan ini terkait dengan defisiensi faktor VIII, IX, atau XI yang ditentukan secara genetik

. Ciri khas hemofilia adalah hemartrosis. Hemartrosis yaitu pendarahan ke dalam sendi siku, lutut, dan pergelangan telapak kaki menyebabkan rasa nyeri dan pembengkakan serta pembatasan pergerakan sendi, hal ini disebabkan oleh trauma yang kecil namun spontan terjadi. Hematuria spontan memang sangat mengganggu namun biasanya bukan merupakan komplikasi yang serius.

Oleh karena itu, memang tidak dapat dipungkiri bahwa penyakit ini tidak bisa disembuhkan karena merupakan penyakit bawaan. Pencegahan trauma merupakan salah satu aspek penting perawatan anak hemofilia. Selain itu terdapat pula terapi penggantian yang bisa menjadi salah satu alternatif pengobatan pasien hemofilia.

Pertama, tipe Defisiensi Faktor VIII atau yang kerap kali disebut Hemofilia A:

            Sekitar 80% kasus hemofilia adalah hemofilia A, yang disebabkan oleh gena yang defek yang terdapat pada kromosom X. Kira-kira 75% penderita hemofilia A mengalami penurunan yang sebanding pada aktivitas faktor VIII dan antigen faktor VIII. Banyak mutasi yang terjadi pada struktur gena , yang paling umum adalah delesi besar, dan mutasi missense. Lainnya meliputi delesi kecil, insersi, mutasi sisi- pemotongan,dan mutasi noktah yang tidak penting (nonsense). Kecuali mutasi missence, kebanyakan dari kelainan ini mengganggu sintesis antigen faktor VIII. Diperkirakan bahwa delesi mencatat 2,5-10% dari mutasi tersebutlah yang menyebabkan hemofilia A.

            Defisiensi ini menyebabkan depresi berat aktivitas koagulasi dalam darah. Cara- cara untuk menganalisis genetik hemofilia A didasarkan atas deteksi variasi urutan DNA di dalam atau dekat gena tersebut. Sampel janin dapat diperoleh dari DNA yang diekstraksi dari vili koreanik ( 8-11 minggu)  atau dari sel yang diaspirasi dengan amniosentesis. Karena faktor VIII tidak menembus plasenta, kecenderungan berdarah mungkin tampak nyata pada periode neonatur ( usia 4 minggu). Dari penderita dengan penyakit parah, 90% telah menunjukkan bukti klinis peningkatan pendarahan pada umur 1 tahun. Penderita dengan aktivitas faktor VIII tidak memiliki gejala spontan. Penderita ini dengan "hemofilia ringan" mungkin hanya mengalami pendarahan yang memanjang setelah ekstrasi, manipulasi gigi, pembedahan, atau luka.

            Bila pendarahan terjadi, terapi penggantian penting halnya dilakukan untuk mencegah nyeri, bahkan kematian. Tujuan terapi adalah untuk meningkatkan aktivitas faktor VIII dalam plasma sampai tingkat yang aman. Kini, hal ini dapat dicapai dengan infus intravena plasma beku segar atau konsentrat plasma ( Behrman et al, 1999).

            Terapi penggantian hemofilia A dilakukan dengan cara pengembangan konsentrat faktor VIII. Menurut definisinya, 1 mL plasma normal mengandung 1 unit faktor VIII. Karena volume plasma adalah 45 mL/kg, maka diperlukan infus faktor VIII 45 unit/kg untuk menaikkan kadarnya pada resipien yang hemofilia dari 0-100%. Sedangkan dosis faktor VIII sebesar 25-50 unit/kg digunakan untuk menaikkan kadar pada resipien dari 50-100% normal. Karena waktu paro faktor VIII kira-kira 8-12 jam, infus berulang dapat diberikan, menurut kebutuhan, untuk mempertahankan tingkat aktivitas yang diinginkan.

            Beberapa konsentrat faktor VIII dapat diperoleh, yang paling mahal yaitu jenis kriopresipitat yang mengandung 8-100 unit faktor VIII/kantong  yang dapat disiapkan di bank darah plasma segar. Karena kriopresipitat dihasilkan dari satu kantong darah segar, maka resiko penyakit yang timbul dari darah seperti hepatitis B dan AIDS lebih rendah daripada konsentrat yang dibuat dari sejumlah besar plasma lainnya. Konsentrat faktor VIII perdagangan mengandung isohemaglutinin anti A dan anti B, bila sejumlah besar diberikan kepada orang dengan golongan darah A atau B, dapat terjadi hemolisis.

            Bila anak hemofilia mengalami pendarahan nyata, terapi penggantian harus segera dilakukan. Bila kulit di atas sendi tegang karena terapi yang terlambay maka pemberian jumlsh faktor VIII yan cukup mampu mengurangi rasa nyeri. Terapi penggantian agresif faktor VIII dan manajemen ortopedik seksama hemartrosis dapat sangat baik untuk mencegah deformitas dan cacat berat yang saat ini sudah sangat berkurang ketimbang jaman dulu. 

Apabila pendarahan terjadi di daerah vital, seperti otak atau leher, atau bila perlu dilakukan pembedahan, maka perlu dilakukan terapi intensif dengan menggunakan konsentrat faktor VIII selama 2 minggu yang digunakan untuk mempertahankan kadar plasma di atas 50%.

            Walaupun begitu, 10-15% penderita hemofilia A menjadi refraktor terhadap faktor VIII karena munculnya inhibitor/ antibodi. Inhibitor sendiri diartikan sebagai komponen endogen abnormal darah yang menghambat koagulasi darah yang normal ( Behrman et al, 1999). Timbulnya inhibitor tidak terkait dengan jumlah tranfusi plasma. Pada kasus ini, yang termasuk inhibitor yaitu globulin (IgG). Namun begitu, terapi penggantian tidak perlu dihentikan. 

Infus selanjutnya dari faktor tersebut merangsang pembentukan antibodi yang lebih banyak. Agen-agen imunosupresif, plasmaferesis untuk membuang inhibitor dan kompleks protrombin yang memotong inhibitor faktor VIII untuk mengobati penderita ini. Selain itu, telah dilakukan riset dan hasilnya ditemukan alternatif faktor VIII dari babi yang diketahui efektif pada penderita hemofilia A dengan inhibitor dengan efek samping yang dilaporkan meliputi demam ringan, nausea, nyeri, muka memerah, dan kadng-kadang muntah.

            Kedua, terdapat juga alternatif terapi yang lain, yaitu berupa terapi gene, yang masih jarang penggunaanya di Indonesia. Pasien dengan hemofilia A menerima gene untuk koagulasi faktor VIII yang dikemas dalam bentuk virus yang memiliki tingkat faktor VIII. Terapi ini berguna untuk menghilangkan pendarahan spontan, manfaatnya kebanyakan dari pasien tidak lagi membutuhkan infus faktor VIII lagi ketika mengalami pendarahan ringan bahkan dalam kasus trauma atau operasi besar sekalipun.

            Produk terapi gene ini harus diberikan sekali atau beberapa kali seminggu sampai menghasilkan pola respon sawtooth tingkat darah. Terapi gen berfungsi untuk mempertahankan kadar faktor VIII dalam darah dan idealnya terapi ini diberikan sekali atau hanya beberapa kali dalam seumur hidup karena berdasarkan riset, tingkat faktor VIII yang rendahpun sudah terbukti efektif mencegah pendarahan dan kebutuhan akan faktor infus. Efek jangka panjang tersebut didapatkan hasil sintesis hati dari faktor koagulasi.


            Pada suatu studi yang menggunakan jenis virus terkait adeno 5 yang mengandung gen gen factor VIII yang difilterisasi B-domain-deleted (AAV5-FVIII; BMN270, BioMarin), pasien menerima satu dosis intravena yang mengandung jumlah virus yang bervariasi genom (vg), mulai dari 6x1012 vg / kg sampai 6x1013 vg / kg. Jika tingkat factor VIII pasien kurang dari 5 IU/minggu pada minggu ke 3, dosisnya meningkat. B-domain telah dihapus karena beberapa percobaan terapi gen-transfer sebelumnya telah terhambat oleh ukuran gen factor VIII. Pasien yang menerima faktor VIII profilaksis beralih ke rejimen "on-demand".

Kedua, tipe Defisiensi Faktor IX atau yang kerap kali disebut Hemofilia B:

            Faktor IX diproduksi oleh hati dan merupakan salah satu faktor koagulasi tergantung vitamin K serta faktor genetik.  Diwariskan sebagai ciri resesif terikat X dan tingkat keparahannya terkait dengan faktor aktivitas koagulasi dalam plasma. Tak jauh berbeda dengan Defisiensi Faktor VIII, Defisiensi Faktor IX juga sering ditandai dengan pendarahan sendi dan otot (hemartrosis).

            Upaya terapi penggantian faktor IX juga tak jauh berbeda dengan terapi faktor VIII yaitu dilakukan dengan infus plasma beku segar atau konsentrat faktor IX. Perbedaanya terletak pada waktu paro faktor IX lebih lama  yaitu sekitar 24 jam, sehingga pemberian faktor IX tidak sesering pemberian faktor VIII. Juga pemberian dosis 1 unit faktor IX/kg menaikkan faktor IX plasma dari 1-1,2% normal. Jadi untuk pasien hemofilia B berat, diperlukan infus 100 unit faktorIX/unit. Selain itu pemberian terapi pemanasan yang terus menerus memiliki resiko penularan virus hepatitis B dan hepatitis C. Sehingga, apabila hendak melakukan terapi dengan kadar diatas 30% disarankn untuk menerima vaksin hepatitis terlebih dahulu.

Ketiga, tipe Defisiensi Faktor XI atau yang kerap kali disebut Hemofilia C:

            Defisiensi faktor XI adalah tipe hemofilia yang paling jarang dijumpai dari semua penderita hemofilia. Defisiensi faktor XI diwariskan sebagai penyakit resesif autosom tidak lengkap yang mengenai pria maupun wanita. Kadar faktor XI adalah 1-10% (1-10 unit/dL). Waktu paro faktor XI adalah 40-80 jam. Jenis terapi penggantian yang dilakukan adalah dengan transfusi Plasma Beku Segar (PBS), serta terapi plasma dengan dosis 10-15mL/kg tiap 24 jam efektif. 

Plasma Beku Segar ditransfusikan untuk mengganti kekurangan protein plasma yang hilang akibat pendarahan, trauma. Penggunaan PBS ini dinilai penting untuk mengembalikan efek wafarin cepat pada pederita yang menunjukkan pendarahan aktif atau penderita yang memerlukan pembedahan darurat. Intinya proses PBS ini yaitu dengan memasukkan cairan plasma pengganti selama pertukaran plasma saat pendarahan terjadi pada penderita hemofilia C.  

Terdapat berbagai jenis terapi yang digunakan sebagai media untuk menangani hemofilia, baik defisiensi faktor VIII, IX maupun XI. Diantaranya adalah terapi gen dan terapi penggantian. Pemberian Infus protein telah menjadi pengobatan andalan bagi para penderita hemofilia sejak berabad-abad ini. 

Para peneliti saat ini telah menjalani percobaan pengobatan terbaru yang dapat memperbaiki cacat genetik penderita. Hemofilia disebabkan oleh cacat gen dalam organ hati. Dengan terapi gen, penderita dapat menerima infusi gen faktor pembekuan darah pada organ hatinya. Hasilnya adalah gen akan mereproduksi, dan menjadi bagian dari tubuh penderita. Sayangnya, terapi gen ini masih kurang populer untuk dilaukan di Indonesia, namun terapi Gen ini masih akan terus dikembangkan dan membutuhkan waktu yang cukup lama. 

Pada saat pengembangan terapi gen ini terus berjalan, disisi lain pengobatan melalui pemberian infus protein pun juga akan mengalami perkembangan yang lebih baik. Selanjutnya, terapi penggantian (replacement therapy)yang berupa penyuplaian darah sesuai dengan kebutuhan faktor sehingga apabila pendarahan terjadi, perlakukan terapi dapat dilakukan untuk pemulihan kembali kadar darah agar dapat kembali ke jumlah normal. 

Berbagai kemungkinan kegagalan terapi akibat inhibitor maupun kandungan penyakit lain pada plasma masih terus diperkecil kemungkinannya, antara lain dengan melakukan cross match plasma sebelum ditranfusikan ke pasien untuk menghindari kemungkinan kandungan virus, penyakit lain pada plasma. Lalu dikembangkan pula berbagai penelitian faktor VIII, faktor IX dari hewan sebagai uji cobanya untuk mendapatkan plasma faktor VIII yang sesuai dengan inhibitor.

            Menurut penulis, segala bentuk terapi hemofilia bukanlah sesuatu yang sia-sia untuk dilakukan sebagai upaya penanganan hemofilia. Walaupun begitu, memang seperti yang penulis telah sampaikan, penyakit ini merupakan bentuk penyakit genetik yang tidak dapat disembuhkan namun tetap dapat diantisipasi. Dengan adanya segala bentuk terapi, ditambah dengan pencegahan trauma dalam bentuk proteksi dari pihak keluarga tentu juga diperlukan.

 Sewaktu bayi misalnya, dengan memberi bantalan pada tempat tidur dan mainan anak, serta pengawasan yang ketat selama anak belajar berjalan. Lalu menghindari aspirin serta segala bentuk obat-obatan yang dapat mempengaruhi fungsi trombosit yang mampu mengakibatkan pendarahan harus dihindari. Lalu dengan pemberian vaksin untuk  virus hepatitis B, dapat diberikan pada masa neonatus (4 minggu).

            Meskipun penulis menginginkan kesempurnaan dalam penyusunan artikel ini akan tetapi pada kenyataannya masih banyak kekurangan yang perlu diperbaiki. Oleh karena itu kritik dan saran yang membangun dari para pembaca sangat diharapkan sebagai bahan evaluasi untuk kedepannya. Akhir dari penulisan artikel ini penulis ucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah ikut membantu dan berpartisipasi dalam menyusun artikel ini.

Daftar pustaka:

Price, Sylvia Anderson, R.N., Ph.D. 1984. Patofisiologi. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC

Nelson, Waldo E. 1999. Nelson: Ilmu Kesehatan Anak Edisi 15 volume 2. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC

http://www.alodokter.com

https://www.medscape.com

https://gakken-idn.id

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun