"Jadi pernikahan Bapak, dilanjut atau cancel Pak?" Pak Jonas menoleh ke arahku.
"Pernikahan ini dihapus untuk selamanya." Aku kaget, "Lalu bagaimana dengan semua persiapannya?" tanyaku.
"Dia yang mengurus, bukan aku. Pernikahan ini diatur oleh orangtua kami. Semua karna harta, hahahaha. Tapi akhirnya aku mendapatkan bukti kuat untuk lepas darinya." Pak Jonas tersenyum bahagia sambil menatap jauh ke jalan raya.
Aku diam saja.
"Masakan kamu enak juga, memang suka masak?"tanya Pak Jonas tiba-tiba. Wajahku merah dan panas. Bagaimana dia mengetahuinya?
"Itu... maaf ya Pak" kataku dengan cepat.
"Campuran madu, mint dan jeruk ternyata enak juga. Kamu tau darimana saya kelelahan waktu itu?"tanya nya lagi. Aduh..mengapa dia begitu detail. Aku menarik napas panjang. Tidak ada harapan untuk mengelak.
"Saya sudah suka, bahkan sayang, cinta sama Bapak sejak beberapa tahun ini. Walaupun tau Bapak akan jadi suami orang, rasanya bukan hilang, malah makin meningkat. Saya tau semuanya yang menyangkut kepentingan Bapak. Selama ini saya cuman bisa memberikan perhatian kecil. Maaf ya Pak, kalau merasa terganggu." Kataku menatapnya. Dia tersenyum ke arahku. Seharusnya dia tidak menatap ku seperti itu.
"Saya selalu suka datang lebih lama ke kantor, hanya untuk menunggu kejutan di meja saya. Saya kalau sakit juga memaksakan diri ke kantor, karena saya lebih suka ramuan di meja saya, daripada ke dokter." Dia menyesap minumannya.
Aku tersenyum, aku harus berkata apa ini?
"Kamu masih nunggu saya gak?"tanya nya.