Negara Singapura  dikenal sebagai pengguna Internet paling bersemangat di dunia dan menurut survei ditemukan juga bahwa masyarakat 'non-pengguna' Internet di Singapura juga mendukung penggunaan dan pengembangan dari Internet (Terence, 2005).
Oleh sebab itu pada tahun 1994, sebelum World Wide Web hadir dan mampu di akses oleh dunia, Singapura telah meluncurkan papan buletin online bernama soc.culture.singapore. Tujuan dibentuknya papan buletin ini sebagai situs alternatif apabila masyarakatnya hendak membuka dan mendiskusikan terkait berita politik terkini.
Lalu muncul situs web komunitas Internet milik Singapura yakni Sintercom pada Oktober 1994. Web inilah yang mempopulerkan jurnalisme online di Singapura. Walaupun penyajian pada situs tidak terlalu memadai, Sintercom telah membuat berbagai laporan jurnalistik 'kontroversial'.
Misalnya seperti rangkuman 'topik hangat' bersifat politis dari forum soc.culture.singapore. Pembuatan papan buletin elektronik sebagai sarana umpan balik pembaca terkait isu-isu nasional, dan publikasi surat-surat yang ditulis kepada pers yang telah ditolak atau diedit oleh The Straits Times (George, 2002 h.189).
Kehadiran Sintercom bukan hanya portal berita paling interaktif di Singapura, tetapi juga merupakan organisasi pertama yang memanfaatkan internet sebagai sarana penyebarannya. Tetapi ternyata Sintercom juga dijadikan sebagai 'kelinci percobaan' oleh  pemerintah untuk melihat dengan jelas terkait ancaman politik dari Internet.
Maka tahun 1996, pemerintah membentuk rangkaian pedoman dan aturan demi memastikan 'materi terlarang' online seperti materi yang tidak pantas untuk di minimalisir bahkan dibatasi. Materi tidak pantas yang dimaksud meliputi pada dasar kepentingan publik, moralitas publik, ketertiban umum, keamanan publik, harmoni, dan sebagainya (Lee, 2002 h.11)
- Singapore Press Holdings (SPH) dan Media Corporation of Singapore (MediaCorp)
Kehadiran media kontemporer di Singapura yang didominasi oleh Singapore Press Holdings (SPH) dan Media Corporation of Singapore (MediaCorp). Kedua media tersebut dikelola oleh pemerintah sendiri melalui ruang lingkup Kementerian dari Information, Communications and the Arts (MICA). Artinya bahwa semua saluran televisi dan radio free-to-air dan surat kabar berlisensi utama secara tidak langsung telah didominasi oleh kedua platform tersebut.
Pada 17 September 2004 dalam Chua (2004, h.1), terjadi perjanjian merger di mana MediaCorp akan diubah namanya menjadi MediaCorp TV Holdings, yang 20% sahamnya akan dimiliki oleh SPH. Lainnya seperti pada media surat kabar gratis, penerbitan tabloid SPH (Streats) akan terus berlanjut, tetapi proses operasional akan diambil alih oleh MediaCorp Press sebanyak 60% dan SPH sebanyak 40%.
- AsiaOne dan NewsAsia.com
Kemudian di bagian jurnalisme online Singapura, AsiaOne dan Channel NewsAsia.com telah mendominasi negara ini mulai tahun 1990-an. Sebagai outlet berita milik negara, kedua portal tersebut adalah bagian dari strategi pemerintah dalam 'pertahanan psikologis' demi menduduki ruang berita penting di Singapura agar terlihat jelas terkait status quo dari pemerintah.
Melalui AsiaOne dan NewsAsia.com, diharapkan menjadi sarana dalam menyebarkan berita Singapura secara global, terutama bagi warga Singapura yang tinggal di luar negeri. Hadir pada tahun 1995, AsiaOne merupakan portal berita online pertama yang mampu diakses oleh publik.
Portal selanjutnya adalah NewsAsia.com milik MediaCorp. Portal ini didirikan di Singapura dan memanfaatkan saluran berita selama dua puluh jam sebagai keunggulannya. Selain itu pada Maret 1999, NewsAsia.com juga telah mengalami perubahan menjadi saluran free-to-air bahkan hingga saat ini beritanya telah dipancarkan melalui satelit ke berbagai negara di Asia.
Elemen 1 : Versi audio, bisa didengar melalui link ini
Elemen 2 : infografis bisa dilihat pada artikel
Sumber :
Chua, M H. (2004). Pesaing media melakukan kesepakatan untuk mengekang kerugian. The Straits Times.
George, C. (2002). Singapore: Media at the Mainstream and the Margins. Media Fortune.
Lee, T. (2002). Politik Regulasi Baru dan Teknologi Komunikasi di Singapura. Pendidik Media Asia Pasifik, 13(12), 4-25.
Terence, L. (2005). ONLINE MEDIA AND CIVIL SOCIETYI N THE ‘NEW’ SINGAPORE. Murdoch University
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H