Mohon tunggu...
Gabriel Krishna 09
Gabriel Krishna 09 Mohon Tunggu... Lainnya - Pelajar

menulis

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Retorika dan Dialektika dalam Postingan Kampanye Anis Baswedan di X

16 Oktober 2024   11:22 Diperbarui: 16 Oktober 2024   11:47 76
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://x.com/aniesbaswedan/

https://x.com/aniesbaswedan/
https://x.com/aniesbaswedan/

Kunjungan Anies Baswedan bertujuan untuk bersilaturahmi dengan kelompok teman tuli yang berasal dari berbagai daerah di Indonesia. pesan Anies Baswedan di Twitter yang menunjukkan upayanya untuk membangun hubungan intelektual dan emosional dengan audiens melalui penggunaan teknik dialektika dan retorika yang berhasil. 

Ethos (kredibilitas), pathos (emosi), dan logos (logika) adalah tiga pilar utama retorika klasik yang dapat digunakan untuk menganalisis pesan ini. Mereka juga digunakan dalam dialektika sosial yang menciptakan percakapan antara individu dan komunitas yang lebih luas.


Ethos berkaitan dengan cara pembicara memperoleh kepercayaan dan kredibilitas dari audiens. 

Anies menunjukkan dirinya sebagai tokoh yang peduli terhadap kesetaraan sosial dengan merujuk pada prestasi teman tulinya Muhammad Fauzi, yang meraih gelar doktor pertama di Solo. Penghargaan ini memperkuat Anies sebagai pemimpin yang mendukung inklusi, terutama dalam hal kesempatan pendidikan dan pendidikan bagi disabilitas. 

Karena dia adalah seorang pemimpin yang langsung terlibat dengan komunitas tuli, pesannya menjadi lebih autentik dan mendorong audiens untuk memperhatikan masalah yang diangkat.


Pathos mendominasi pesan ini karena Anies menggunakan kata-kata yang menumbuhkan rasa hormat dan empati terhadap komunitas tuli, seperti "bahagia bisa menyapa" dan "semoga Mas Fauzi menjadi inspirasi." 

Ini meningkatkan mood audiens. Ketika Anies berbicara kepada audiens yang peduli dengan hak-hak disabilitas, dia menekankan pentingnya kesetaraan dan keadilan. Frase seperti "Kami yakin jika ada kemauan akan ada jalan" menumbuhkan optimisme dan menunjukkan kemungkinan perubahan sosial.


Logos berarti menggunakan alasan logis dalam pesan. Anies mengatakan bahwa kemauan akan memungkinkan komunitas tuli memiliki kesempatan yang sama. Klaim ini didukung oleh prestasi Muhammad Fauzi, yang memperkuat gagasan bahwa kesetaraan bisa dicapai melalui kerja sama kolektif, bukan sekadar ideal.

 Contoh nyata ini mendukung gagasan bahwa sukses dapat dicapai meskipun menghadapi tantangan disabilitas, dan menanamkan keyakinan di kalangan audiens bahwa perubahan adalah mungkin.


Dalam konteks ini, Anies mengajak komunitas tuli dan masyarakat umum untuk berbicara, yang menghasilkan dialektika. Ia mendorong solidaritas dengan mengajak orang lain untuk bersatu untuk mencapai kesetaraan. Ini merupakan bagian dari pembicaraan yang lebih besar tentang hak-hak disabilitas dan inklusi sosial, bukan hanya ucapan terima kasih. 

Anies menciptakan jembatan antara kisah pribadi dan masalah sosial yang lebih besar dengan menghubungkan prestasi individu seperti Fauzi dengan aspirasi kolektif untuk keadilan sosial. Ini memungkinkan audiens untuk mempertimbangkan posisi mereka sebagai pendukung kesetaraan.


Secara keseluruhan, metode dialektika dan retorika yang digunakan dalam pesan ini sangat berhasil. Ethos membuat Anies terlihat sebagai pemimpin yang percaya diri dan peduli, sementara pathos menggugah perasaan audiens, menciptakan hubungan yang lebih kuat, terutama di kalangan mereka yang memperjuangkan kesetaraan sosial. 

Logos memberikan dasar yang kuat untuk argumen bahwa kesetaraan dapat dicapai, sedangkan dialektika membuat lebih banyak ruang untuk diskusi sosial.


Dalam analisis ini audiens akan termotivasi dan mereka juga akan terinspirasi untuk berpartisipasi dalam perjuangan keadilan sosial. Anies mampu menginspirasi audiens untuk mendukung perubahan sosial yang lebih luas melalui contoh nyata dan cerita yang inklusif. Pesan semacam ini sangat menarik karena menyentuh masalah inklusi yang semakin penting di Indonesia. 

Akibatnya, pesan ini dapat dinilai sangat efektif dalam mempengaruhi audiens untuk memperhatikan dan mendukung kesetaraan bagi komunitas disabilitas.

Daftar Pustaka

Aristotle. (2007). On rhetoric: A theory of civic discourse (2nd ed.). Oxford University Press.

Sumber postingan:

https://x.com/aniesbaswedan/status/1695401640566947994?t=0eLksP8ePlf59r-NKCI41w&s=19

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun