Tapi jika jawaban atas 3 pertanyaan  pertama mengusik nurani kita dan  jawaban atas pertanyaan susulannya ternyata mengorbankan apa yang ditanya, MAKA saatnyalah kita ditantang untuk berani berkata CUKUP. Â
Pasti banyak orang akan mengatakan kita bodoh bahkan gila.
Karena kesempatan yang ada tidak dimanfaatkan semaksimal mungkin.
Jika akhirnya kita berani memutuskan memilih CUKUP. Mulailah memperbaiki semua yang sempat terabaikan dan bersyukurlah penuh atas apa yang sudah kita peroleh dan  menata kembali hidup kita kedepan.
Saya ingin menutup cermin ini dengan mengutip teks dalam sebuah video yang dikirim oleh seorang teman beberapa waktu lalu. Mungkin ada benarnya dan bisa membantu  permenungan kita.
Judul nya  H I D U P
HIDUP itu sederhana, yang rumit itu adalah cara kita berpikir yang penuh rencana dan ambisi.
Karena itu ubahlah cara berpikir kita agar HIDUP kita menjadi lebih sederhana.
HIDUP itu murah. Yang mahal itu adalah gengsi kita. Maka janganlah turuti gengsi kita karena itu bisa menjerumuskan kita.
HIDUP itu indah. Yang semrawut itu adalah pola pikir kita. Jadi cobalah untuk selalu ingat bahwa HIDUP bukan hanya  untuk mencari yang terbaik namun lebih kepada menerima kenyataan.
Memenuhi kebutuhan HIDUP itu mudah. Yang sulit itu memenuhi variasi keinginan kita.
Memang benar HIDUP tanpa harta akan membuat tubuh fisik kita menderita tapi HIDUP hanya mengejar harta, tubuh jiwa kita yang akan menderita.
Sebab rejeki itu pasti cukup untuk HIDUP tapi tidak pernah cukup untuk gaya HIDUP.
Cobalah untuk selalu ingat. Jika kita susah, ada yang lebih susah dari kita. Jika kita miskin, ada yang lebih miskin dari kita.
Bersyukurlah dengan apa yang sudah kita miliki.
"Keserakahan adalah sebuah jurang maut yang menguras tenaga seseorang dalam upaya tanpa henti untuk memenuhi kebutuhan tanpa pernah mencapai kepuasan."
Erich Fromm
#JK/29/03/2024
Lampiran tiga