Awalnya, semua kedengaran baik dan sah sah saja. Itulah yang  di sebut sebagai ambisi. Ambisi yang memotivasi dan memacu manusia untuk bekerja lebih keras untuk maju. Tidak ada yang salah.
Kalau manusia terlalu cepat merasa puas dan cukup, tentu tidak akan maju maju. Demikianlah pemikiran orang banyak.
Namun jika ambisi itu terus dipacu tanpa batas maka dari tujuan yang tadinya positif, batas tipis itu akan robek dan akan menggiring manusia  menuju "keserakahan."
"Keserakahan bukanlah masalah keuangan tapi masalah hati."
Kata Andy Stanley
Dalam permenungan ini, yang saya maksudkan dengan kata CUKUP secara spiritual, bukan hanya cukup pada apa yang telah diperoleh tapi juga cukup pada cara kita memperoleh semua itu.
Untuk itu kita perlu memeriksa batin dan merefleksikan cara kita mencapai semua ambisi kita selama ini.
Apakah kita memperoleh aset yang banyak dengan terbelit hutang ? Atau membelinya dengan uang atau memperolehnya secara tidak wajar? Apakah jabatan dan kekuasaan tinggi dan besar, diperoleh karena prestasi dan kinerja. Atau karena ada kesempatan  yg tidak wajar pula?
Sambil kita merefleksikan tiga pertanyaan diatas. Refleksi berikut adalah, dalam mengejar ambisi, apakah kita memperhatikan kapasitas pribadi kita.
Memperhatikan keterbatasan waktu;  kesehatan; kerukunan dan kebahagiaan keluarga. Hubungan dengan teman sekerja, saudara  dan sesama?
Khususnya hubungan dengan Tuhan. Â
Dalam kalimat singkat, apakah kita menghalal kan segala cara untuk mengejar ambisi.
Jika jawaban atas semua pertanyaan diatas baik adanya, itulah yang diharapkan.