Pernahkah kamu berpikir seperti apa gunung itu? Apakah semenyeramkan itu? Bahaya apa saja yang ada di Gunung? Mendaki gunung bukanlah sebuah permainan, mendaki gunung termasuk olahraga ekstrim yang mengancam nyawa.Â
Tidak sedikit orang yang gagal untuk mencapai puncak dikarenakan sakit, hilang di gunung, atau bahkan meninggal di Gunung. Jadi apakah gunung semenyeramkan itu?Â
Tentu tidak, dengan persiapan, peralatan dan kesiapan fisik yang cukup kita bisa mendaki gunung dengan aman. Saya akan membagikan sedikit pengalaman pertama saya mendaki gunung yang akan saya berikan judul "Menggapai Atap Sulawesi" Assekk....Â
Saya mendaki bersama teman-teman teman pramuka saka Wanabakti, sebelum melakukukan pendakian tentu saja kami melakukan persiapan terlebih dahulu seperti menjadwalkan pendakian, menghitung berapa banyak konsumsi, mempersiapkan alat untuk di gunung dan tentunya mempersiapkan fisik untuk perjalanan.Â
Kami mempersiapkan semuanya kurang lebih selama 1 minggu, dan setelah kami mempersiapkan semuanya kami bersiap untuk berangkat  ke desa Karangan.Â
Tidak lupa untuk mengawali perjalanan dengan mengucap syukur kepada Yang Maha Esa, kami berdoa akan perjalanan kami semoga sukses dan bisa kembali pulang.
Setelah melakukan perjalanan kurang lebih 4 jam, kami sampai di desa Karangan, suasana dingin dan gemuruh suara angin terdengar kencang di lembah.Â
Kami menginap disalah satu rumah warga untuk beristirahat sebelum besok pagi berangkat untuk memulai pendakian. Tak terasa kicauan burung bernyanyi dan kokokan ayam di pagi hari membangunkan kami yang menandakan hari sudah mulai pagi.Â
Kami pun mulai mempersiapkan diri mulai dari sarapan mempersiapkan apa saja yang akan kami bawa menggunakan ransel lalu mengawali pendakian dengan doa.
Kami pun memulai pendakian, dalam perjalanan ke pos 1 saya sudah mulai merasa lelah dan mengetahui bahwa ini bukanlah awal yang baik, seketika rasa ingin pulang mulai meronta-ronta.Â
Akan tetapi kata rasa pantang menyerah menyemangatkan aku dan kembali melanjutkan perjalanan "Orang lain bisa kenapa saya tidak" itulah kata yang aku pegang.Â
Hingga sampailah kami di pos 1, dan beristirahat sejenak menikmati angin sepoi-sepoi. Sebelum melanjutkan perjalanan ke pos 2, salah seorang teman saya menukarkan ranselnya dengan saya, tidak ambil pusing saya pun menukarkan ranselnya dengan punyaku.Â
Tetapi Tidak di sangka-sangka berat ransennya lebih berat dibanding milikku, terlebih lagi jalan menanjak yang sangat ekstrim membuat beban yang aku bawa terasa diluar kemampuanku.Â
Rasa ingin pulang sudah berada di puncaknya sehingga saya merasa sangat capek akan perjalanan ini. Sehingga saya berusaha mendapati teman saya yang membawa ransel saya untuk menukarnya kembali, setelah menukarnya kembali kami melanjutkan perjalanan yang ternyata dari situ jalan ke pos 2 menurun karena mengarah kesungai.
Setelah sampai ke pos 2 kami beristirahat sejenak sembari mengambil air minum dari sungai karena dari pos 2 hingga pos 5 tidak ada air lagi. Dan sialnya saya tutup botol saya jatuh ke sungai dan hilang, sehingga saya harus menggunakan plastik dan karet untuk menutup botol air minum saya. setelah beristirahat dan mengambil air minum kami pun melanjutkan perjalanan ke pos 3.Â
Perjalanan dari pos 2 ke pos 3 tidak sejauh dari basecamp ke pos 1, tetapi jalan menanjak dan sangat ekstrim yang membuat perjalanan ke pos 3 menantang. tak terasa kami pun sampai di pos 3 dan beristirahat sambil memakan makan siang yang sudah kami siapkan di basecamp sebelumnya.
Setelah makan siang di pos 3 kami melanjutkan perjalanan ke pos 4, di tengah perjalanan ke pos 4 saya sudah sangat kelelahan berjalan dan tiba-tiba kaki teman saya keseleo sehingga kami harus menukar ransel kami, badanku yang sudah tidak kuat berjalan terpaksa harus membawa ranselnya dan berjalan menuju ke pos 4.Â
Sesampainya di pos 4 saya mengisi ulang tenaga dan berjalan duluan di depan. Tak di sang ka berjalan di depan membuat semangat untuk berjalan, sehingga meskipun merasa lelah dengan perjalan tubuh serasa bisa untuk berjalan.Â
Sehingga sampailah kami di pos 5, dikarenakan hari yang sudah mulai gelap kami pun membagun tenda untuk istirahat dimalam itu. Rasa lelah menyelimutiku di malam itu, pemikiran tentang ingin lanjut ke puncak atau tidak terus muncul di dalam benakku.Â
Setelah makan malam kami pun tidur untuk mengistirahatkan badan. Setelah bangun di pagi hari kami mulai menyiapkan sarapan dan bersiap untuk melanjutkan perjalanan.
Sudah sampai sini yakin mau pulang? itulah kata yang aku pegang saat itu, maka kami melanjutkan perjalanan kami menuju puncak, saat kami mulai berjalan kembali, capek dan rasa ingin pulang kembali tidak dapat dihindari rasa ingin istirahat setiap 15 langkah selalu menghantui.
Terutama dengan jalan menanjak yang semakin dipikir semakin tidak ada putusnya, tidak terasa kami telah sampai di pos 6 dan tanpa disangka-sangka kami mendapati pendaki lain dipos tersebut. kami pun istirahat sejenak, sembari sedikit berbincang dengan para pendaki itu.Â
Awalnya kami kira para pendaki itu sudah turun dari puncak, mengingat kami yang berangkat setelah matahari terbit. ternyata mereka juga baru ingin mendaki jadi kami pun duluan melanjutkan perjalanan.Â
Dalam perjalanan ke pos 7 kami mendapati sebuah celah yang menampakkan pemandangan yang sangat indah. Saat itu semangat untuk mendaki kembali, antara merasa damai, senang, dan puas karena merasa perjuangan mendaki tidaklah sia-sia tercampur aduk.Â
Tidak ada kata yang bisa aku ungkapkan saat itu, hanya rasa senang karena sudah mendekati puncak dan rasa puas karena sudah merasa mendapatkan feedback dari jerih payah mendaki.Â
Setelah menikmati sejenak kami melanjutkan perjalanan ke pos 7, dan pada saat sampai di pos 7 lagi lagi kami mendapati pemandangan yang sangat menenangkan hati. sembari menunggu beberapa teman kami yang masih dalam perjalanan kami beristirat sejenak sambil meminum air dari sungai yang ada di pos 7 dan tidak tanpa di sadari di pinggir sungai ada buah berry.
Saat kami sudah berkumpul semua dan telah melepas penat, kami pun melanjutkan perjalanan ke pos 8(puncak), perjalanan dari pos 7 ke puncak tidak se ekstrim sebelumnya, awalnya memang terlihat seperti tebing, namun selanjutnya bisa dibilang perjalanan yang landai.Â
Di tengah perjalanan sampailah kami di tempat yang bernama"Telaga Bidadari" karena kami melakukan perjalanan di musim kemarau jadi kami tidak mendapati air di telaga itu(kering), tetapi meskipun tidak ada air tidak dapat di pungkiri bahwa tempat itu masih saja indah, saya pun mengingat kembali perjalanan dan merasa bahwa perjuangan untuk ke sini tidaklah sia-sia, tak lama setelah sampai di tempat itu beberapa pendaki lain yang turun dari puncak pun sampai lalu menawarkan foto.Â
Saya pun kembali bersemangat lalu melanjutkan perjalanan ke puncak. Dalam perjalanan ke puncak pada sisi kiri dan kanan di penuhi oleh pemandangan yang sangat indah sehingga saya sangat menikmati perjalanan menuju puncak itu.
Setelah sampai di puncak saya pun berteriak berkata "AKHIRNYA SAMPAI PUNCAKK!!!" lalu saya duduk melepas penat sambil menikmati suasana di puncak.Â
Setelah mendapat beberapa foto kami pun melakukan perjalanan pulang, tetapi pada kami singgah sejenak di pos 7 untuk menikmati kopi dan memasak mie. yaa singkat saja menggunakan bungkus mie sebagai tempat makan dan cari ranting jatuh terdekat untuk jadi sumpit yahh.Â
Menikmati kopi dan mengambil air untuk persediaan pulang kami pun melanjutkan perjalanan pulang. Setelah kembali ke pos 5 kami mempersiapan diri untuk pulang(Packing)Â sembari teman-teman yang lain memasak untuk makan siang.Â
Setelah makan siang kami pun melanjutkan pejalanan pulang. Hari sudah mulai gelap saat kami akan mencapai pos 2 sehingga kami harus menggunakan senter, tetapi beberapa senter sudah habis baterainya hingga kami harus bergantian menggunakan senter.Â
Dikarenakan jalan dari pos 2 ke pos 1 sedikit menanjak kami jadi kesusahan di malam hari dikarenakan hari yang sudah mulai gelap dan jalan yang kurang kelihatan.Â
Sampai kami di pos 1, di mulai dari pos 1 ke basecamp telapak kaki saya mulai menjadi panas dikarenakan alas sepatu yang sudah sangat tipis sehingga saya sedikit melambat karena itu.
Akhirnya sampai di basecamp kami pun mengambil istirahat sejenak bersih-bersih lalu bersiap untuk pulang.Â
Sejak saat itulah saya memiliki pengalaman dalam mendaki gunung sebagai pengalaman yang pertama itu sangat membekas dalam kehidupan saya.Â
Sekali lagi mendaki Gunung adalah sebuah olahraga ekstrim yang membutuhkan persiapan, tidak sedikit orang yang hilang ataupun meninggal di gunung, jadi Persiapkan dirimu!. Mari mendaki jelajahi dunia bersamaku .Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H