Kemenangan itu nyata dalam kebangkitan-Nya dari antara orang mati kemudian di konfirmasi dengan kenaikan-Nya ke sorga  dalam frasa duduk di sebelah kanan Allah.
Ungkapan "Duduk di sebelah kanan" adalah suatu ungkapan alegoris.
Jangan diartikan secara harafiah..
Kata tersebut juga tidak menunjukkan bahwa Allah itu lebih dari satu dan Yesus bukan Allah.
Jangan kita memahami tentang Allah dengan logika matematika. Ketika berbicara tentang Allah hal ini sudah mencakup ranah supranatural dan harus dipahami dengan logika metafisika.
Kata "kanan" sering digunakan oleh orang-orang Yahudi sebagai simbol kekuatan, kekuasaan dan kemuliaan (Mazmur 118:16; Keluaran 15:12;Keluaran 15:12)
Ungkapan "disebelah kanan" (kenapa tidak disebelah kiri, belakang atau depan) adalah : "Diam dalam Kerajaan Sorga" (bahasa Tradisi Yahudi, mengkiaskan sisi kanan adalah kebaikan atau kemuliaan -Ulangan 33:2
Kata "Duduk" menyatakan "pemeritahan, kedudukan dan posisi, penghormatan.
Maka "Duduk di sebelah kanan Allah" dalam ayat-ayat diatas adalah lambang dari kekuasaan, kekuatan/kemenangan, penghormatan, kedudukan Yesus Sang Mesias sebagai pemegang otoritas keAllahan sejati.
Gelar yang menurut harapan mesianik Yahudi akan diterapkan bagi Raja Mesias ini juga berhubungan erat dengan ungkapan "duduk di sebelah kanan Allah". Mengapa demikian ? Ungkapan simbolik ini muncul dalam kaitan dengan pola bangunan Bait Suci (Ibrani: -- BEIT-HAMIQ'DASH) di mana istana raja-raja keturunan Raja Daud berada di sebelah selatan ruang Mahakudus (devir) Bait Allah yang menghadap ke timur. Ini berarti istana Daud berada "di sebelah kanan" ruang mahakudus yang melambangkan kehadiran Allah.
Oleh sebab itulah Yesus Kristus dalam kemenangan-Nya atas maut telah menyelesaikan tugas-Nya di dunia dan pergi kembali ke sorga sebagai Raja yang berkuasa tidak hanya di sorga tetapi juga di bumi (Matius 28:18).