Â
Salah satu kegiatan penguatan kelembagaan petani adalah melatih petani untuk mengembangkan perkebunan organik melalui kegiatan Pembangunan Kawasan Organik dan siaga OPT. Dalam kegiatan yang dilaksanakan selama enam bulan ini, kepada kelompok tani diajarkan berbagai keterampilan mulai dari pengenalan, siklus hidup, cara pengamatan gejala serangan hama dan penyakit tanaman perkebunan serta cara-cara pengendalian. Hal yang mendapat perhatian petani adalah penyediaan sarana budidaya ramah lingkungan seperti pestisida organik sebagai contoh insektisida alami berbahan baku asap cair tempurung kelapa. Di tengah tingginya harga pestisida, penggunaan tempurung kelapa selain dapat mengurangi limbah buah kelapa yang dapat menjadi sarang hama kumbang kelapa, tentunya menjadi oase bagi petani untuk penyediaan insektisida. Pembuatan mikroorganisme lokal memanfaatkan bonggol pisang yang banyak tersedia di kebun petani, untuk kemudian diaplikasikan dalam pembuatan kompos berbahan baku kotoran ternak dengan ketersediaan bahan baku dan biaya produksi terjangkau, juga dirasakan manfaatnya oleh kelompok tani. Beberapa hal yang sebelumnya tidak mereka ketahui.
Â
Demikian juga dengan pemanfaatan berbagai jenis agens hayati dalam berbagai media baik padat dan cair seperti Trichoderma spp untuk mengendalikan penyakit busuk pangkal batang lada dan jamur akar putih karet, Metarrhizium anisopliae untuk mengendalikan hama kumbang kelapa, Beauveria bassiana untuk mengendalikan hama penggerek buah dan pengisap bunga lada, penggerek buah kakao. Tingginya harga pestisida kimia sangat dirasakan oleh para petani, sehingga seringkali mereka membiarkan tanamannya terserang hama dan penyakit. Dengan adanya alternatif pengendalian menggunakan insektisida alami serta agens hayati, maka kemudian petani memiliki harapan agar tanamannya dapat terbebas dari gangguan hama dan penyakit.
Â
Hal lain yang disampaikan kepada petani, adalah pemenuhan kebutuhan kelompok tani secara mandiri dengan memanfaatkan berbagai sumber daya yang dimiliki. Sebagai contoh para wanita anggota kelompok tani diajarkan untuk mengolah tempurung kelapa menjadi mangkuk, gelas, baki, pot bunga dari sisa sabut kelapa dan aneka kerajinan lainnya. Hasil kerajinan ini kemudian dipamerkan dan dijual dalam berbagai even pameran sebagai sumber pendapatan kelompok tani. Jika dilakukan secara konsisten, hal ini dapat menjadi sumber pendapatan kelompok tani dan digunakan secara bersama dalam penyediaan sarana budidaya dalam kelompok.
Â
Salah satu hal terpenting dalam kegiatan tersebut adalah merubah cara pandang atau mindset petani mengenai pengendalian yang pada awalnya hanya dimaknai melakukan penyemprotan pestisida kimia jika tingkat serangan hama penyakit sudah melebihi ambang toleransi atau dalam bahasa sederhana petani "sudah terserang berat dan tidak dapat dipanen". Para petani diajarkan untuk melakukan analisis agroekosistem di kebun masing-masing dan diharapkan mampu mengambil keputusan untuk melakukan tindakan pengendalian pada waktu yang tepat untuk mengurangi kehilangan hasil yang dapat terjadi.
Â
Kegiatan lain yang dilakukan untuk penguatan kelembagaan petani adalah pembentukan regu proteksi kelompok tani. Kegiatan ini lebih spesifik untuk melatih kelompok tani agar mampu memanfaatkan berbagai macam peralatan pengendalian hama dan penyakit tanaman perkebunan. Para petani dibekali ketrampilan mengidentifikasi jenis, formulasi dan cara pengggunaan pestisida secara tepat baik saasaran, jenis, waktu, dosis/konsentrasi dan cara. Untuk mengukur kebutuhan volume semprot, petani juga diajarkan untuk melakukan kalibrasi alat dan penyemprotan pestisida. Hal ini bertujuan agar efektivitas dan efisiensi pestisida yang digunakan terjaga. Muara yang diharapkan dari kegiatan ini adalah terbentuknya kelompok tani yang memiliki kompetensi khusus dalam pengendalian hama dan penyakit tanaman perkebunan. Regu-regu proteksi kelompok tani ini diharapkan mampu menjadi perpanjangan tangan dari Brigade Proteksi Tanaman Perkebunan yang ada di masing-masing daerah.