Mohon tunggu...
Gabriel Adi Putra
Gabriel Adi Putra Mohon Tunggu... Wiraswasta - Mahasiswa

Mahasiswa di Unika Soegijapranata

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Polemik Pembelajaran Secara Daring di Kala Pandemi Covid-19

29 Desember 2020   22:38 Diperbarui: 5 Januari 2021   22:20 152
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pada tahun 2020pandemi virus corona ( Covid-19) di Indonesia memaksa aktivitas belajar mengajar tatap muka di sekolah dihentikan. Tidak ingin penularan Covid-19 semakin merajalela, pemerintah melalui Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan memutuskan untuk memindahkan ruang belajar ke dunia maya. Program tersebut bernama Pembelajaran Daring. Mahasiswa memanfaatkan gawai dan jaringan internet untuk mendapatkan materi pembelajaran dari guru atau dosen. 

Dari fenomena inilah sebagian besar mahasiswa mengalami beberapa kesulitan kesulitan yang dihadapi. Seperti contohnya terkait dengan kondisi finansial dibawah standar yang memaksa digunakan untuk pembelian kuota agar dapat mengikuti setiap proses pembelajaran, dan seringkali menjumpai permasalahan jaringan yang tidak stabil menyebabkan para mahasiswa tidak dapat mengikuti pembelajaran jarak jauh ini dengan baik. 

Sehingga para mahasiswa sering kali terlambat presensi, kegagalan dalam mengumpulkan tugas. Hal tersebut perlu ditanggapi dengan baik oleh pihak universitas ataupun dosen yakni dengan memahami permasalahan atau kendala -- kendala yang dihadapi oleh para mahasiswa. 

Secara sederhana, tulisan ini dapat menjelaskan pembelajaran daring dengan menghadirkan pembahasan tentang  situasi pandemi yang sedang terjadi ini, terkait dengan  pelaksanaan pembelajaraan jarak jauh dan  masalah atau permasalahan yang dihadapi mahasiswa.

 Situasi Terkini dari narasumber yang saya wawancara. "Saya mengalami kesulitan pada saat kuliah daring .Keluarga saya di Jakarta mengalami kesulitan finansial. Saya juga mempunyai seorang adik yang membutuhkan biaya pendidikan," ujar Michael dengan sedih. "Saya menyesal karena sudah berangkat ke Jogja. Harusnya saya tidak berangkat ke Jogja dulu. Harusnya saya cukup kuliah di rumah saja sambil bekerja untuk membantu orang tua." Hal tersebut seharusnya menjadi bahan permenungan .

Dua kisah tersebut hanyalah sedikit gambaran dari banyaknya persoalan-persoalan yang dihadapi mahasiswa pada saat pelaksanaan pembelajaran daring. Pertama, berkaitan dengan situasi sepert ini pembelajaran jarak jauh daring yang sedang dilaksanakan pada saat ini harus ditinjau ulang. 

Komisi Perlindungan Anak Indonesia ( KPAI) menerima 213 pengaduan mengenai pembelajaran daring ini, selama kurun waktu tiga minggu akhir ini. Mayoritas pengaduan terkait dengan beratnya penugasan yang diberikan dosen kepada mahasiswa. "Pengaduan didominasi oleh para mahasiswa sendiri terkait berbagai penugasan guru yang dinilai berat dan menguras energi serta kuota internet," kata Komisioner KPAI bidang Pendidikan, Retno Listyarti, melalui keterangan tertulis yang diterima Kompas.com, Senin (13/4/2020). 

Dengan latar belakang yang seperti itu, seharusnya pihak universitas dan dosen berupaya memaklumi jika ada beberapa kendala yang dialami oleh mahasiswa. Semangat yang senantiasa menaungi mahasiswa adalah salah satu bentuk keseriusan bahwa mereka tetap berjuang ditengah badai yang terjadi pada pembelajaran jarak jauh daring ini. 

Sebagai contoh, para mahasiswa tetap mengikuti tahap tahap perkuliahan dan selalu mengerjakan tugas walaupun terkadang ada yang gagal pada saat pengiriman tugas sehingga mengalami keterlambatan. Sebagai bagian dari peserta didik pembelajaran jarak jauh, contoh semacam itu penting untuk diperhatikan oleh pihak universitas dengan intensif. 

Jadi, pada hakikatnya, pihak universitas dan dosen diharapkan tidak memandang negatif kepada mahasiswa yang mengalami kendala dan memperhatikan realitas kehidupan mahasiswa. Sikap positif universitas dan dosen akan membangunsemangat mahasiswa. Sejarawan nasional Ki Hadjar Dewantara mengatakan bahwa tut wuri handayani memiliki arti yang berada di belakang (pemimpin atau pendidik) harus memberi dorongan atau arahan kepada peserta didiknya.

Hal selanjutnya, berkaitan dengan situasi pandemi virus corona ( Covid-19) di Indonesia yang semakin meningkat. Apa yang dapat direnungkan dari pihak universitas dan kementrian pendidikan agar menemukan titik terang? Bagaimanakah langkah tindakan yang diambil oleh pihak universitas dan kementrian pendidikan agar paling tidak meminimalisir permasalahan yang dialami mahasiswa? Banyak pakar menilai bahwa pembelajaran jarak jauh yang telah dilaksanakan kurang efektif dan tidak relevan dengan nilai nilai kehumanisan terhadap mahasiswa. 

Pembelajaran jarak jauh ini akan lebih berkualitas dan efektif apabila pihak universitas beserta pengajar dapat mengambil kebijakan kebijakan yang bisa menghasilkan simbiosis mutualisme. Jika pihak universitas beserta pengajar melakukan tindakan tindakan yang bisa menghasilkan simbiosis mutualisme dengan baik, semestinya hal-hal  administratif atau toleransi kendala jaringan seperti itu dapat diatasi.

Lalu berkaitan dengan situasi yang berkenaan dengan tanggapan kemendikbud. Dalam konferensi video Panduan Penyelenggaraan Pembelajaran pada Tahun Ajaran dan Tahun Akademik Baru di Masa Pandemi Covid-19,  Senin (15/6/2020) Nadiem makarim, menteri pendidikan dan kebudayaan menyampaikan bahwa, Karena keselamatan adalah yang nomor satu, saat ini perguruan tinggi masih melakukan secara online sampai ke depannya mungkin kebijakan berubah. 

Tapi, sampai saat ini belum berubah, jadi masih melakukan secara daring. Itu adalah keputusan dari  Kemendikbud saat ini. Dan jangka waktu pelaksanaan pembelajaran daring masih belum diketahui dengan jelas. Belum lagi, jika kasus Covid-19 yang terus mengalami peningkatan di beberapa  kota maupun provinsi seluruh Indonesia.

 Lalu bagaimana harapan mahasiswa dalam menghadapi pembelajaran daring ini Bagaimanakah harapan kita terkait dengan pernyataan berikut: seiring dengan berlangsungnya pembelajaran jarak jauh (atau kuliah daring) dan kendala apa saja yang dihadapi mahasiswa diberbagai wilayah. Lalu, dimanakah peran kehadiran perguruan tinggi berkenaan dengan kendala pelaksanaan Pembelajaran Jarak Jauh? 

Dengan sedikit melihat fenomena yang terjadi, misalnya Siswi Bunuh Diri Diduga Depresi karena Tugas Sekolah Daring, KPAI Surati Kemendikbud (Kompas, 23 Oktober 2020), depresi akibat pelaksanaan pembelajaran daring  itu memang terjadi di beberapa daerah. T

ak hanya siswa saja, tetapi juga mahasiswa dapat mengalami hal serupa. Berdasarkan kasus-- kasus depresi yang dialami memang tampak bahwa mayoritas peserta didik mulai dari siswa hingga tingkat mahasiswa. Beberapa pihak menilai universitas tersebut tidak bertanggung jawab mengenai kendala pembelajaran daring sehingga munculah kasus -- kasus tersebut yang bisa dikatakan mengorbankan masa depan mahasiswanya. kita dapat melihat bahwa fenomena depresi akibat pembelajaran jarak jauh memang benar-benar terjadi.

 erkaitan dengan fenomena tersebut, Ketua Komisi X DPR RI, Syaiful Huda mendesak Kemendikbud untuk segera melakukan monitoring dan evaluasi (monev) sampai ke tingkat bawah. Tujuannya, guna memetakan model pembelajaran yang lebih efektif agar siswa, orang tua siswa, termasuk para tenaga pendidiknya, tidak terlalu terbebani dengan model pembelajaran secara online. Dengan mempertimbangkan fenomena tersebut, penulis berpendapat bahwa harapan harapan mahasiswa itu bisa di dengar oleh pihak universitas, kementrian pendidikan maupun dosen atau pengajar.

Yang pertama ialah melalui pengalaman yang dialami, sebagian mahasiswa mengharapkan agar pihak universitas memaklumi bilamana terjadi kesalahan teknis yang dialami akibat dari jaringan atau perangkat. Dari situlah jika kehadiran pihak universitas dapat memahami kendala ini maka hubungan universitas dengan mahasiswa semakin kokoh. Tentunya mahasiswa akan lebih semangat dalam mengikuti tahap tahapan perkuliahan yang dilaksanakan secara daring ini.

Lalu yang kedua ialah peninjauan ulang atau evaluasi mengenai mekanisme pembelajaran daring. Peninjauan ulang atau evaluasi mengenai mekanisme pembelajaran daring ini meliputi beberapa hal yaitu pemberian tugas tugas, jadwal pertemuan virtual meeting, atau pun pemahaman materi materi yang akan di berikan.  

Terkait dengan tugas tugas yang dinilai tidak sesuai, KPAI mendorong para pemangku kepentingan di pendidikan membangun rambu-rambu untuk para pengajar sehingga proses home learning ini bisa berjalan dengan menyenangkan dan bermakna untuk semua. Bukan menjadi beban yang justru tidak berpihak pada anak, bahkan bisa mempengaruhi kesehatan fisik dan mentalnya. KPAI juga menyatakan kalau pengajar tidak ditekan, maka pengajar juga tidak akan menekan peserta didik. Pengajar dan peserta didik harus tetap dijaga agar terus bahagia dan sehat.

Di akhir kata, berkaitan dengan kendala pelaksanaan pembelajaran daring. Kesimpulan nya ialah pada pelaksanaan pembelajaran daring ini perlu ditinjau ulang agar dapat terlaksana lebih baik lagi. Dan harapan harapan dari mahasiswa dapat terjawab oleh pihak terkait sehingga menghasilkan simbiosis mutualisme yang bermanfaat. Tak lupa juga slogan Ki Hadjar Dewantara  tut wuri handayani ini dapat terealisasikan pada pelaksanaan pembelajaran daring ini.

Ditulis oleh: Gabriel Adi Putra

Mahasiswa Unika Soegijapranata prodi Ilmu komunikasi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun