Tangan bapak itu sibuk mengurai lingkaran-lingkaran putih yang lengket di daun pisang. Lantas ia ceburkan dalam minyak bergolak. Sang bapak kemudian bercerita soal panganan yang sedang diolah sambil matanya terus mengawasi. Geblek namanya, dilafalkan seperti Anda mengucap kata melek alias membuka mata. Katanya geblek terbuat dari singkong yang diparut, lalu dicampur air. Setelah beberapa lama larutan air dan singkong akan terpisah, menyisakan endapan atau sari pati. Sari pati singkong dicampur ampas parutan yang sudah dikukus dengan bumbu ulekan bawang putih dan garam. Adonan ini selanjutnya dibentuk, dipelintir hingga membentuk serupa tali dan disimpulkan membentuk angka delapan atau sekedar lingkaran saja.
Kisah tentang sang bapak ditayangkan dalam kanal Youtube Bambang Soepijanto berjudul kuliner geblek. Jajanan ini amat popular di Kabupaten Kulon Progo ke barat sampai Purworejo. Tapi karena tumbuh di tanah yang sama, boleh lah geblek dimasukkan jadi salah satu jajanan khas Kulon Progo.Â
Jika anda pergi ke sana, penjual geblek dengan mudah bisa ditemui di pasar-pasar, warung makan hingga pinggir jalan. Saya punya hubungan emosional yang cukup kuat dengan panganan ini. Berburu geblek jadi agenda sepulang saya dan keluarga berziarah ke Sendangsono di Kalibawang. Geblek mentah atau matang yang sudah digoreng tinggal pilih.Â
Soal rasa, geblek sebelas dua belas dengan jajanan Cireng dari tlatah Sunda. Rasanya sederhana: gurih dari bawang putih dan sedikit asin. Seberkas manis tercecap, hadir lewat kandungan glukosa alami karbohidrat.Â
Kesamaan dengan Cireng juga sampai pada tekstur, kenyal sedikit alot. Namun jangan remehkan geblek hanya karena rasa dan bahan bakunya yang sederhana. Siapa tahan mencomot geblek hangat yang baru mentas dari penggorengan? Hangat, gurih asin manis dan kenyal.Â
Cocok dinikmati selagi perut telah memberontak namun masih terlalu dini menerima karbohidrat kompleks.
Dari sepiring geblek tercermin kesederhanaan kehidupan desa. Kala pangan dengan mudah diambil dari kebun atau pekarangan. Murah, mudah diolah dan mengenyangkan bagi seisi rumah yang jumlahnya berjibun. Geblek juga menyiratkan makna filosofis.Â
Bulatan yang tak terputus membentuk angka delapan diyakini melambangkan persaudaraan tak terputus, ada juga yang menganggap sebagai simbol atas 88 desa di kabupaten ini. Saking lekatnya geblek dengan Kulon Progo, sebuah motif batik pun tercipta bernama geblek renteng.
Singkong yang dekat dengan citra makanan "ndeso dan amat Indonesia" justru datang dari belahan bumi yang lain, Amerika Selatan. Iklim Amerika Selatan sama-sama tropis, masuk akal jika tanaman ini pertama kali ditemukan disana. Penjajah Portugis yang datang ke Amerika Selatan yang kemudian membawa singkong bertualang keliling dunia sampai mendarat di Nusantara abad ke 16. Maluku menjadi tempat pertama berlabuh.Â
Baru seabad kemudian singkong berkembang di Jawa. Perkembangan tanaman ini tergolong lambat, karena baru mulai abad 20 singkong dibudidayakan rakyat.Â