Menjadi ibu jelas tidak mudah. Perasaan stres berlebih akan semakin mengacaukannya. Pekerjaan rumah yang tak ada habisnya. Anak-anak yang tidak bisa membereskan mainannya sendiri. Dan bahkan suami yang dirasa selalu kurang dan tak perhatian. Hanya perhatian saat 'butuh'.
Tapi, menceracau tentang kehidupan pribadi di depan publik jelas bukan solusi.
Bayangkan suatu hari cerita tentang pasangan kita menjadi topik hangat di kampung. Tentang suami kita yang suka malas membantu urusan rumah. Atau suami yang uang belanjanya pas-pasan. Bahkan lebih parah jika urusan suami yang jarang 'menyentuh' akibat 'loyo' duluan.
Sampai batas mana kita bisa menghalangi cerita itu semakin menyebar? Lalu suatu waktu sampai di telinga suami. Atau bahkan mertua dan orang tua.
Bisa lebih parah lagi, cerita beberapa tahun lalu masih saja menjadi obrolan malam bagi ibu-ibu pengajian di kampung sebelah.
"Eh ternyata Bu Malika itu kasian lho. Suaminya ga perhatian. Ga pernah bantu urusan rumah. Apalagi ikut didik anak. Sudah gitu belanjanya kurang lagi. Aduuuuhhh... gitu kok mau ya bertahan dengan suami macam itu. Kalau anak saya yang seperti itu, Uhm.. sudah saya suruh cerai saja."
Daaaaannnn semakin banyak nyinyiran lain yang jelas semakin menambah keruwetan hidup kita.
STOP!!
Berhenti untuk menceritakan kehidupan rumah tangga. Sebab sebenarnya itulah 'makanan' yang paling dicari orang.Â
Kalaulah butuh tempat curhat, curhat lah kepada Allah. Atau kepada seseorang yang santun dan tahu betul bahwa rumah tangga adalah rahasia keluarga.Â
Yang pasti, curhat lah untuk mencari solusi. Bukan justru menambah sensasi.Â