Jika ada sebuah pertanyaan " Siapakah orang muda Katolik? Lalu, apakah peran orang muda Katolik dalam hidup menggereja? Pertanyaan tersebut adalah pernyataan yang menjadi awal cerita saya dari sebuah pengalaman hidup selama 25 tahun. Lahir di sebuah kota kecil tepatnya di Wonogiri, saya merupakan salah satu orang yang dibaptis sejak kecil, itu artinya saya "dibaptis" oleh Roh Kudus ke dalam Tubuh Kristus, yang adalah Gereja.
Selama kurang lebih 25 tahun menjadi Katolik, saya selalu berusaha untuk terlibat aktif dalam kegiatan menggereja. Sejak usia 5 tahun, saya sudah diikutsertakan oleh orang tua untuk mengikuti Pendampingan Iman Anak (PIA) atau biasa disebut Sekolah Minggu. Semakin bertambah usia, maka  juga semakin banyak kegiatan menggereja yang saya ikuti, seperti Pendampingan Iman Remaja (PIR) dan pelayanan-pelayanan gereja, di antaranya  menjadi misdinar dan mengikuti kelompok paduan suara.
Baca juga: Gaya Hidup Pemuda Kristen Zaman Sekarang
Mulai duduk di bangku SMP saya mulai mengenal kegiatan mudika  yang sekarang disebut Orang Muda Katolik (OMK). Berawal dari semangat anak-orang muda Katolik di lingkungan untuk berkumpul, seraya menyantap makanan yang disajikan, dan bercanda bersama, terbentuklah wadah inspirasi orang muda untuk berdialog bersama dan  membantu dalam pelayanan di lingkungan dan Gereja. Berjalan kaki melewati bukit, dan kebun tetangga, saya mulai menjemput teman-teman untuk ikut berkumpul bersama di rumah salah satu OMK yang sudah ditentukan sebelumnya. Hujan dan kadang mati lampu tidak menghalangi langkah untuk berbagi cerita bersama saudara-saudara seiman.
 Selanjutnya muncul kegiatan-kegiatan yang kami dapat lakukan saat  berkumpul,seperti: arisan, doa, latihan koor, dan makan bersama.  Kegiatan semacam itu tidak hanya memberi pengetahuan yang lebih tentang Yesus Kristus yang saya imani, tetapi juga  mengajari saya untuk hidup dalam kehidupan sosial. Misalnya, belajar untuk mau berbagi di dalam komunitas itu, meskipun dengan cara yang sederhana.
Dari pengalaman tersebut, saya merefleksikan bahwa kehidupan iman saya terus berkembang dan semakin meluas lingkup untuk mengungkapkan dan mewujudkan iman saya. Awalnya dari lingkup yang kecil: keluarga, lingkungan, gereja, lalu masyarakat.
Pembangunan spiritualitas yang sungguh saya rasakan adalah dari orang tua dan lingkungan sekitar sehingga saya mampu untuk mensyukuri setiap berkat yang Tuhan berikan melalui ciptaanNya.Â
Kehadiran orang tua menjadi anugerah Tuhan yang luar biasa. Melalui mereka saya mendapatkan pendampingan dan pendidikan iman saya. Pribadi-pribadi di sekitar lingkungan saya juga menjadi semacam "guru" bagi jiwa saya. Merekalah penampakan wajah Tuhan yang konkrit yang membimbing langkah hidup saya. Â
Baca juga: Peran Pemuda Kristen dalam Pemilu 2014
Kaum  muda adalah generasi harapan keluarga, Gereja, Nusa dan Bangsa. Hidup menggereja  diibaratkan sebagai hidup di sebuah keluarga. Di dalamnya kita bisa belajar dari orang-orang dan kegiatan-kegiatan yang diadakan. OMK sepantasnya terlibat akan seluruh aspek kehidupan yang terjadi supaya mereka juga mendapatkan "guru-guru" yang mengasuh dan menumbuhkembangkan iman mereka.
 Secara rohani Gereja diartikan sebagai umat Allah, kita sebagai tubuh, dengan kepalanya adalah Kristus. Artinya bahwa kita hidup bersama dengan Yesus dan ambil bagian dalam Tubuh Mistik-Nya.Â
Sungguh menjadi jelas keterlibatan  dalam Gereja merupakan suatu  panggilan yang sangat istimewa, sebab kita adalah anggota tubuh Kristus. Oleh karena itu, di masa sekarang ini sangatlah baik jika OMK diberi tempat untuk ambil bagian dalam kegiatan lingkungan dan Gereja. Semua potensi yang ada dalam diri kaum muda dapat dikembangkan dalam proses pembinaan, keterlibatan secara aktif-positif dalam kehidupan menggereja yang nantinya juga dalam kehidupan bermasyarakat.
Saya bersyukur mendapat pengalaman dalam kegiatan OMK. Di situ diberi kemungkinan, kesempatan, kepercayaan dan tanggung jawab sebagai subyek dan pelaku utama proses bina diri dan saling bina bersama kaum muda di lingkungan dan Paroki. Kaum muda bukan lagi bejana kosong yang perlu diisi atau lilin yang harus dibentuk menurut selera para pembina.
Kaum muda bukan obyek, melainkan subyek dalam pengembangan iman dan karakter guna pengembangan Gereja. Dengan demikian, segala bentuk pembinaan yang sifatnya menggiring, mendikte, mengobyekkan dan memanfaatkan kaum muda demi suatu kepentingan di luar perkembangan diri mereka dan peran serta tersebut di atas haruslah dihindari dan dihilangkan. Hakikat pembinaan kaum muda, sebagai karya pastoral, adalah pelayanan dan pendampingan.
Baca juga: Pemuda Kristen dan Politik
Dengan demikian, dimanapun orang muda aktif dan melibatkan diri, bahkan juga bila sama sekali belum aktif, secara sadar keluarga harus mendorong orang muda untuk aktif dalam pelayanan menggereja. Oleh karena itu, OMK haruslah menjadi basis pembinaan serta sumber inspirasi dan motivasi untuk keterlibatan dalam berbagai kehidupan menggereja.Â
Di setiap paroki dapat dimulai dengan  membangun jejaring komunikasi seperti facebook, twitter, blog, website, yang tentunya media tersebut akan menambah pengetahuan iman Katolik bagi OMK, dan berdialog dengan orang muda lainnya serta membangun komunikasi dengan masyarakat sekitarnya.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H