Aku tidak bergabung dengan mereka karena percaya pada visi mereka. Aku bergabung untuk menghancurkan dari dalam.
Matematika adalah bahasa pertamaku. Sejak kecil, aku memahami bahwa dunia diatur oleh algoritma, bukan emosi. Di Eterna, aku tidak hanya peretas. Aku adalah arsitek sistem. Mereka memercayakan keamanan mereka padaku, tanpa tahu bahwa setiap line code yang kutulis adalah manifest perlawanan.
Mereka ingin tubuh manusia menjadi produk yang dapat dimodifikasi seperti perangkat lunak. Tapi aku melihat lebih jauh. Setiap algoritma yang mereka gunakan untuk menciptakan "kesempurnaan" adalah bukti bahwa tubuh telah menjadi komoditas.
Mereka tidak tahu bahwa aku sedang merancang akhir mereka.
III.
Richard Wang, ayahku, bukan sekadar dokter estetika. Ia adalah pelopor teknologi modifikasi tubuh. Di balik pintu tertutup, ia memimpin eksperimen yang mengubah tubuh manusia menjadi mesin biologis.
Tapi setiap sistem memiliki celah.
Suatu malam, aku menemukan dokumen rahasia yang membongkar konsekuensi mengerikan dari teknologi ini: kerusakan syaraf, kehilangan sensasi, dan—paling parah—bunuh diri massal di kalangan pengguna.
Aku menghubungi Bumi, mantan profesor bioetika yang memimpin gerakan bawah tanah bernama "Tubuh yang Terakhir." Mereka melawan komodifikasi tubuh, berusaha mengembalikan hak atas tubuh kepada manusia.
“Selamat datang di perang, Yasmine,” kata Bumi saat kami bertemu.
IV.