Mohon tunggu...
Fajr Muchtar
Fajr Muchtar Mohon Tunggu... Guru - Tukang Kebon

menulis itu artinya menyerap pengetahuan dan mengabarkannya https://www.youtube.com/c/LapakRumi

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Lindungi Otak dari Informasi Sesat

12 September 2017   20:41 Diperbarui: 13 September 2017   08:45 822
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Satu waktu, saya pernah menulis sebuah doa untuk memasuki dunia media sosial. Doa ini sangat penting dan sangat cocok untuk dipakai ketika menggunakan media sosial. Doanya sebaga berikut, "Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepadamu dari segala kejahatan dan segala kotoran"

Bagi yang tahu, sebetulnya doa ini adalah doa yang biasa digunakan saat memasuki WC, saat mau buang hajat, buang kotoran. WCmemang menjadi tempat untuk membersihkan diri dari kotoran yang ada dalam perut. Doa ini biasanya dibaca sebelum memasuki WC. Karena cocok dengan dunia media sosial saya pakai juga sebagai doa saat mau menggunakan media sosial. Mengapa?

Sekarang ini, media sosial bak hutan belantara yang pekat. Semua kotoran dan kejahatan ada di dalamnya (tanpa menampik banyaknya sumber kebaikan di dalamnya). Dengan demikian orang yang masuk ke dalamnya mestilah memiliki berbagai peralatan untuk bisa survive menjaga kebersihan. Dia harus bisa memilah dan memilih apa saja yang bermanfaat buat dirinya dan juga buat orang lain.

beragam media sosial (foto : okezone)
beragam media sosial (foto : okezone)
Media sosial juga ibarat senjata api yang berbahaya dipegang oleh orang-orang yang tak memiliki keahlian menggunakan dan tak bertanggung jawab. Ia adalah banjir bandang yang akan menenggelamkan siapa saja yang tak bisa berenang. Bayangkan setiap hari ada 2,5 triliun byte data berseliweran di dunia maya.

Di era banjir bandang informasi ini haruslah pandai-pandai berenang dan menyelam. Tidak semua berita dapat diterima begitu saja. Apalagi yang mengandung unsur unsur kebencian. Menurut Gail B Murrow dalam Jurnal Law and Biosciences berjudul A Valid Question: Could Hate Speech Condition Bias in The Brain "Kebencian bisa menghilangkan harkat manusia, memunculkan bias, dan mengurangi empati," Sementara itu, Imam Ali as. menyebutkan "Sehatnya badan karena sedikitnya dengki, dan kedengkian itu diwariskan sebagaimana diwariskannya harta."

Apa yang diungkapkan Imam Ali as. Dibuktikan dalam berbagai penelitian. Menurut salah satu ahli otak (neurosains) Taufik Pasiak, "kebencian merusak otak, menguras energi otak dan membuat otak tumpul" Oleh karenanya wajar saja kalau orang yang pendengki sulit berpikit dan tidak akan bisa bertindak adil.

Pelaku penyebar kebencian yang ditangkap (Kompas TV)
Pelaku penyebar kebencian yang ditangkap (Kompas TV)
Laporan Detik.com agustus lalu semakin menegaskan bahwa orang yang suka menyebarkan hoax, SARA dan kebencian, diduga kuat memiliki gangguan neurotik. Gangguan neurotik adalah kondisi jiwa dan otak seseorang memiliki masalah mental yang akut. Psikolog Elizabeth Santosa mengatakan orang-orang yang gemar menyebarkan hoax, kebencian dan isu SARA rata-rata memiliki sifat impulsif, tidak memiliki manajemen emosi yang baik dan kurang percaya diri. Menurutnya, akibat hoax di medsos, psikiater makin mudah temukan pasien gangguan jiwa.

Padahal, kata Taufik Pasiak, sejatinya, manusia membenci hal yang tak menyenangkan karena karakter utamanya jutstu memburu kesenangan. Karena kebencian tak menyenangkan, manusia sejatinya tak suka membenci. Untuk itu, tak ada jalan lain kecuali membatasi banjir informasi itu.

Beruntunglah di tengah gempuran dan banjir bandang informasi, kita bisa menggunakan Kurio. Mungkin sangat tepat kalau Kurio disebut sebagai ginjal informasi. Seperti ginjal, aplikasi ini menyaring informasi bagi kita. Kurio memang concern dalam memerangi berita hoax.

Perangi hoax dengan menyaring berita sendiri (foto : dokpri)
Perangi hoax dengan menyaring berita sendiri (foto : dokpri)
Mengutip situs Selular.id, Kurio telah merancang sebuah algoritma yang dapat diandalkan untuk mengurangi masuknya berita hoax dan juga membantu agar penyebaran berita hoax dapat diredam. Melalui Machine Learning dan algoritma yang dirancang, setiap artikel yang masuk dipastikan akan difilter terlebih dahulu sehingga tidak masuk ke dalam artikel stream.

Pada tahap awal, Learning Machine akan bekerja untuk melakukan pengkategorian otomatis, personalisasi, prediksi berita, hingga pendeteksian hoax. Tak hanya itu, Kurio juga melibatkan tim kurator untuk mengkurasi kembali artikel-artikel yang sudah masuk ke dalam artikel stream. Hal itu dilakukan agar berita yang tersaji betul betul bebas dari hoax.

blog-banner-blue-pusing-59b7e221b48b7457a158efb2.png
blog-banner-blue-pusing-59b7e221b48b7457a158efb2.png
Perpaduan antara sistem pemilihan konten oleh algoritma mesin yang akurat dan kurasi manual oleh tim kurator, memberikan pengalaman bagi pengguna memilih judul artikel untuk dibaca langsung dari media yang kredibel.

Saat saya mencobanya, beberapa pekan saringannya terasa berdampak. Sebetulnya sayang sekali saya bisa mencobanya sekarang. Coba kalau menjajalnya pada waktu pilkada DKI kemarin. Mungkin akan lebih terasa bedanya.

Nah, setelah beberapa pekan ini saya mencoba Kurio ada beragam manfaat yang bisa saya dapatkan. Manfaat pertama, sergapan informasi berkurang drastis. saya cukup melihat timeline di Kurio untuk mendapat informasi yang up to date dan sudah tersaring. Manfaat kedua, Kurio menjadi pembanding yang baik bagi informasi sesat karena didukung oleh berbagai kanal berita yang kredibel. Jadi kalau ada sumber berita dari grup WA sebelah saya coba cari perimbangannya di Kurio. Simpel.

fb-ads-2017w23-branding003-59b7e23ac36376545352d0e2.jpg
fb-ads-2017w23-branding003-59b7e23ac36376545352d0e2.jpg
Awalnya saya agak kerepotan dengan banyaknya notifikasi yang muncul. Begitu pula dengan beragam stream berita yang ada. Saya pribadi terbilang orang yang tak mudah percaya pada sebuah berita dan tak terlalu membutuhkan semua berita yang ada di tab. Misalnya saja, saya tak begitu peduli dengan gejolak di kalangan entertainmen atau pelik-pelik masalah life style. Untungnya hal itu bisa diatur dengan mudah lewat fungsi pengaturan yang cantik dan sederhana.

Sumber berita juga bisa kita pilah, pilih dan diperkaya dengan pilihan kanal-kanal informasi yang kredibel. Ada Kompas, bola.com, kumparan. (Nah saya cari Kompasiana kok malahan ndak ada ya? Oh iya, bukan kanal berita)

Fitur Lokasimu membuat ikatan emosional dengan pembaca (dokpri)
Fitur Lokasimu membuat ikatan emosional dengan pembaca (dokpri)
Fitur Lokasimu membantu pengguna untuk mengetahui berita-berita yang terjadi di kota kita. Ketertarikan akan daerah menjadi salah satu pengikatnya karena apa yang terjadi di daerah lain belum tentu menarik saya. Kemenangan Persib pasti tak menarik bagi fans Persija. Begitu juga sebaliknya. ada keterikatan psikologis yang kuat dalam berita itu buat orang Bandung. Artinya dengan memuat berita lokal seperti itu, akan muncul ikatan emosional yang tertanam kuat pada aplikasi ini. Ini terobosan bagus.

Nah, daripada sakit jiwa karena mendapat berita berita hoax dan penuh kebencian, mulai aja saring dengan Kurio.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun