[caption caption="Datsun Risers Expedition Kalimantan (dok Kompasiana)"][/caption]Generasi Keriput, kata Samuel Ullman (1840—1924) menunjuk anak-anak muda yang sudah kehilangan antusiasme hidup yang mengeriputkan jiwa. Kata Ullman, muda itu bukan urusan umur, melainkan sikap dan pemikiran; bukan berarti pipi kemerahan, bibir merah merekah dan dengkul kuat, melainkan terletak pada kemauan, kualitas imajinasi, kekuatan emosional, kesegaran dan kebugaran.
Saya setuju dengan apa yang ditulis Ullman, sebab saya sendiri sering mengutip sebuah pepatah yang menyebutkan bahwa tua itu bukan urusan umur, tapi tiadanya cita-cita. Selama ada cita-cita yang dikejar, dia masih bisa disebut muda. Muda juga berarti gairah menerima tantangan dan petualangan.
Biarlah rambut memutih atau dengkul tak lagi kuat asal jiwa ikut keriput. Makanya saat ada tantangan #DatsunRisersExpedition mengunjungi Kalimantan, jiwa saya ikut tertantang. Sejak awal diumumkan menjadi peserta ekspedisi, saya sudah tak sabar mengikuti petualangan itu. Semangat ini bertambah karena dalam beberapa ekspedisi yang mirip, saya belum pernah berhasil mengikuti.
Dan berangkatlah saya pada hari jum’at malam, lebih cepat beberapa jam dari waktu yang ditentukan. Jam 1 malam saya sudah tiba di Bandara Udara Sukarno Hatta. Saya baca di WA, beberapa peserta masih mempersiapkan keberangkatan. Karena waktunya masih panjang, saya pergunakan untuk tidur di kursi tunggu bandara.
Pagi sudah tiba, satu demi satu Kompasianer peserta #DatsunRisersExpedition berdatangan. Sebagian besar sudah saya kenal jadi tinggal berkenalan dengan beberapa riser lainnya. Setelah semua lengkap, Penerbangan GA 560 mengantarkan kami ke bumi Kalimantan.
Welcome to Balikpapan! Setibanya di Balikpapan, mobil Datsun yang akan dipergunakan dalam #DatsunRisersExpedition sudah berjajar rapi. Dan berkumpulah para riser yang akan menjelajah Kalimantan.
[caption caption="Datsun Go Panca 1200 cc yang dipakai menjelajah Kalimantan"]
Perjalanan dari Sepinggan menuju Samarinda, mobil dikendalikan oleh Pak Sannang. Lumayanlah, hitung-hitung mengenal medan (eh ini kan Kalimantan bukan Medan), sekaligus ngobrol. Pak Sannang ini orang Bugis yang sudah lama tinggal di Balikpapan. Dia sangat hapal betul jalanan di sini sehingga selalu menjadi rujukan tim #DatsunRisersExpedition.
Laksamana Cheng Ho pernah ke Balikpapan? Itu pertanyaan saya saat mendengar informasi Pak Sannang tentang Mesjid Cheng Ho saat kami lewat Desa Batuah, Kec. Loa Janan, Kab Kuatai Kartanegara. Setidaknya menurut Pak Sannang begitu. Mesjidnya seperti yang pernah saya kunjungi di Pandaan. Didominasi warna merah dan kuning keemasan.
[caption caption="Awas ada babon hijau..."]
Ah sayang, Mahakam mesti dilewati saja. Kami harus segera ke Sempaja (Diler Datsun di Samarinda), tempat perjalanan kami menjelajah Kalimantan dimulai secara resmi. Setelah briefing, tiap grup riserpun diberangkatkan. DATSUN RISERS EXPEDITION…. GOOOO. Mobil kami meluncur. Kali ini Shendy Adam mengemudi.
Perjalanan menuju Sangatta ternyata lebih sulit ketimbang etape awal. Banyak jalan berlubang yang menyulitkan pengemudi. Beruntung selain Bang Shendy Adam yang lihai mengendalikan mobil, Datsun juga lincah merespon gas dan rem. Perjalanan menjadi menarik karena dihiasi lembayung sore keemasan hingga sampailah kami di Sangatta.
[caption caption="Libas brooo.."]
Hari ini saya yang pegang kemudi. Perjalanan pertama menuju Kampung suku Dayak di Miau. Saya betul-betul merasakan geliat performa Datsun yang ciamik menaklukan jalan yang 30 % betul-betul hancur. Di jalanan seperti ini manuver-manuver lincah sangat diperlukan. Saat dikendalikan Datsun mampu diajak bekerja sama melibas tanjakan, turunan dan apalagi di jalan datar. Di salah satu trek lurus, Datsun dipacu hingga lebih dari 100 km/jam dan tetap stabil.
Hutan menghijau dengan pohon yang tinggi menjadi keindahan yang menghibur saya. Saya takjub kala melihat sebuah pohon dengan batang yang besar ada di jajaran hutan belantara. Dia berdiri lurus menjulang langit seakan hendak meraih mentari. Saat kaca mobil dibuka, udara khas gunung memasuki kabin. Udara itu mampu mengusir keletihan mengendarai mobil. Suara burung dan hewan-hewan hutan sering terdengar menyapa telinga. Lebih merdu daripada suara musik yang sering didengar di tape recorder manapun.
Pelajaran penting hari ini adalah pertemuan dengan suku Dayak Miau. Saat bertamu ke suku Dayak Miau, kami diterima di sebuah ruang pertemuan yang dibuat dari kayu. Bangunan itu sangat megah dan indah. Terbuat dari kayu besar dan dihiasi dengan ukiran serta gambar berwana ceria. Sepertinya orang-orang ini hidup berbahagia dengan alam yang mereka tempati. Di sini saya menemukan keceriaan, optimisme dan harmomi.
Di sini tim Datsun memberikan sumbangan kepada SDN 01 Miau dan para riser berinteraksi dengan anak-anak SD itu. Berbincang, mengajak bermimpi dan berkreasi. Secara kasat mata kami memberikan sesuatu pada mereka, namun saya merasakan bahwa yang saya dapat dari mereka jauh lebih besar lagi.
Setelah enam jam lebih berkendara, akhirnya kami sampai di Tanjung Redeb, ibu kota Kabupaten Berau. Kota kecil yang ramai ini menjadi persinggahan para turis yang akan ke Derawan atau para pekerja tambang batu bara. Besok kita tidak akan berbicara tentang jalan… karena perjalanan berganti menjadi perjalanan laut.
Â
Catatan selama perjalana dapat dilihat juga di link berikut :
1. Datsun Risers Expedition, Lebih Dari yang Dibayangkan
3. Dalam berbagi ada kehidupan
Â
Video Teaser dapat dilihat di link ini
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H