Defisit neraca juga membengkak. Ini jelas merupakan TANDA BAHAYA, bukan lagi waktunya Pak Jokowi berwacana soal penembakan nelayan gurem dari tetangga untuk pencitraan. Ada Pekerjaan Rumah signifikan yang harus segera dipahami dan dikerjakan. Tidak perlu juga berjanji 2015 akan lebih baik, jika faktanya 3 bulan pertama semua data ekonomi begitu amburadul.
Dengan semua data buruk diatas, Apakah Pak Jokowi masih sibuk menyalahkan masa lalu? Faktanya apa yang anda kritik yang kata anda buruk ternyata jauh lebih bagus dari apa yang bisa anda kerjakan. Bahkan sekedar memanfaatkan momentum positif paska pilpres saja anda tidak mampu.
Dengan alasan mempermudah penyusunan RAPBN anda melepas tanggung jawab stabilitas ekonomi nasional dengan melepas harga BBM yang menyangkut harkat hidup orang banyak ke dalam mekanisme pasar bebas. Artinya rakyat Indonesia dengan pendapatan 1/10 penduduk AS harus membiayai hidupnya sama mahalnya dengan rakyt AS.
Jika anda lepas tangan dengan BBM dan stabilitas ekonomi karena malas mikirin APBN, trus anda ini presiden buat siapa? bagaimana jika kelak harga BBM kembali di kisaran 100 USDollar? apakah anda pikir harga energi akan selamanya turun? Pak Jokowi, mungkin anda lebih cocok mewakili kepentingan SPBU Shell, Petronas, Total dsb dibanding sebagai presiden pilihan rakyat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H