Selama 3 bulan pemerintahan Jokowi sesungguhnya telah terjadi perubahan mendasar yang terang - terangan melawan rakyat kecil. Tetapi ironisnya media mainstream dan media sosial benar - benar telah di kuasai oleh kelompok ini. Bermacam subsidi dicabut, harga - harga melonjak tinggi, eksport turun drastis, defisit melonjak tinggi, cadangan devisa dihamburkan untuk menaham rupiah akibat kenaikkan BBM. tetapi tidak terdengar suara kritis dari media. Mereka terang - terangan menyembunyikan kebobrokan penguasa. Rakyat dihibur dengan berita soal jamu, singkong dan drama penengggelaman kapal nelayan gurem.
Media sosial, walaupun sudah memenangkan pilpres dan sering mengumbar kata "MOVE ON" tetapi para simpatisan Jokowi ini tidak kunjung move on juga. Perilaku buta membela Jokowi sambil membully siapa saja yang kritis tetap dilakukan dengan cara - cara yang tidak beradap.
Perilaku yang tidak MOVE ON sebetulnya selalu dicontohkan oleh Jokowi, tak heran simpatisannya pun sama saja. Walaupun sudah menjadi presiden untuk seluruh rakyat, Jokowi tidak malu - malu selalu menemui dan memprioritaskan RELAWAN. Bisa dipahami, RELAWAN inilah yang masih setia membully orang - orang kritis sampai saat ini. Bully itulah senjata satu satunya, yang mungkin tanpa disadari telah merusak akal sehat kita sebagai suatu bangsa. Karena kebenaran lebih ditentukan seberapa kejam anda bisa membully tidak peduli seberapa konyol pendapat anda.
Apakah di negara moderen tidak ada SUBSIDI? Faktanya di Jepang pun tidak semua aktivitas ekonomi base on Teknologi tinggi, jika tanpa Policy (baca subsidi) bagaimana petani Jepang bisa bertahan dalam biaya hidup yg tinggi dengan harga komoditas yg tidak beda jauh dengan disini? Sampai kapan anda bohong soal subsidi?