Mohon tunggu...
Febri Wicaksono
Febri Wicaksono Mohon Tunggu... Dosen - Pengamat Masalah Sosial Kependudukan

Dosen Politeknik Statistika STIS

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Masyarakat Jaringan, Globalisasi, dan Perubahan Sosial dalam Sub-sistem Masyarakat

21 September 2022   10:32 Diperbarui: 26 September 2022   09:30 2145
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Globalisasi telah membuat teknologi dan internet kehilangan konotasi kunonya sebagai mesin yang kompleks dan impersonal. Mereka telah menjadi perangkat yang menghadirkan fitur nyata di dalam masyarakat. Dimana internet telah menyediakan sumber pengetahuan dan juga sumber kesenangan yang tiada habisnya.

Dampaknya, sampai dengan tahun 2020, diperkirakan hampir 60% penduduk dunia telah terkoneksi dengan internet (Digital 2020 Global Overview Report). Dan kemudian, angkanya akan semakin bertumbuh secara eksonensial di tahun-tahun kedepan.

 Manuel Castells merupakan salah satu intelektual pertama yang memahami internet dan perkembangan terkait dalam teori sosial yang lebih luas. Dalam tulisannya, Castells (2004) menyajikan konsep tentang masyarakat jaringan (network society): masyarakat baru yang muncul yang dihubungkan oleh teknologi informasi dan komunikasi (TIK). 

Didorong oleh TIK ini, Castells mengamati pembentukan jenis baru kapitalisme yang ia sebut "kapitalisme informasi global", atau singkatnya "informasionalisme". Sistem baru ini ditandai dengan pengolahan pengetahuan dan informasi melalui teknologi. Dimana jaringan (network) merupakan elemen penting dari pengaturan sosial-ekonomi baru ini dan mewakili logika organisasi masyarakat.

 Menurut Castells (2004), masyarakat jaringan adalah masyarakat yang struktur sosialnya terbuat dari jaringan yang didukung oleh TIK berbasis mikroelektronika. Dimana jaringan didefinisikan sebagai "satu set node yang saling berhubungan" yang mengikuti struktur yang sangat mudah beradaptasi, terbuka, dan terdesentralisasi. 

Sistem yang saling terkait ini memungkinkan sistem organisasi bekerja secara efisien berkat tiga karakteristik utama: 

Fleksibilitas, konsep dimana jaringan dapat mengkonfigurasi ulang diri mereka sendiri sebagai tuntutan lingkungan yang berubah dan tetap bekerja menuju tujuan yang sama; Skalabilitas, karakteristik dimana jaringan tidak menampilkan ukuran atau jumlah elemen yang tetap, bentuk dan luasnya bervariasi tergantung pada konektivitas anggota; dan Kemampuan bertahan, yang berarti bahwa karena strukturnya yang terdesentralisasi, jaringan lebih tahan terhadap serangan dan kerentanan pada node individu.

 Dalam masyarakat jaringan, salah satu dampak terpenting dari globalisasi adalah cara globalisasi memungkinkan kita menciptakan hubungan ekonomi, sosial, dan politik yang semakin lama semakin tidak dibatasi oleh tempat kita berada pada waktu tertentu. 

Dalam masyarakat tradisional, hubungan sosial, adat, dan budaya yang berbeda terdapat di ruang yang terpisah dan individu harus menyesuaikan diri dengan harapan dan aturan tertentu, misalnya dalam keluarga, desa, kota, dan negara bangsa. 

Dalam masyarakat global, ruang-ruang ini kehilangan kekuatannya untuk membatasi individu. Orang dapat berkomunikasi tanpa kontak pribadi melalui jaringan global media massa, telepon, faks, dan komputer dan semakin lama semakin tidak terhubung secara tatap muka. Pada saat yang sama, tradisi yang sudah ada sebelumnya tidak dapat menghindari kontak dengan nilai-nilai dan bentuk-bentuk pengetahuan yang baru dan jauh berbeda.

 Mengenai kekuasaan, Castells menekankan bahwa jaringan adalah entitas utama yang mengerahkan kekuasaan. Di masa lalu kepentingan sosial tertentu dapat mendominasi kekuasaan, namun saat ini, yang mendominasi kekuasaan adalah jaringan dan arus informasi. Castells berpendapat bahwa kemampuan untuk membentuk, memprogram, dan memprogram ulang jaringan adalah cara untuk menjalankan kekuasaan atas orang lain. 

Sehingga Castells menyebutkan bahwa “network switchers” adalah instrumen kekuasaan yang istimewa dan menjadi sumber fundamental dalam membentuk, membimbing, atau menyesatkan masyarakat (Castells, 2004). 

“Network switchers” ini tidak dibentuk oleh individu atau kelompok tunggal, tetapi dibentuk oleh jaringan aktor sosial yang terdesentralisasi dan saling berhubungan. Oleh karena itu, kekuasaan dijalankan dalam "satu set aksi bersama yang kompleks" (Castells, 2004).

 Aspek kunci lainnya dari konsep masyarakat jaringan adalah bahwa masyarakat tertentu sangat dipengaruhi oleh inklusi dan eksklusi dari jaringan global yang menyusun produksi, konsumsi, komunikasi, dan kekuasaan. 

Castells (2004) menyebutkan bahwa setiap bagian tertentu dari jaringan hanya dapat berkomunikasi dan berbagi informasi dengan anggota lain dari struktur ini, yang berarti bahwa, jika ada subjek yang terputus dari pengaturan ini, yang terakhir secara otomatis dikeluarkan dari semestanya.

Perspektif biner sosial ini menyiratkan bahwa ada dua realitas yang sangat berbeda dan kontras di dalam dunia yang sama: realitas yang dijalani oleh orang-orang yang merupakan bagian dari jaringan (dan oleh karena itu, terinformasi dan berpengaruh) dan mereka yang hidup terputus dari jaringan (oleh karena itu, mereka yang tidak berdaya dan lemah). 

Struktur biner ini menghasilkan pembagian digital (digital divide) yang didefinisikan sebagai penghalang “ditandai dengan tidak hanya oleh akses fisik ke komputer dan konektivitas, tetapi juga oleh akses ke sumber daya tambahan yang memungkinkan orang untuk menggunakan teknologi”. Hal ini berarti bahwa masyarakat yang belum cukup beruntung untuk menikmati manfaat teknologi, secara realita akan terasing dari mereka yang menguasai teknologi.

 Munculnya internet yang meluas secara global juga menyebabkan perubahan struktural penting di dunia. Castells (2004) menyoroti dua fitur khusus dari masyarakat jaringan: “Space of Flows” dan “Timeless Time”. Kedua konsep baru ini tidak menggantikan struktur ruang dan waktu sebelumnya, sebaliknya mereka hidup berdampingan. 

Artinya waktu dan ruang sebagai konsep fisik masih ada, namun keterbatasan yang pernah dimiliki manusia, menjadi kurang jelas. Teknologi yang menjadi ciri masyarakat jaringan telah memusnahkan batas-batas geografis dan ekonomi. 

Dalam tulisannya, Castells (2004) memberikan contoh sistem pasar keuangan: perdagangan keuangan terjadi dengan kecepatan konstan di seluruh dunia, pada waktu yang bersamaan. Lokasi dan zona waktu yang berbeda tidak menjadi penghalang karena sistem perdagangan saling terkoneksi dan bersifat global.

Hal ini menunjukkan bahwa teknologi dapat membuat kemungkinan yang terorganisasi dalam mempraktikkan kegiatan simultanitas walaupun tanpa kedekatan jarak.

 Di lain pihak, Jan Van Dijk mengembangkan suatu framework yang menempatkan networks sebagai penanda untuk memahami masyarakat yang terintegrasi secara luas. Seperti halnya Castells, Van Dijk juga meyakini tentang keberadaan jaringan di mana-mana di era kontemporer. Seperti Castells, van Dijk memberikan pandangan analitisnya secara komprehensif melintasi luasnya kehidupan sosial. 

Dia mengarahkan perhatian rinci pada teknologi, ekonomi, politik dan kekuasaan, hukum, struktur sosial, budaya dan psikologi, mengamati banyak fenomena jaringan yang dipetakan oleh Castells. Namun, van Dijk membawa analisisnya menggunakan pendekatan ilmu komunikasi yang menghasilkan konsep masyarakat jaringan yang lebih berbeda.

 Menurut pemikiran Van Dijk (2006), masyarakat jaringan (network society) dapat menjelaskan tipe masyarakat baru di mana hubungan sosial diatur dalam teknologi mediatif yang membentuk jaringan komunikasi yang lama kelamaan akan mengganti atau melengkapi hubungan sosial tatap muka (face to face).

 Jika menurut Castells, masyarakat jaringan adalah hasil dari informasionalisme, sebuah paradigma teknologi baru yang diorganisir di sekitar teknologi informasi yang berasal dan menyebar dalam periode sejarah restrukturisasi kapitalisme global.

 Van Dijk (2006) mendefinisikan masyarakat jaringan sebagai formasi sosial dengan infrastruktur jaringan sosial dan media yang memungkinkan modus utama organisasi di semua tingkatan (individu, kelompok/organisasi, dan masyarakat). Jaringan ini semakin menghubungkan semua unit atau bagian dari formasi ini (individu, kelompok dan organisasi).

 Kemudian, jika Castells mengaitkan konsep masyarakat jaringan dengan transformasi kapitalis, Van Dijk melihatnya sebagai akibat logis dari semakin melebar dan menebalnya jaringan secara alamiah dan di dalam masyarakat. Bagi Van Dijk (2006) jaringan telah menjadi sistem saraf masyarakat. Dia melihat jaringan sebagai sesuatu yang terorganisir menurut tingkatan dari kimia, biologis, sampai ke masyarakat. 

Namun, dia melihat bahwa setiap tingkatan secara dinamis saling terkait dalam apa yang disebutnya sebagai mode organisasi heterarkis (heterarchical mode of organization). Setiap tingkatan tersebut, baik tingkat yang lebih tinggi maupun yang lebih rendah, tidak berada dalam kendali yang satu atau lainnya, tetapi mereka semua saling menentukan. 

Ia berargumen bahwa diperlukan adanya keterlibatan sistem operasi dengan lingkungannya untuk mereproduksi dirinya sendiri, sehingga tidak dimungkinkan adanya dominasi antar tingkatan. Menurutnya, setelah suatu jaringan, yang merupakan kumpulan sistem yang saling tertutup, terlibat dengan sistem lainnya, segala kemungkinan dan kejadian acak dapat terjadi.

 Lalu bagaimana kita dapat menjaga agar digitalisasi menghasilkan transformasi yang baik dan menguntungkan (benefitting) masyarakat? Menurut pendapat penulis, untuk dapat menjaga hal ini, maka dibutuhkan mekanisme kontrol di dalam masyarakat melalui civil society. Civil society telah dianggap sebagai tempat partisipasi di mana warga negara membuat klaim dan berpartisipasi dalam debat bersama tentang peraturan yang telah ditetapkan dan tentang relasi kuasa. 

Menurut Ehrenberg (1999), civil society adalah sebuah masyarakat yang otonom bertindak, dan dapat mengontrol kekuasaan negara dengan sikap kritis, berbasiskan semangat egalitarian, keterbukaan, penghargaan pluralitas, emansipatif, aspiratif, dan partisipatif. 

Sedangkan Barber (1997) menyebut civil society sebagai tempat yang mampu mempromosikan tindakan warga negara yang bertanggung jawab, berkomitmen, mengendalikan pasar, membudayakan masyarakat, dan mendemokratisasi pemerintah.

 Saat ini, dengan adanya revolusi di bidang teknologi informasi dan komunikasi serta berkembangnya globalisasi yang menghasilkan masyarakat jaringan, telah memaksa ruang publik untuk memperoleh sifat yang lebih kompleks dan lintas batas. Hal ini dapat mengarahkan transformasi domestic civil society menjadi global civil society

Keane (2003) mendefinisikan global civil society sebagai sistem non-pemerintah yang dinamis dari institusi sosial-ekonomi yang saling berhubungan yang “melangkahi” seluruh dunia, yang atribut transnasionalnya memungkinkan mereka untuk berpotensi memajemukan kekuasaan dan mempermasalahkan kekerasan di mana saja di dunia ini. 

Secara umum, global civil society dipahami sebagai arena politik, interaksi, dan debat transnasional (Del Felice, 2011) yang tampaknya menjadi bagian dari gerakan pro-demokrasi. Untuk itu, mendukung berkembangnya jaringan civil society diharapkan dapat menjadi kontrol di tengah masyarakat lintas batas saat ini.

Daftar Pustaka

Barber, B. (1997). Un lugar para todos. Barcelona: Paidós.

Castells, M. (2004). Informationalism, networks, and the network society: a theoretical blueprint. Chapters, in:  Manuel Castells (ed.), The Network Society: A Cross-cultural Perspective, chapter 1. Edward Elgar Publishing.

Del Felice, C. (2011). Transnational activism and free trade. Exploring the emancipatory potentials of global civil society. Voluntas, 23, 302–327.

Ehrenberg, J. (1999). Civil society. The critical history of an idea. New York: New York University Press

Keane, J. (2003). Global civil society? Cambridge: Cambridge University Press.

van Dijk, J. A.G.M. (2006). The Network Society: Social Aspects of New Media (2nd ed.). London: Sage.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun