"Saudara-saudara! Dasar-dasar negara telah saya usulkan, lima bilangannya. Inikah Panca Dharma? Bukan! Nama panca Dharma tidak tepat di sini, Dharma berarti kewajiban, sedang kita membicarakan dasar. Saya senang kepada simbolik. Simbolik angka pula. Rukun islam lima jumlahnya.Â
Jari kita lima setangan. Kita mempunyai panca indera. Apa lagi yang lima bilangannya? (Seorang yang hadir menjawab : Pendawa lima). Pandawa pun lima jumlahnya, sekarang banyaknya prinsip: kebangsaan, internasionalisme, mufakat, kesejahteraan dan ketuhanan, lima pula bilangnnya".
"Namanya bukan Panca Dharma tapi namakan ini dengan petunjuk seseorang teman kita ahli Bahasa-namanya ialah Panca Sila. Sila artinya asas atau dasar, dan di atas kelima dasar itulah kita mendirikan negara  Indonesia, kekal dan abadi".
Itulah kutipan pidato Bung Karno di depan sidang Badan Penyelidik Usaha Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) pada tanggal 1 Juni 1945 dikutip dari Buku Pemikiran Politik Indonesia 1945-1965 karya Herbert Feith dan Lance Castles (LP3ES 1988).Â
Bung Karno berpidato tentang arti penting Philosofische grondslag (filosofi dasar) dan Weltanschauung (pandangan hidup) bagi sebuah negara yang merdeka. Bung Karno juga menguraikan lima nilai dasar filosofis tersebut, yakni kebangsaan, kemanusiaan, demokrasi atau mufakat, keadilan sosial dan percaya pada Tuhan Yang Maha Esa. Bung Karno kemudian menamai lima nilai filosofi dasar itu dengan nama Pantja-Sila atau Pancasila.
Pidato Bung Karno mendapat tepuk-tangan bergemuruh dari peserta sidang. Usulannya disetujui. Untuk mematangkan rumusan Bung Karno itu, dibentuklah Panitia Sembilan yang diketuai oleh Bung Karno sendiri. Panitia Sembilan inilah yang mengubah sedikit urutan rumusan Bung Karno: Ketuhanan pindah ke sila pertama, dan ditambahi kata-kata "dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya". Rumusan ini disebut Piagam Djakarta.Â
Karena itu, Bung Karno boleh dikatakan sebagai penemu dari Pancasila. Tetapi dia sendiri menolak istilah "penemu" itu. Menurutnya, lima nilai dasar itu sudah ada dan hidup di bumi Indonesia jauh sebelum kolonialisme datang. Hanya sempat terkubur oleh kolonialisme. Bung Karno hanya menggalinya kembali. Maka ada istilah: Bung Karno penggali Pancasila.
Pancasila ditetapkan sebagai Dasar Negara pada tanggal 18 Agustus 1945, dengan mengubah bunyi sila pertama Piagam Djakarta, menjadi: Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang adil dan beradab, Persatuan Indonesia, Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan, dan Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Tahun 1947, Departemen Penerangan Republik Indonesia (RI) mempublikasikan pidato Bung Karno tanggal 1 Juni 1945 dengan nama Lahirnya Pancasila.Â
Kata pengantar buku tersebut ditulis oleh Ketua BPUPKI, Radjiman Wedyodiningrat, menyebut bahwa pidato Bung Karno tanggal 1 Juni 1945 sebagai hari Lahirnya Pancasila. Sedangkan peringatan 1 Juni sebagai Hari Lahirnya Pancasila baru dimulai secara resmi di tahun 1964.
Pancasila, sebagai dasar negara Indonesia kini sudah berusia 79 tahun sejak dilahirkan, tentu saja Pancasila tidak hanya sekadar serangkaian kata-kata yang terpahat dalam teks konstitusi, tetapi juga menjadi perekat yang kuat bagi keberagaman dan kesatuan bangsa.Â
Setiap tanggal 1 Juni, negara dan masyarakat Indonesia memperingati Hari Lahir Pancasila sebagai momen penting untuk merefleksikan dan memperkuat komitmen terhadap nilai-nilai kebangsaan yang terkandung di dalamnya. Dalam konteks dinamika bangsa yang terus berubah, Momentum Hari Lahir PancasilaÂ