Mohon tunggu...
Funpol
Funpol Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Tumbuh dan Menggugah

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Besarnya Potensi Konflik Senjata di Asia Timur

29 Desember 2022   19:17 Diperbarui: 29 Desember 2022   19:30 644
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber gambar: kompas.com

Pergolakan di wilayah Asia Timur kerap terjadi, cukup besar potensi adanya konflik bersenjata diwilayah tersebut.

Seperti yang terjadi pada hari minggu, 25 desember 2022 hingga 26 Desember 2022 konflik antara China dengan Taiwan. Sebanyak 71 jet tempur dan 7 kapal perang terlihat bergerak mendekati Taiwan.

Bahkan diantaranya terdapat 47 pesawat yang melintasi garis imajiner yang di Selat Taiwan hingga masuk ke zona identifikasi pertahanan udara Taiwan.

Konflik berawal dari klaim Taiwan yang menyatakan diri bukan bagian dari China, hal tersebut memantik reaksi dari China. Kondisi semakin diperparah dengan dijualnya berbagai persenjataan oleh Amerika Serikat kepada pemerintahan Taiwan.

Meskipun AS tidak memiliki hubungan diplomatik, undang-undang tentang belanja pertahanan AS membuat negeri Paman Sam itu memiliki dana sekitar 12 miliar dollar AS dari Washington ke Taipei.

Undang-Undang itu pula memancing respon China untuk mengirimkan kekuatan militernya ke Selat Taiwan. Seperti yang ditulis oleh media China, Global Times tercatat kekuatan yang dikirimkan lebih besar ketimbang kekuatan militer yang sebelumnya dikerahkan untuk latihan perang ketika Katua DPR AS, Nancy Pelosi berkunjung ke Taiwan.

China ingin menunjukan bahwa mereka mampu melakukan blokade terhadap Taiwan, selain itu China pun mampu melakukan serangan seketika apabila terjadi kondisi darurat yang dapat mengubah status quo.

Situasi darurat yang dimaksud yaitu apabila Taiwan secara resmi mendeklarasikan kemerdekaannnya ataupun adanya operasi negara asing yang dinilai sebagai bentuk dukungan terhadap kemerdekaan Taiwan.

Meskipun Presiden Joe Biden, dan Presiden China Xi Jinping melakukan upaya meredakan ketegangan, tetapi berbagai analisis yang menilai Taiwan dapat menjadi titik pemicu konflik senjata antara China dan Amerika.

Meskipun terlihat berada di pihak Taiwan, sesungguhnya tidak mudah membuat Amerika untuk berperan langsung pada perseturuan tersebut karena kamanan dalam negeri dan nasib sekutu Amerika seperti Jepang dan Korea Selatan menjadi prioritas AS. Wajar Amerika berpikir dua kali apabila berkonfrontasi dengan China sebab akan memberikan kerugian besar .

Kondisi tersebut pun memaksa Jepang untuk mengubah kebijakan pertahanannya dengan meningkatkan kekuatan militernya karena selain berada diantara konflik China dan Taiwan, posisinya yang tidak jauh dari Korea Utara yang kian agresif uji coba berbagai senjatanya membuat Jepang harus lebih berhati hati.

Tidak adanya sinyal turunnya potensi konflik senjata di Asia Timur, komunikasi yang lancar harus tetap dijaga untuk menghindari potensi pemicu perang. Diplomasi antar negara harus terus dikedepankan sebab hanya kerugian yang akan timbul dikedua belah pihak apabila terjadi sebuah perang.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun