Pergolakan di wilayah Asia Timur kerap terjadi, cukup besar potensi adanya konflik bersenjata diwilayah tersebut.
Seperti yang terjadi pada hari minggu, 25 desember 2022 hingga 26 Desember 2022 konflik antara China dengan Taiwan. Sebanyak 71 jet tempur dan 7 kapal perang terlihat bergerak mendekati Taiwan.
Bahkan diantaranya terdapat 47 pesawat yang melintasi garis imajiner yang di Selat Taiwan hingga masuk ke zona identifikasi pertahanan udara Taiwan.
Konflik berawal dari klaim Taiwan yang menyatakan diri bukan bagian dari China, hal tersebut memantik reaksi dari China. Kondisi semakin diperparah dengan dijualnya berbagai persenjataan oleh Amerika Serikat kepada pemerintahan Taiwan.
Meskipun AS tidak memiliki hubungan diplomatik, undang-undang tentang belanja pertahanan AS membuat negeri Paman Sam itu memiliki dana sekitar 12 miliar dollar AS dari Washington ke Taipei.
Undang-Undang itu pula memancing respon China untuk mengirimkan kekuatan militernya ke Selat Taiwan. Seperti yang ditulis oleh media China, Global Times tercatat kekuatan yang dikirimkan lebih besar ketimbang kekuatan militer yang sebelumnya dikerahkan untuk latihan perang ketika Katua DPR AS, Nancy Pelosi berkunjung ke Taiwan.
China ingin menunjukan bahwa mereka mampu melakukan blokade terhadap Taiwan, selain itu China pun mampu melakukan serangan seketika apabila terjadi kondisi darurat yang dapat mengubah status quo.
Situasi darurat yang dimaksud yaitu apabila Taiwan secara resmi mendeklarasikan kemerdekaannnya ataupun adanya operasi negara asing yang dinilai sebagai bentuk dukungan terhadap kemerdekaan Taiwan.
Meskipun Presiden Joe Biden, dan Presiden China Xi Jinping melakukan upaya meredakan ketegangan, tetapi berbagai analisis yang menilai Taiwan dapat menjadi titik pemicu konflik senjata antara China dan Amerika.
Meskipun terlihat berada di pihak Taiwan, sesungguhnya tidak mudah membuat Amerika untuk berperan langsung pada perseturuan tersebut karena kamanan dalam negeri dan nasib sekutu Amerika seperti Jepang dan Korea Selatan menjadi prioritas AS. Wajar Amerika berpikir dua kali apabila berkonfrontasi dengan China sebab akan memberikan kerugian besar .