Mohon tunggu...
Funpol
Funpol Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Tumbuh dan Menggugah

Selanjutnya

Tutup

Financial Pilihan

Ancaman Resesi Ekonomi 2023, Siapkah Indonesia?

19 Oktober 2022   17:07 Diperbarui: 19 Oktober 2022   17:10 1976
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Source: Instagram Sri Mulyani

Indonesia menjadi salah satu negara yang diperkirakan akan terdampak resesi ekonomi di tahun 2023. Hal tersebut nampak dari adanya beberapa fenomena perekonomian global yang masih berlangsung seperti laju inflasi tinggi, fenomena strong dolar, krisis pangan hingga perang yang berdampak pada negera-negara lain.

Peringatan tentang adanya resesi ekonomi ini sempat disinggung oleh Menteri Keuangan Indonesia Sri Mulyani Indrawati pada saat pertemuannya dengan Gubernur Bank Sentral Negara anggota G20 di Washington DC, Amerika Serikat (AS).

"Kita bisa memproyeksikan bahwa situasi global ini pada 2022 dan mungkin bisa berlanjut hingga 2023, ungkapnya, dikutip dari laman Youtube Bank Indonesia, Rabu, (19/10/2022).

"Kita tidak boleh mengabaikan kemungkinan peningkatan risiko resesi," lanjut Sri Mulyani.

Menurut laporan World Economic Outlook: Countering The Cost of Living Crisis yang dirilis Dana Moneter Internasional (IMF) yang melihat bahwa tahun 2023 merupakan tahun pertumbuhan terlemah sejak 2001. 

Negara yang dipastikan akan terdampak adalah Amerika Serikat (AS) dan Eropa.

Sementara China diperkirakan akan berada pada kondisi ekonomi yang mengkhawatirkan. Pasalnya, ekonomi China yang biasanya tumbuh double digit, kini hanya mampu tumbuh single digit. 

Survei Reuters yang melibatkan 40 ekonom menunjukkan, China hanya mampu tumbuh 3,2 persen di tahun 2022, jauh dari target dan harapan dari pemerintah negeri Panda tersebut yang sebesar 5,5 persen.

Hal ini membuat negara Indonesia berada dalam posisi yang dilematis dan perlu mawas diri. Pasalnya, China adalah negara pangsa pasar utama bagi Indonesia sendiri. Selain itu, 33,8 persen impor kita dari China, dan tujuan ekspor ke China porsinya 21,8 persen.

Kemungkinan terjadinya resesi ekonomi terhadap negara Indonesia ini juga diyakini oleh Direktur Eksekutif Center of Economic and Law Studies (CELIOS) Bhima Yudhistira. 

Menurutnya, dampaknya lebih besar dari yang diperkirakan. Dalam periode 2016-2020 realisasi investasi China melompat dari 2,6 miliar USD menjadi 4,8 miliar USD.

"Sedikit saja China batuk, maka Indonesia akan mengalami tekanan ekonomi dalam beberapa bulan ke depan. Resesi bisa lebih cepat," kata Bhima, dikutip dari CNBC Indonesia pada (19/10/2022).

Berbeda dengan keyakinan Direktur Eksekutif CELIOS, Tenaga Ahli Utama Kantor Staf Presiden (KSP) Edy Priyono menyebut kondisi perekonomian Indonesia masih bisa dibilang relatif baik. 

Menurutnya, Indonesia masih terbilang baik dibandingkan dengan negara-negara ASEAN secara keseluruhan.

"IMF menyebutkan pertumbuhan ekonomi Indonesia diproyeksikan sebesar 5,3 persen pada 2022, dan turun menjadi 5,0 persen pada 2023. Angka ini masih lebih baik dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi negara-negara ASEAN secara keseluruhan, yang diproyeksikan berada di angka 4,9 persen pada 2023," kata Edy, dalam siaran pers pada Selasa, (18/10/2022) yang lalu.

IMF juga menyebut pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2022 ini lebih baik dari negara-negara G20 yang lainnya. Tercatat Amerika Serikat hanya mengalami pertumbuhan 1,6 persen, Jerman 1,5 persen, Jepang 1,7 persen, Inggris 3,6 persen, Brasil 2,8 persen, dan Meksiko 2,1 persen.

Meskipun dalam kondisi ekonomi yang relatif baik dibandingkan dengan beberapa negara lainnya, Indonesia tetap harus mewaspadai adanya gelombang resesi ekonomi yang kemungkinan akan berdampak bagi kehidupan ekonomi masyarakat kita.

Jika terjadi, bagaimana Indonesai megantisipasi fenomena resesi ekonomi tahun 2023 yang akan datang? 

Menurut Deputi Bidang Ekonomi Makro dan Keuangan, Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Iskandar Simorangkir ada tiga strategi yang bisa dipakai oleh pemerintah Indonesia dalam menghadapi kemungkinan resesi ekonomi.

"Pertama, strateginya adalah memperdayakan ekonomi domestik yang sangat besar," kata Iskandar Simorangkir, dikutip dari tempo.co pada (19/10/2022). Hal ini berkaitan dengan pemanfaatan potensi penduduk Indonesia yang berjumlah 275 juta jiwa. Seperti mendorong ketahanan pangan, UMKM lokal, hingga terus melakukan program BBI (Bangga Buatan Indonesia).

Yang kedua, katanya, melakukan pengendalian inflasi khususnya pangan yang menjadi sumber inflasi utama Indonesia. Dan terakhir, memperbaiki iklim investasi dengan penerapan online single submission di seluruh Indonesia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun