Menurutnya, dampaknya lebih besar dari yang diperkirakan. Dalam periode 2016-2020 realisasi investasi China melompat dari 2,6 miliar USD menjadi 4,8 miliar USD.
"Sedikit saja China batuk, maka Indonesia akan mengalami tekanan ekonomi dalam beberapa bulan ke depan. Resesi bisa lebih cepat," kata Bhima, dikutip dari CNBC Indonesia pada (19/10/2022).
Berbeda dengan keyakinan Direktur Eksekutif CELIOS, Tenaga Ahli Utama Kantor Staf Presiden (KSP) Edy Priyono menyebut kondisi perekonomian Indonesia masih bisa dibilang relatif baik.Â
Menurutnya, Indonesia masih terbilang baik dibandingkan dengan negara-negara ASEAN secara keseluruhan.
"IMF menyebutkan pertumbuhan ekonomi Indonesia diproyeksikan sebesar 5,3 persen pada 2022, dan turun menjadi 5,0 persen pada 2023. Angka ini masih lebih baik dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi negara-negara ASEAN secara keseluruhan, yang diproyeksikan berada di angka 4,9 persen pada 2023," kata Edy, dalam siaran pers pada Selasa, (18/10/2022) yang lalu.
IMF juga menyebut pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2022 ini lebih baik dari negara-negara G20 yang lainnya. Tercatat Amerika Serikat hanya mengalami pertumbuhan 1,6 persen, Jerman 1,5 persen, Jepang 1,7 persen, Inggris 3,6 persen, Brasil 2,8 persen, dan Meksiko 2,1 persen.
Meskipun dalam kondisi ekonomi yang relatif baik dibandingkan dengan beberapa negara lainnya, Indonesia tetap harus mewaspadai adanya gelombang resesi ekonomi yang kemungkinan akan berdampak bagi kehidupan ekonomi masyarakat kita.
Jika terjadi, bagaimana Indonesai megantisipasi fenomena resesi ekonomi tahun 2023 yang akan datang?Â
Menurut Deputi Bidang Ekonomi Makro dan Keuangan, Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Iskandar Simorangkir ada tiga strategi yang bisa dipakai oleh pemerintah Indonesia dalam menghadapi kemungkinan resesi ekonomi.
"Pertama, strateginya adalah memperdayakan ekonomi domestik yang sangat besar," kata Iskandar Simorangkir, dikutip dari tempo.co pada (19/10/2022). Hal ini berkaitan dengan pemanfaatan potensi penduduk Indonesia yang berjumlah 275 juta jiwa. Seperti mendorong ketahanan pangan, UMKM lokal, hingga terus melakukan program BBI (Bangga Buatan Indonesia).
Yang kedua, katanya, melakukan pengendalian inflasi khususnya pangan yang menjadi sumber inflasi utama Indonesia. Dan terakhir, memperbaiki iklim investasi dengan penerapan online single submission di seluruh Indonesia.