Mohon tunggu...
Fulkan Kurniawan
Fulkan Kurniawan Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Menulis

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Teori emotional intelligence dari Daniel Goleman

20 Januari 2025   00:41 Diperbarui: 20 Januari 2025   04:35 22
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pengantar

Emotional Intelligence (EI) adalah kemampuan mengenali, memahami, dan mengelola emosi diri sendiri serta orang lain. Konsep ini pertama kali diperkenalkan oleh Peter Salovey dan John D. Mayer, namun Daniel Goleman yang mempopulerkannya melalui bukunya "Emotional Intelligence: Why It Can Matter More Than IQ" pada tahun 1995.

Teori Emotional Intelligence Goleman

Goleman mengidentifikasi lima komponen utama EI:

1. Kesadaran Emosi (Self-Awareness):

 Kemampuan mengenali dan memahami emosi diri sendiri.

2. Pengelolaan Emosi (Self-Regulation):

 Kemampuan mengontrol dan mengelola emosi.

3. Motivasi (Motivation): 

Kemampuan menggunakan emosi untuk memotivasi diri.

4. Empati (Empathy): 

Kemampuan memahami dan menghargai perasaan orang lain.

5. Keterampilan Sosial (Social Skills: 

Kemampuan berinteraksi efektif dengan orang lain.

Ciri-Ciri Individu dengan EI Tinggi

1. Mengenali dan mengakui emosi diri dan orang lain.

2. Mengelola stres dan konflik dengan efektif.

3. Berempati dan memahami perspektif orang lain.

4. Membangun hubungan yang kuat dan efektif.

5. Mengambil keputusan yang tepat dan bijaksana.

Manfaat Emotional Intelligence

1. Meningkatkan hubungan interpersonal.

2. Meningkatkan kinerja dan produktivitas.

3. Mengurangi stres dan kecemasan.

4. Meningkatkan kemampuan kepemimpinan.

5. Meningkatkan keseimbangan hidup.

Cara Meningkatkan Emotional Intelligence

1. Berlatih kesadaran diri melalui meditasi dan refleksi.

2. Mengembangkan keterampilan komunikasi efektif.

3. Berlatih empati dan memahami perspektif orang lain.

4. Mengelola stres dan emosi negatif.

5. Menerima umpan balik dan kritik konstruktif.

Kritik dan Pengembangan

1. Kurangnya definisi yang jelas tentang EI.

2. Sulitnya mengukur EI secara akurat.

3. Perluasan konsep EI ke bidang lain seperti pendidikan dan bisnis.

Kesimpulan

Teori Emotional Intelligence dari Daniel Goleman memberikan wawasan penting tentang pentingnya mengenali, memahami, dan mengelola emosi dalam kehidupan sehari-hari. Dengan meningkatkan EI, individu dapat meningkatkan hubungan, kinerja, dan keseimbangan hidup.

Referensi

1. Goleman, D. (1995). Emotional Intelligence: Why It Can Matter More Than IQ.

2. Salovey, P., & Mayer, J. D. (1990). Emotional Intelligence.

3. Mayer, J. D., & Salovey, P. (1997). What Is Emotional Intelligence?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun