Kita, kaum muda, tidak bisa tinggal diam melihat hal ini terjadi berulang kali. Sebagai generasi yang melek teknologi, kita punya kekuatan untuk menuntut transparansi dan akuntabilitas dalam penanganan bencana.
Mari kita mendorong alokasi anggaran yang tepat untuk mitigasi, memperjuangkan peringatan dini yang bisa diakses warga dengan mudah, dan memastikan janji politik tidak hanya berhenti pada kata-kata kosong.
Selama ini, kita menyaksikan bagaimana retorika pemerintah begitu nyaring di musim kampanye, tetapi memudar saat bencana melanda.
Di titik ini, sudah cukup. Nyawa dan kesejahteraan bukan sekadar angka, bukan bahan kampanye. Pemerintah harus sadar bahwa perlindungan bagi masyarakat adalah tanggung jawab yang harus diemban sepanjang waktu, bukan hanya ketika suara dibutuhkan.
Kita tak ingin lagi menjadi bangsa yang mengingat bencana hanya saat pemilu datang. Badai Seroja dan letusan Lewotobi adalah peringatan keras, panggilan bagi semua untuk lebih peduli dan bertindak. Cukup sudah rasa iba yang berulang tanpa hasil nyata.
Kita tidak bisa hanya bersimpati pada korban, kita harus bertindak. Mari mendorong perubahan, menuntut sistem yang benar-benar melindungi, dan memastikan bahwa nyawa bukan sekadar angka statistik yang hilang dalam ingatan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H