Menulis bagi sebagian orang adalah kegiatan paling disukai, saat jari-jari mereka beradu menuangkan apa yang sedang mereka pikirkan. Bahkan mungkin sebagian orang dengan kepribadian introvet  telah merasa nyaman menyimpan pikiran mereka sendiri, serta merasa telah terbantu atas keberadan alat tulis yang beraneka ragam.Â
Saya juga termasuk pribadi introvert yang gemar menulis di dalam catatan harian, kadang rasanya ingin berbagi cerita kepada orang lain. Namun rupa-rupanya perasaan lebih nyaman untuk menyimpan semuanya sendiri sudah jadi kebiasaan yang menyenangkan. Lama bergelut sendiri dengan kebiasaan menulis harian, lambat laun muncul keinginan menulis di medsos sehingga orang lain dapat juga membacanya. Sebab itu dalam beberapa waktu kegiatan yang rajin saya lakukan adalah membaca artikel-artikel, berharap juga bisa menuangkan hal yang bermanfaat di dalam lembar kerja Ms Word.Â
Setelah melakukan kegiatan membaca, jemari saya bergegas menyentuh tombol keyboard, tapi apa nyatanya? Hampir sejam saya menghadap notebook, dan hanya mendapatkan perasaa bingung hendak menulis apa, seolah setiap apapun yang ditulis adalah salah dan tidak jelas, tidak mengundang selera.Â
Memikirkan hasil tulisan yang separuh jadi, atau sudah jadi tetapi terasa tidak memuaskan. Benak saya campur aduk dengan gumam, "Mungkin hari ketika aku menulis dan persiapannya tidak cukup baik, sehingga berdampak pada hasil tulisan." Setelah mendapatkan hasil tulisan biasanya saya hanya mendiamkannya untuk melanjutkan kembali di hari esoknya jika ada ide. Â Â Â Â
Pesan dari Guru Menulis Sepanjang Masa
Pada awal-awal proses kegiatan menulis yang tanpa hasil, saya kehilangan selera untuk menulis hingga ilham datang ketika sedang melakukan aktivitas lain, teringat oleh saya seorang guru yang pernah telaten mengajarkan saya menulis---dulu ketika masih menjadi mahasiswi semester satu dan dua saya bersama teman angkatan pernah mendapatkan kelas khusus menulis Bahasa Indonesia.
Akhirnya saya menelusuri Twitter almarhum bapak Hernowo Hasyim, benar juga saya menemukan banyak tulisan dari dosen saya tentang menulis. Akhirnya saya menemukan satu artikel tentang free writting, hal yang saya butuhkan dan yakin akan membantu meningkatnya rasa percaya diri dalam kegiatan menulis yang sedang buntu.
Artikel tentang kegiatan free writting itu memberikan sebuah pemahaman, bahwa bagi pemula yang baru berkeinginan menulis yang harus dilakukan sehingga bisa membuat karya tulis adalah hanya dengan melakukan kegiatan menulis.Â
Menurut beliau hal pertama untuk menakhlukkan perasaan gagal dalam menulis adalah hanya dengan melakukan kegiatan menulis tanpa memperdulikan apakah yang ditulis benar atau salah, bagus atau jelek, tidak memperdulikan kritikan-kritakan apapun yang datang terkait tulisan yang telah kita buat, kita disilakan menulis apapun bahkan hal paling receh sekalipun, berapapun jumlah karakternya.Â
Saya Terjangkiti Wabah Perfekto
Beberapa waktu lalu saya juga telah melewati tugas akhir sebagai mahasiswi yang menempuh pendidikan S1, dan harus melewati masa karantina untuk membuat karya ilmiah skripsi.Â
Saya termasuk mahasiswi yang molor menuntaskan skripsi, haha jangan dicontoh, semoga para pembaca yang sedang menggarap skripsi dilancarkan untuk menulis ya), tapi alhamdulillah dengan izin Tuhan pada akhirnya dapat mengejar ketertinggalan menulis dan mengikuti sidang skripsi untuk kemudian dapat lulus bersama-sama dengan teman-teman angkatan.Â
Hal yang menjadi koreksi dalam proses pengerjaan skripsi kemarin adalah, sepanjang saya menjadi mahasiswi pastilah selalu mendengarkan materi ajar ilmiah, dan juga mendapatkan tugas bertumpuk makalah dan harus menyelesaikan artikel. Kenyataanya, walaupun sering mendapatkan tugas ilmiah, ternyata masih saja saya merasa kurang mampu, tiada daya dalam menulis TA.
Pada sisa hari dan bulan menuju wisuda, teman saya Fawwaz Ibrahim bertanya, apa penyebab saya belum juga menuntaskan tugas akhir. Ragu-ragu saya menjawab pertanyaan ini, "Entahlah, sepertinya tulisanku masih kurang"Â dari percakapan kami yang banyak, dia menyimpulkan saya telah terserang indikasi menulis yang perfeksionis. Saya ingat nasehatnya, bahwa tidak ada tulisan yang sempurna bahkan selevel orang-orang yang telah menulis karya terbaik sekali pun pasti akan ada saja kekurangannya jika hendak ditelaah lebih dalam lagi.
Kompasiana Mensilakan dalam Berproses
Saat ini aktivitas saya adalah sebagai guru pengajar di salah satu SMA swasta di Bali, sebab itu tidak seperti dulu ketika masih menjadi seorang mahasiswi yang waktunya banyak disita untuk belajar.Â
Saat ini saya memiliki kelonggaran waktu, sehingga bisa fleksibel mengerjakan apapun dan saya niatkan tahun-tahun setelah perkuliahan untuk menggembleng diri saya dalam menulis. Kiranya ini adalah tulisan pertama saya di Kompasiana, semoga kedepannya bisa mengoleksi banyak tulisan lagi sebagaimana para kompasina yang lebih dulu mengoleksi banyak kisahnya di platform ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H