Saya termasuk mahasiswi yang molor menuntaskan skripsi, haha jangan dicontoh, semoga para pembaca yang sedang menggarap skripsi dilancarkan untuk menulis ya), tapi alhamdulillah dengan izin Tuhan pada akhirnya dapat mengejar ketertinggalan menulis dan mengikuti sidang skripsi untuk kemudian dapat lulus bersama-sama dengan teman-teman angkatan.Â
Hal yang menjadi koreksi dalam proses pengerjaan skripsi kemarin adalah, sepanjang saya menjadi mahasiswi pastilah selalu mendengarkan materi ajar ilmiah, dan juga mendapatkan tugas bertumpuk makalah dan harus menyelesaikan artikel. Kenyataanya, walaupun sering mendapatkan tugas ilmiah, ternyata masih saja saya merasa kurang mampu, tiada daya dalam menulis TA.
Pada sisa hari dan bulan menuju wisuda, teman saya Fawwaz Ibrahim bertanya, apa penyebab saya belum juga menuntaskan tugas akhir. Ragu-ragu saya menjawab pertanyaan ini, "Entahlah, sepertinya tulisanku masih kurang"Â dari percakapan kami yang banyak, dia menyimpulkan saya telah terserang indikasi menulis yang perfeksionis. Saya ingat nasehatnya, bahwa tidak ada tulisan yang sempurna bahkan selevel orang-orang yang telah menulis karya terbaik sekali pun pasti akan ada saja kekurangannya jika hendak ditelaah lebih dalam lagi.
Kompasiana Mensilakan dalam Berproses
Saat ini aktivitas saya adalah sebagai guru pengajar di salah satu SMA swasta di Bali, sebab itu tidak seperti dulu ketika masih menjadi seorang mahasiswi yang waktunya banyak disita untuk belajar.Â
Saat ini saya memiliki kelonggaran waktu, sehingga bisa fleksibel mengerjakan apapun dan saya niatkan tahun-tahun setelah perkuliahan untuk menggembleng diri saya dalam menulis. Kiranya ini adalah tulisan pertama saya di Kompasiana, semoga kedepannya bisa mengoleksi banyak tulisan lagi sebagaimana para kompasina yang lebih dulu mengoleksi banyak kisahnya di platform ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H