Pada tahun 2025, visi komputer yang didukung AI akan mengubah pencegahan kerugian ritel lebih dari sekadar memantau pembeli. Teknologi ini akan mendeteksi isyarat perilaku yang mengindikasikan pencurian, seperti ketidakteraturan pembayaran yang melibatkan pelanggan dan karyawan.Â
Hal ini tentu akan membantu pemilik retail meminimalisir kerugian akibat fraud yang dilakukan baik oleh pembeli atau bahkan karyawannya.
Analisis bahasa tubuh AI ini memberikan wawasan tentang pembeli yang tidak jujur berdasarkan gerakan dan pandangan sekilas. Teknologi ini akan mengidentifikasi pola-pola mencurigakan, seperti cara pembeli berpakaian, bergerak, dan berinteraksi dengan staf toko.
Selain pembayaran itu, AI juga dapat menandai perilaku seperti berlama-lama di lorong, menghindari kontak mata, atau menangani produk tanpa membeli mereka sebagai indikator potensi pencurian. Sementara di area pembayaran mandiri, AI dapat melacak kecepatan pemindaian pelanggan dan keakuratan item, serta melawan taktik seperti memindai barang yang diberi label yang salah. Dengan mengamati pola pencurian internal, AI menandai tingkat pengembalian dana yang berlebihan, pembatalan transaksi, manipulasi diskon, dan anomali dalam menjual produk.
Peringatan secara real-time memberikan wawasan langsung mengenai aktivitas mencurigakan, sehingga tim pencegahan kerugian dapat merespons dengan cepat. Hal ini mengurangi kebutuhan pemantauan video manual dan membantu tim memprioritaskan kasus-kasus penting. Ketika AI memproses lebih banyak data, ia meningkatkan kemampuannya untuk mengidentifikasi pola dan tren pencurian. Upaya kolaboratif antara AI dan pekerja manusia meningkatkan strategi pencegahan kerugian, memastikan deteksi dan respons yang efisien sekaligus meningkatkan pengalaman pelanggan yang positif.
Tekanan Pasar Menengah: Retailer Harus Berkembang atau Menghadapi Kepunahan
Pada tahun 2025, pengecer pasar menengah akan menghadapi tantangan besar dalam menyeimbangkan profitabilitas dan relevansi. Retakan muncul pada tahun 2024 ketika pemain kuat menghadapi penurunan margin.
Pengecer pasar menengah telah berjuang mendapatkan keuntungan selama bertahun-tahun. Pada tahun 2024, banyak merek mapan mengalami penurunan margin, dan beberapa di antaranya hampir mengalami kesulitan keuangan karena persaingan dari toko diskon dan raksasa seperti Marks & Spencer dan Waitrose. Toko diskon ini menarik pelanggan melalui harga dan kualitas yang rendah, sementara merek premium menekankan pengalaman yang unggul. Pengecer pasar menengah, yang kekurangan sumber daya, terjebak dalam ruang yang menyusut.
Pengecer pasar menengah perlu mencari cara untuk menghindari pilihan biner sederhana antara memilih 'premium' atau 'diskon'. Ini berarti berfokus pada penawaran unik seperti keahlian atau memberikan pengalaman dalam toko yang mendalam. Merek-merek inovatif akan mendesain ulang toko-toko untuk menarik konsumen yang mencari belanja yang dipersonalisasi dan berinvestasi pada bantuan bertenaga AI yang menarik minat pelanggan lebih dari sekadar diskon. Fokus pada pengalaman dan gaya hidup ini sejalan dengan preferensi konsumen muda terhadap belanja etis; merk yang menjadi fokus keberlanjutan mendapatkan keunggulan kompetitif. Sebaliknya, beberapa pengecer dapat mencapai efisiensi biaya dengan meniru strategi diskon melalui optimalisasi operasional dan metode berbasis data. Teknologi membantu transisi ini, memungkinkan inventarisasi yang lebih baik
strategi manajemen dan penetapan harga.
Berinvestasi pada saluran digital dan fisik sangatlah penting. Batasan antara perdagangan menjadi kabur, sehingga strategi perdagangan terpadu menjadi penting untuk pengalaman pelanggan yang lancar. Pengecer dapat meningkatkan interaksi di dalam toko menggunakan alat digital, menciptakan loyalitas melalui penawaran yang dipersonalisasi dan visibilitas inventaris di seluruh platform. Kode QR di produk atau di rak, misalnya, membantu pembeli membandingkan produk di toko, meningkatkan pengalaman tanpa investasi besar.
Pengecer menghadapi pilihan mendasar: beradaptasi atau menghadapi kepunahan di tengah menurunnya margin dan semakin ketatnya persaingan. Pengecer tidak perlu memilih barang mewah dengan harga tinggi atau diskon harga rendah, ada cara ketiga dan cara ini didasarkan pada investasi pada alat digital untuk memberikan pengalaman berbelanja baru. Ada teknologi untuk transformasi; perdagangan terpadu, layanan mikro, dan AI sangat penting untuk efisiensi dan diferensiasi operasional. Dibutuhkan tindakan yang cepat---jalan tengah di bidang ritel semakin menghilang, dan hanya mereka yang mau beradaptasi yang akan bertahan.
Keberlanjutan Beralih dari Segmentasi ke Kebutuhan
Keberlanjutan bukan lagi sekedar strategi pemasaran namun merupakan keharusan bisnis inti bagi pengecer pada 2025. Era konsumsi yang didorong oleh tujuan, di mana keberlanjutan menjadi hal yang penting, mengharuskan merek untuk bertindak.
Hal ini sebagian didorong oleh peraturan baru UE yang mewajibkan perusahaan dengan pendapatan lebih dari EUR 40 juta untuk mematuhi Petunjuk Pelaporan Keberlanjutan Perusahaan (CSRD) pada tahun 2026, sehingga meningkatkan pengawasan dari regulator dan pemangku kepentingan.
Merk kini harus memberikan laporan keberlanjutan yang kuat atau akan dikenakan denda dan kerusakan reputasi. Tren ini sejalan dengan permintaan konsumen terhadap merk-merk yang beretika, terutama Gen Z dan Milenial, yang mengutamakan transparansi dan tanggung jawab terhadap lingkungan sambil mencari nilai.
Pengecer akan berinvestasi dalam praktik berkelanjutan untuk menarik basis pelanggan setia yang bersedia membayar mahal demi komitmen tulus terhadap keberlanjutan, seperti mengurangi penggunaan plastik secara signifikan.
Teknologi canggih, termasuk AI, meningkatkan optimalisasi rantai pasokan dan efisiensi energi, sementara di area blockchain meningkatkan transparansi. Otomatisasi dalam bidang logistik dan alternatif pengemasan yang berkelanjutan dapat mengurangi dampak lingkungan secara signifikan. Keberlanjutan berkembang menjadi strategi operasional penting yang meningkatkan profitabilitas dan loyalitas pelanggan, menjadikan praktik hemat energi dan logistik berkelanjutan penting untuk kesuksesan di masa depan.
Keberlanjutan lebih dari sekadar peraturan dan merupakan alat penting untuk diferensiasi merk. Di pasar ritel yang kompetitif saat ini, keberlanjutan membantu pengecer atau retailer memiliki ciri. Merk yang berkomitmen terhadap keberlanjutan akan menjalin hubungan emosional yang lebih dalam dengan pelanggan, sehingga meningkatkan loyalitas dan nilai seumur hidup.
Merek seperti Gymshark dan Marks & Spencer mencontohkan pendekatan ini, dengan mengintegrasikan keberlanjutan ke dalam etos mereka dengan menggunakan bahan ramah lingkungan dan sumber daya yang etis. Mereka menggambarkan bahwa keberlanjutan bukan hanya soal kepatuhan; itu selaras dengan nilai-nilai konsumen saat ini.
Keberlanjutan akan semakin menjadi inti strategi ritel. Para pemimpin di bidang ini akan memenuhi peraturan sambil membangun bisnis yang lebih tangguh. Tekanan dari regulator dan konsumen semakin meningkat, sehingga keberlanjutan menjadi hal yang penting.
Pada tahun 2025, keberlanjutan akan diterapkan di seluruh operasi ritel, mulai dari desain produk hingga keterlibatan pelanggan. Pengecer yang melakukan perubahan ini akan berkembang dalam pasar yang memprioritaskan tujuan, transparansi, dan tanggung jawab. Mereka yang lamban berisiko terkena denda peraturan, hilangnya kepercayaan konsumen, dan keunggulan kompetitif. Perlombaan untuk masa depan yang berkelanjutan jelas mempunyai pemenang dan pecundang. Anda akan berada di pihak mana?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H