Mohon tunggu...
Super_Locrian
Super_Locrian Mohon Tunggu... Jurnalis - Penulis lepas, enthusiastic in journalism, technology, digital world

Cuma seorang yang mencoba mempelajari tekno lebih dalam

Selanjutnya

Tutup

Artificial intelligence Pilihan

Deteksi Pencurian, AI Analisis Bahasa Tubuh Manusia

16 Desember 2024   10:55 Diperbarui: 16 Desember 2024   10:55 35
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Katalog digital dalam toko (sumber : Fujitsu Media Portal)

Pengecer menghadapi pilihan mendasar: beradaptasi atau menghadapi kepunahan di tengah menurunnya margin dan semakin ketatnya persaingan. Pengecer tidak perlu memilih barang mewah dengan harga tinggi atau diskon harga rendah, ada cara ketiga dan cara ini didasarkan pada investasi pada alat digital untuk memberikan pengalaman berbelanja baru. Ada teknologi untuk transformasi; perdagangan terpadu, layanan mikro, dan AI sangat penting untuk efisiensi dan diferensiasi operasional. Dibutuhkan tindakan yang cepat---jalan tengah di bidang ritel semakin menghilang, dan hanya mereka yang mau beradaptasi yang akan bertahan.

Retail kasir (sumber : Fujitsu Media Portal)
Retail kasir (sumber : Fujitsu Media Portal)

Keberlanjutan Beralih dari Segmentasi ke Kebutuhan
Keberlanjutan bukan lagi sekedar strategi pemasaran namun merupakan keharusan bisnis inti bagi pengecer pada 2025. Era konsumsi yang didorong oleh tujuan, di mana keberlanjutan menjadi hal yang penting, mengharuskan merek untuk bertindak.
Hal ini sebagian didorong oleh peraturan baru UE yang mewajibkan perusahaan dengan pendapatan lebih dari EUR 40 juta untuk mematuhi Petunjuk Pelaporan Keberlanjutan Perusahaan (CSRD) pada tahun 2026, sehingga meningkatkan pengawasan dari regulator dan pemangku kepentingan.

Merk kini harus memberikan laporan keberlanjutan yang kuat atau akan dikenakan denda dan kerusakan reputasi. Tren ini sejalan dengan permintaan konsumen terhadap merk-merk yang beretika, terutama Gen Z dan Milenial, yang mengutamakan transparansi dan tanggung jawab terhadap lingkungan sambil mencari nilai.

Pengecer akan berinvestasi dalam praktik berkelanjutan untuk menarik basis pelanggan setia yang bersedia membayar mahal demi komitmen tulus terhadap keberlanjutan, seperti mengurangi penggunaan plastik secara signifikan.

Teknologi canggih, termasuk AI, meningkatkan optimalisasi rantai pasokan dan efisiensi energi, sementara di area blockchain meningkatkan transparansi. Otomatisasi dalam bidang logistik dan alternatif pengemasan yang berkelanjutan dapat mengurangi dampak lingkungan secara signifikan. Keberlanjutan berkembang menjadi strategi operasional penting yang meningkatkan profitabilitas dan loyalitas pelanggan, menjadikan praktik hemat energi dan logistik berkelanjutan penting untuk kesuksesan di masa depan.

Keberlanjutan lebih dari sekadar peraturan dan merupakan alat penting untuk diferensiasi merk. Di pasar ritel yang kompetitif saat ini, keberlanjutan membantu pengecer atau retailer memiliki ciri. Merk yang berkomitmen terhadap keberlanjutan akan menjalin hubungan emosional yang lebih dalam dengan pelanggan, sehingga meningkatkan loyalitas dan nilai seumur hidup.

Merek seperti Gymshark dan Marks & Spencer mencontohkan pendekatan ini, dengan mengintegrasikan keberlanjutan ke dalam etos mereka dengan menggunakan bahan ramah lingkungan dan sumber daya yang etis. Mereka menggambarkan bahwa keberlanjutan bukan hanya soal kepatuhan; itu selaras dengan nilai-nilai konsumen saat ini.

Keberlanjutan akan semakin menjadi inti strategi ritel. Para pemimpin di bidang ini akan memenuhi peraturan sambil membangun bisnis yang lebih tangguh. Tekanan dari regulator dan konsumen semakin meningkat, sehingga keberlanjutan menjadi hal yang penting.

Pada tahun 2025, keberlanjutan akan diterapkan di seluruh operasi ritel, mulai dari desain produk hingga keterlibatan pelanggan. Pengecer yang melakukan perubahan ini akan berkembang dalam pasar yang memprioritaskan tujuan, transparansi, dan tanggung jawab. Mereka yang lamban berisiko terkena denda peraturan, hilangnya kepercayaan konsumen, dan keunggulan kompetitif. Perlombaan untuk masa depan yang berkelanjutan jelas mempunyai pemenang dan pecundang. Anda akan berada di pihak mana?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Artificial intelligence Selengkapnya
Lihat Artificial intelligence Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun