Mohon tunggu...
Super_Locrian
Super_Locrian Mohon Tunggu... Jurnalis - Penulis lepas, enthusiastic in journalism, technology, digital world

Cuma seorang yang mencoba mempelajari tekno lebih dalam

Selanjutnya

Tutup

Otomotif

Kemacetan, Bisakah AI menjadi Solusinya?

19 September 2024   09:36 Diperbarui: 19 September 2024   09:44 211
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Long Weekend, kawasan wisata puncak macet total", "Kawasan Dieng dipadati mobil wisatawan yang ingin berwisata", masih ingat dengan kondisi ini minggu lalu? ribuan bahkan ratusan ribu kendaraan memadati kawasan wisata untuk mengisi libur panjang. Tak ada yang menyangka bahwa kemacetan ini akan berlangsung belasan jam. Horor...

Biasanya orang akan mengira in hanya kemacetan biasa yang akan terurai untuk beberapa jam saja, namun kenyataannya hingga  hari berganti para wisatawan ini baru bisa keluar dari simpul kemacetan dan liburan singkat yang diidamkan hanya menjadi mimpi belaka. 

Hal ini tidak terlepas dari daya beli dan minat masyarakat untuk membeli kendaraan baik roda empat atau roda dua, sehingga ruas jalan yang tersedia kadang tak mampu menampung jumlah kendaraan yang melintas. Bayangkan, menurut kepolisian resor Bogor jalan raya puncak hanya mampu dilewati maksimum 70 ribu kendaraan, namun pada saat libur kemarin tercatat setidaknya ada 150 ribu kendaraan yang melintas. 

Sebagai perbandingan, menurut data BPS jumlah kendaraan yang ada di DKI adalah 22 juta lebih (roda empat dan dua) sementara di Jawa Barat sebanyak 18 juta lebih (roda empat dan dua). Bisa dibayangkan jika pada liburan kemarin seperdelapannya saja yang keluar dan mnuju kawasan puncak maka akan sepadat apa. 

Perlu langkah tepat bagi pemerintah untuk menangani kemacetan yag kerap terjadi di musim liburan, termasuk musim mudik. Bahkan tidak menutup kemungkinan jatuhnya korban jiwa akibat kemacetan parah seperti ini. 

Mungkin Indonesia bisa melirik ke negara tetangganya yang sudah mulai memanfaatkan teknologi untuk mengatasi kemacetan dan bahkan meminimalisir korban jiwa akibat kemacetan ini. 

Australia menerapkan teknologi baru untuk keselamatan jalan raya

Populasi Australia yang membludak dan kecintaan terhadap mobil menciptakan tantangan lalu lintas di kota-kota besarnya, memaksa pihak berwenang untuk bergulat dengan jalanan yang semakin padat dan para penumpang yang frustrasi.

Dengan lebih dari 1.200 kematian di jalan raya yang dilaporkan pada tahun 2023, yang merupakan angka kematian tertinggi dalam satu dekade terakhir, Pemerintah Australia segera mencari solusi inovatif untuk meningkatkan keselamatan jalan raya.

Faktanya, Brisbane menduduki peringkat ke-12 kota terburuk di dunia dalam hal kemacetan lalu lintas berdasarkan Global Traffic Scorecard tahun 2023.

Tujuan ambisius Australia yaitu “Vision Zero” untuk menghilangkan kematian di jalan raya dan cedera serius pada tahun 2050 menghadapi tantangan yang signifikan: sistem manajemen lalu lintas yang sudah ketinggalan jaman.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Otomotif Selengkapnya
Lihat Otomotif Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun