Mohon tunggu...
Fujiati
Fujiati Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi Universitas Indonesia

Mahasiswa Sastra Indonesia dengan ketertarikan mendalam pada dunia penulisan dan pengeditan. Minat saya terhadap kajian bahasa telah membawa saya pada perjalanan akademis yang penuh dengan eksplorasi bahasa, budaya, dan sejarah Indonesia.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Merajut Asa dari Empat Nol Tiga

9 Juni 2024   00:17 Diperbarui: 9 Juni 2024   00:18 114
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Suara ocehan lelaki itu ikut menjadi saksi pertama kalinya aku menginjakkan kaki di depan sebuah gedung yang terlihat sangat tinggi. Lelaki tadi mengantarkanku pada sebuah pintu kamar berwarna coklat dengan tulisan blok E2 empat-nol-tiga. 

Warna coklat pada pintu tersebut sangat pekat dan rapi, yang dapat menandakan bahwa barang tersebut masih baru. Tak lama setelah itu, lelaki itu akhirnya memberiku kunci kamar tersebut dan meninggalkanku di depan kamar empat-nol-tiga. 

Sebelum memasuki kamar ku perhatikan jarak antar kamarku dengan kamar penghuni lainnya. Jaraknya sangat berdekatan sehingga hampir terlihat menyatu. 

Pada bagian atas pintu, terdapat tiga lubang ventilasi yang cukup besar yang menandakan bahwa terdapat aliran atau sirkulasi udara yang baik di dalamnya.

Begitu kamar terbuka, terdengar bunyi "cklek" yang lumayan nyaring di telinga. Saat pintu kamar terbuka, mataku langsung melihat kasur sebagai objek di depan pintu. 

Kasurnya berwarna putih yang ditopang dengan ranjang kayu dan ditambahkan seprai berwarna hijau. Walaupun terbuat dari kayu, ranjang itu terlihat masih baru dan sangat kokoh. Ranjang dan kasur tersebut berukuran sama dan hanya dapat ditempati satu orang. 

Selain itu, di atas kasur ditambahkan sebuah bantal dengan warna sarung bantal yang senada dengan warna seprai. Nuansa ruangan tersebut terlihat begitu nyaman namun agak sedikit pucat karena dominan berwarna krem pada temboknya.

Di depan kasur tersebut, terdapat jendela yang memperlihatkan suasana perkampungan di samping gedung ini. Jendela tersebut dilengkapi dengan gorden yang juga berwarna hijau. 

Ruangan ini benar-benar memiliki sirkulasi udara yang baik. Hal tersebut dibuktikan dengan adanya tambahan tiga ventilasi di atas jendela. 

Setelah puas mengamati pemandangan dari jendela, mataku menyapu pandangan pada lemari besar di samping kasur. Lemari ini terlihat seperti masih baru, tetapi banyak tempelan dan bekas stiker di pintunya. 

Apabila dilihat dari luar, lemari ini dominan berwarna coklat tua namun ketika dibuka warna yang dominan di dalamnya adalah putih. Benda berbentuk persegi panjang ini, memiliki dua pintu utama dan kaca sebagai penutup bagian atasnya. 

Selain itu, tempat menyimpan baju ini juga dilengkapi dengan cermin yang menempel pada salah satu pintu. Akan tetapi, lemari ini hanya memiliki kunci di salah satu pintu saja, sehingga tidak dapat sepenuhnya terkunci.

Kamar minimalis ini, bagian bawahnya dilapisi keramik putih dan bagian atasnya ditutup dengan plafon yang juga berwarna putih. Penambahan unsur yang berwarna putih ini membuat kamar semakin pucat walaupun ada warna hijau dari gorden, sarung bantal, dan seprai kasur. Selanjutnya, di samping pintu kamar terdapat meja belajar yang dilengkapi kursi dan laci. Meja ini terbuat dari kayu dan dicat sama dengan warna kayu, yaitu coklat. Kondisi tempat belajar ini masih sangat-sangat bagus dan kuat. Dengan pencahayaan yang terang dari lampu dalam kamar dan meja belajar nyaman seperti ini akan membuat semangat belajar meningkat. Selain itu, di dekat meja ini ada steker atau colokan listrik yang semakin mempermudah proses merajut asa di perkuliahan. Empat-nol-tiga, akan menjadi teman dan saksi bagaimana aku menuntaskan perkuliahan ini. Angka itu terus bergema di kepalaku hingga tanpa sadar aku terpejam dan tubuhku menikmati empuknya kasur empat-nol-tiga.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun