Mohon tunggu...
Fujianto
Fujianto Mohon Tunggu... Guru - Guru

Saya seorang guru yang punya hobbi menulis

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Sosok Pemimpin Ideal dalam Pemberdayaan dengan Aksi Coaching

4 Oktober 2022   11:51 Diperbarui: 4 Oktober 2022   12:02 911
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sosok pemimpin pembelajaran ideal yang mendorong semua warga sekolah terutama guru untuk selalu mengembangkan kompetensi diri dalam nuansa pemberdayaan adalah harapan semua insan sekolah. Ketika guru sudah berdaya dan senantiasa mengembangkan kompetensi diri nanti diharapkan akan berimbas kepada terberdayanya potensi murid yang akan menghasilkan generasi emas Indonesia.

Ada beberapa metode pengembangan diri yang biasanya dipraktekkan di sekolah yaitu mentoring, konseling, fasilitasi, training dan coaching. Dari beberapa metode tersebut coaching saat ini sedang menjadi perbincangan hangat di lingkungan pendidikan. 

Sebagai salah satu pendekatan memberdayakan yang seharusnya dimiliki seorang pemimpin,  coaching didefenisikan sebagai proses kolaborasi yang berfokus pada solusi, berorientasi pada hasil dan sistematis, dimana coach memfasilitasi peningkatan atas performa kerja, pengalaman hidup, pembelajaran diri dan pertumbuhan pribadi dari coachee.

Coaching dalam dunia pendidikan dikaitkan erat dengan tujuan pendidikan versi Ki Hajar Dewantara dimana tujuan pendidikan itu menuntun tumbuhnya atau hidupnya kekuatan kodrat anak sehingga dapat memperbaiki lakunya. Proses menuntun ini didasarkan pada sistem among yakni ing ngarso sung tulodo, ing madyo mangun karsa, tut wuri handayani.

Coaching memiliki peran yang sangat penting karena dapat digunakan untuk menggali potensi diri sekaligus mengembangkannya dengan berbagai pendekatan dan strategi yang telah disepakati bersama antara coach dan coachee. Proses coaching yang berhasil ditandai dengan menghasilkan kekuatan bagi keduanya untuk mengembangkan diri secara berkesinambungan.

Ada 8 kompetensi inti coaching yang seharusnya dipahami oleh pemimpin yang akan melaksanakan coaching yaitu mendemontrasikan praktek etis, mewujudkan pola pikir terbuka dan ingin tahu, menetapkan dan memelihara perjanjian, menumbuhkan kepercayaan dan keamanan, kehadiran penuh, mendengarkan aktif, mengajukan pertanyaan yang berbobot dan memfasilitasi pertumbuhan. Coaching dalam dunia pendidikan fokus pada 3 kompetensi inti coaching yaitu kehadiran penuh, mendengarkan aktif dan mengajukan pertanyaan berbobot.

Kehadiran penuh adalah kemampuan untuk bisa hadir secara utuh baik badan, pikiran dan hati sehingga akan fokus dalam kegiatan bersama. Salah satu cara menciptkan kehadiran penuh adalah dengan tehnik pernafasan STOP dan mindfull listening.

Mendengarkan aktif sering disamakan dengan menyimak dimana seorang coach yang baik akan lebih banyak mendengarkan dan lebih sedikit berbicara. Dalam percakapan coaching, fokus dan pusat percakapan adalah pada diri coachee sebagai mitra bicara atau komunikan dengan memahami keseluruhan makna yang bahkan makna tersirat yang tidak terucapkan. 

Seorang coach harus mengesampingkan asumsi pribadi yang ada di pikirannya termasuk penilaian terhadap coachee. Ada 3 hal yang biasanya menghambat seorang coach dalam fokus mendengarkan aktif yaitu asumsi, malabel dan asosiasi.

Mengajukan pertanyaan berbobot merupakan keterampilan super inti dalam coaching. Pertanyaan yang diajukan akan menggugah orang untuk berfikir dan memancing coachee untuk memunculkan ide-ide baru dalam rangka membuat aksi pengembangan kompetensi diri. Salah satu mengutarakan pertanyaan berbobot dengan teknik RASA yang merupakan akronim dari receive, apreciate, summarize dan ask.  

Receive dilakukan dengan memperhatikakn pembicara dan menerima semua ucapan yang diutarakan dengan mendegarkan secara penuh dan mengambil kata-kata kunci. 

Apreciate diakukan dengan memberi sinya perhatian penuh bisa dengan mengangguk tanda paham atau dengan kode yang lain. Summarize dilakukan dengan merangkum pembicaraan yang diutarakan dengan menggunakan kata kunci "jadi" dan ask dilakukan dengan mengajukan pertanayaan berbobot yang memperdalam pembicaraan.

Salah satu model percakapan yang bisa dijadikan referensi adalah dengan teknik TIRTA yang merupakan akronim dari tujuan, identifikasi, rencana aksi dan tanggung jawab. 

Dalam mecapai tujuan bisa dilakukan dengan menyepakati topik pembicaraan dan hasil dari pembicaraaan. Identifikasi bisa dilakukan dengan menggali dan memetakan situasi saat ini dihubungkan dengan fakta-fakta yang ada. 

Rencana aksi bisa dilakukan dengan mengembangkan ide untuk alternatif rencana aksi dan solusi dari permasalahan yang didapat dalam identifikasi. Tanggung jawab bisa dilakukan dengan berkomitmen akan langkah selanjutnya dengan bersiap melakukan aksi tindak lanjut.

Dasar-dasar coaching di atas bisa dipakai oleh pimpinan untuk melaksanakan supervisi akademik terhadap guru dalam rangka pemberdayaan kompetensi diri guruyang diharapkan akan berimbah pada output murid yang berukualitas

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun