Mohon tunggu...
Fufu Syaifudin
Fufu Syaifudin Mohon Tunggu... Guru - Pengajar/Warga Biasa

penimba ilmu dan pengajar disebuah sekolah di lereng gunung salak

Selanjutnya

Tutup

Book Pilihan

Mengembalikan makna Pendidikan : Meninjau Kembali "The End of Education" Karya Neil Postman

23 Juni 2024   23:36 Diperbarui: 24 Juni 2024   23:00 274
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://www.berdikaribook.red/

Kurikulum Merdeka yang diberlakukan saat ini mengusung gagasan yang bagus. Kurikulum ini berusaha memberikan kebebasan lebih besar kepada guru dan siswa untuk menentukan cara belajar yang paling sesuai dengan kebutuhan dan potensi mereka. Namun sayangnya meski gagasan kurikulum ini baik secara konseptual, sering kali pada tataran praksis, kurikulum sulit diterapkan secara ideal di lapangan. Kurikulum yang ideal seharusnya bisa diterapkan dengan baik oleh semua guru, namun kenyataannya banyak guru yang merasa bingung dan kewalahan dengan tuntutan kurikulum yang kompleks.

Kesulitan guru memahami dan menerapkan kurikulum bisa terjait dengan banyak faktor, salah satu diantaranya adalah "waktu luang" bagi guru. Guru di Indonesia tidak hanya bertugas sebagai pengajar saja, tetapi juga memiliki berbagai tugas tambahan lainya seperti wakil kepala sekolah atau staf, bendahara BOS, wali kelas, pembina kegiatan ekstrakurikuler, panitia berbagai kegiatan, serta tugas-tugas administratif lainnya yang menyita waktu yang tidak sedikit. Hal ini menyebabkan kurangnya waktu luang bagi guru untuk memperbarui pengetahuan mereka, mengembangkan keterampilan mengajar, juga mengurangi fokus perhatian terhadap karakter siswa dan bahkan mengurangi waktu guru untuk beristirahat. Akibatnya, kualitas pengajaran sering kali terpengaruh.

Disamping itu, salah satu permasalahan terkini dalam pendidikan di Indonesia adalah beban yang dirasakan oleh guru terkait berbagai platform teknologi. Meskipun tujuan dari platform-platform ini adalah untuk memudahkan pekerjaan guru dan meningkatkan efektivitas pembelajaran, kenyataannya sering kali justru menjadi beban tambahan. Guru harus menghabiskan waktu dan energi untuk memahami dan mengelola berbagai aplikasi dan sistem, yang kadang-kadang tidak terintegrasi dengan baik. Ini mengalihkan perhatian mereka dari tugas utama mengajar dan mendidik siswa

Tantangan Modern dalam Pendidikan

Seperti telah disinggung diatas, Postman mengkritik bagaimana pendidikan saat ini sering kali terjebak dalam diskusi teknis dan kehilangan fokus pada tujuan yang lebih besar. Debat tentang metode pengajaran, penggunaan teknologi, dan standar penilaian sering kali mengabaikan pertanyaan fundamental tentang apa yang seharusnya menjadi tujuan pendidikan. Guru perlu kembali ke pertanyaan-pertanyaan dasar ini dan memastikan bahwa setiap aktivitas di kelas selaras dengan tujuan yang lebih besar tersebut.

Postman juga menggaris bawahi jika pendidikan itu tidak hanya ada di sekolah. Dia menekankan bahwa pendidikan adalah proses seumur hidup yang berlangsung di luar dinding kelas. Guru harus membantu siswa melihat bahwa belajar adalah bagian integral dari kehidupan mereka dan bukan hanya sesuatu yang dilakukan untuk mendapatkan nilai atau lulus ujian.

Mengembalikan Narasi Bermakna dalam Pendidikan

Sebagai solusi atas krisis pendidikan ini, Postman mengusulkan untuk mengembalikan narasi yang bermakna ke dalam kurikulum pendidikan. Di Indonesia, ini bisa berarti lebih banyak penekanan pada pendidikan karakter, sejarah nasional yang diceritakan dengan cara yang menginspirasi, dan pengembangan rasa tanggung jawab sosial dan kewarganegaraan yang baik. Alih-alih hanya mengejar angka, siswa bisa diajari untuk menjadi warga negara yang kritis, kreatif, dan bertanggung jawab.

Sebagai contoh, pengajaran sejarah nasional di Indonesia sering kali terbatas pada fakta-fakta dan tanggal-tanggal penting tanpa mengaitkan cerita tersebut dengan nilai-nilai dan pelajaran yang relevan bagi kehidupan siswa saat ini. Pelajaran sejarah perlu ditekankan sebagai sebuah narasi yang menginspirasi, yang mengajarkan tentang perjuangan, keberanian, dan pengorbanan para pahlawan, dengan demikian peserta didik akan lebih mungkin memahami dan menghargai pentingnya sejarah dan bagaimana mereka bisa berkontribusi pada masyarakat.

Pendidikan karakter dan kewarganegaraan adalah aspek lain yang perlu diperkuat dalam sistem pendidikan Indonesia. Dengan mengajarkan nilai-nilai seperti integritas, tanggung jawab, empati, dan kerjasama, siswa tidak hanya dipersiapkan untuk sukses secara akademis tetapi juga untuk menjadi warga negara yang baik dan berkontribusi positif bagi masyarakat. Pendidikan kewarganegaraan yang baik dapat membantu siswa memahami hak dan kewajiban mereka sebagai warga negara, serta mendorong partisipasi aktif dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara.

Kesimpulan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun