Sudah 1 tahun lebih negara kita mengalami pandemi Covid-19. Berbagai prosedur mulai diterapkan guna mengurangi angka penularan Covid-19, seperti Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM), kegiatan serba online, vaksinasi dan lain sebagainya.Â
Kendati akhir-akhir ini angka penyebaran mulai menurun, namun tidak ada salahnya kita juga harus tetap waspada terkait pandemi ini karena situasi dari pandemi yang bisa dibilang unpredictable.Â
Pandemi ini berdampak buruk bagi sektor kesehatan karena mereka dituntut untuk menangani kasus tersebut yangmana obat dari Covid-19 ini masih simpang siur keberadaannya. Di sisi lain, pandemi ini tidak hanya berdampak pada sektor kesehatan saja melainkan juga berbagai sektor terutama perekonomian.
Tanpa kita sadari, dengan adanya pandemi seperti ini telah mengubah berbagai aspek ekonomi dan bisnis terutama bagian tenaga kerja. Pemberlakuan Work from Home (WFH) ini membuat kualifikasi dari tenaga kerja cenderung lebih penggunaan teknologi. Hal tersebut juga tidak lepas dari kehidupan kita yang serba internet atau IoT (Internet of Things). Â
Menurut World Economic Forum, dalam dua tahun ke depan, berbagai profesi akan tergantikan oleh perkembangan teknologi. Beberapa contoh yang disajikan oleh World Economic Forum berupa job-job yang bersifat clerical, administratif dan transaksional rutin seperti entri data, pembukuan dan penggajian, kesekretariatan, mekanik, pengantar surat akan digantikan fungsinya oleh sistem Teknologi Informasi.
Sebab alasan tersebut, berbagai perusahaan berlomba-lomba untuk meningkatkan kualitas dari para pekerjanya (SDM). Mereka butuh para pekerja yang mampu menganalisis masalah secara cepat & tepat, antisipatif, tetap berpikir optimis, kreatif, inovatif dan inspiratif.Â
Beberapa jenis profesi yang dibutuhkan perusahaan di masa depan, antara lain Data Analyst, Scientist, Big Data Specialist, Digital Transformation Specialist, Organization & Human Capital Specialist, Sales and Marketing Profesional.Â
Persaingan usaha pasca pandemi, membutuhkan SDM yang berkualitas tinggi, profesional, kompeten, mandiri dan memiliki soft skills, sehingga tenaga kerja dalam level apapun mampu memberikan argumentasi yang bisa dipertanggungjawabkan.
Untuk bisa bersaing dalam tantangan tersebut tentunya perlu sebuah kemauan diri kita untuk berubah dan berkembang. Ini sangat sulit dilakukan karena ketika kita telah merasa puas dan nyaman berada di zona nyaman (comfort zone), kita beranggapan "buat apa berubah, disini udah enak, nyaman" kurang lebih seperti itu dan tidak memperhitungkan apa yang akan terjadi kedepannya.Â
Oleh sebab itu, kita harus mengembangkan diri sejauh mungkin jika kita ingin memenangkan persaingan. Maksudnya adalah kita berkembang mengikuti perkembangan zaman dan tidak terpaku pada apa yang saat ini kita peroleh tetapi juga mempertimbangkan kedepannya.
Berbagai dorongan dalam mengembangkan diri sendiri ada banyak sekali. Salah satunya adalah dengan doronga diri sendiri atau Self coaching. Self Coaching sendiri merupakan sebuah proses mengembangkan diri sendiri untuk mengasah keterampilan, keahlian, maupun tujuan tertentu dari individu tersebut.Â
Perlu diketahui bahwa Self Coaching dan Coaching itu merupakan suatu hal yang berbeda. Jika dalam Self Coaching individu melakukan pengembangan pada dirinya sendiri tanpa melibatkan orang lain dalam prosesnya, maka kalau Coaching itu melibatkan orang lain dalam prosesnya, seperti trainer, konseller dan lain sebagainya.
Lalu mengapa kita lebih baik melakukan self coaching daripada coaching? Kan coaching enak tuh ada yang membimbing kita dalam prosenya. Sebenarnya bukan terus berarti lebih baik self coaching daripada coaching, tetapi ada alasan mengapa Self Coaching itu dipilih, yaitu karena Self Coaching sendiri dapat diartikan sebagai aktivitas mandiri bagi seseorang, supaya dapat memfasilitasi dirinya sendiri untuk menemukan solusi atas permasalahannya.Â
Jadi anggap saja mereka dapat mengembangkan dirinya sendiri sekaligus mencoba menyelesaikan masalahnya sendiri dengan kemampuannya sendiri. Sehingga jika mereka menyadari bahwa kemampuannya masih belum cukup, maka mereka bisa intropeksi dan mengembangkan kemampuannya lebih baik lagi. Inilah yag disebut dengan grow mindset.
Lalu bagaimana cara kita mengambil langkah dalam Self Coaching? Menurut saya ada beberapa hal penting yang dapat dilakukan dalam self coaching, antara lain sebagai berikut.
- Intropeksi diri sendiri terkait kekuatan & kelemahan
Hal ini sangat penting sebelum kita menetapkan tujuan yang akan dicapai. Jadi kita bisa dengan memetakan terkait kekuatan & kelemahan diri sendiri. Misalnya kita unggul dalam perhitungan dari pada menghapal atau kita suka berkaitan dengan angka.
- Menetapkan tujuan yang hendak dicapai
Pada Langkah ini sangat erat kaitannya dengan apa yang kita sukai atau gemari. Hal ini juga berkaitan tentang kekuatan dari diri sendiri yang mendorong untuk set this goal. Misalnya ketertarikan dengan perhitungan atau sejenisnya bisa menjadi seorang Data Analyst, Big Data Specialist, Digital Transformation Specialist dan lainnya sesuai dari keinginan kita sendiri.
- Mengambil Tindakan yang diperlukan
Setelah kita menetapkan tujuan, kita perlu menyusun rencana untuk menggapai tujuan tersebut. Misalnya ketika kita akan menjadi seorang Data Analyst ya kita harus belajar terkait hal tersebut perlahan bisa mulai dari dasar kemudian berkembang. Kita juga bisa mencari informasi seminar atau webinar terkait profesi tersebut karena sekarang hal semacam itu banyak tersebar dan mudah ditemukan diberbagai platform media.
- Evaluasi perkembangan
Dalam proses menuju tujuan, kita perlu mencatat perkembangan-perkembanganmya dan selalu mengevaluasi agar apa yang kita inginkan bisa maksimal. Jika kita salah langkah harus segera diperbaiki dan tidak mudah menyerah ketika merasa gagal. Hiraukan apa yang mengganggu proses, seperti ejekan orang lain, tujuan kita dicemooh dianggap rendahan dan sebagainya. Hal tersebut harus kita singkirkan dan terus fokus untuk mengembangkan diri sendiri.
Tentunya selain dari beberapa langkah tersebut, teman-teman juga bisa menggabungkannya dengan metode belajar pribadi karena metode belajar tiap individu itu berbeda, misal ada yang suka ketenangan atau sebaliknya dan lain-lain. Atau juga bisa menggunakan metode CBM (Cognitive Behaviour Modification). Dimana, model counseling ini diturunkan dalam SPRTH (Situasi, Pikiran, Perasaan, Tindakan, Hasil).
Jadi, pada intinya untuk menyikapi tantangan yang ada kita juga harus menyiapkan diri sebaik mungkin. Kita semua punya yang namanya Grow Mindset, dimana kita memiliki pemikiran untuk dapat menjalani hidup lebih baik dari kemarin. Kita harus camkan hal tersebut pada diri kita, improve terus diri kita dan tinggal bagaimana kita menyesuaikannya dengan pribadi kita sendiri.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H