2.) Proses Bisnis menjadi lebih hemat biaya dan lebih simpel
Jika digambarkan dengan bisnis model kanvas, proses bisnis pada industri energi terbarukan akan didapatkan lebih hemat biaya dan simpel. Tapi, untuk menjadikan energi terbarukan sebagai sebuah disrupsi di sektor energi tak cukup hanya dengan bisnis model kanvas.
Saat ini, kita tahu bahwa biaya yang dikeluarkan untuk industri bahan bakar fosil mencakup proses eksplorasi, eksploitasi, pemanfaatan, dan penimbunan serta daur ulang. Proses produksi penambangan dilakukan, selanjutnya dilakukan pengangkutan bahan hasil tambang tersebut, dan butuh tempat untuk pemurnian seperti kilang minyak atau tempat pencucian batubara, gudang, disamping itu juga membutuhkan sarana transportasi dan logistik untuk sampai ke konsumen. Tentu dalam model bisnis ini, industri berbahan dasar fosil terlihat sangat kompleks dan kurang efisien.
Maka, untuk menjadikan energi terbarukan dapat menjadi disrupsi perlu inovasi dalam bisnis dan kembali merekayasa ulang proses bisnis itu agar tidak kalah dengan bahan bakar fosil yang sudah terbukti murah dan andal.
Kita sudah beberapa kali menemui bahwa harga yang murah bukanlah patokan saklek dalam menentukan dan membeli barang atau jasa, bukan?
3.) Kualitas yang dihasilkan lebih baik
Seperti dalam penjelasan diatas, bahwa kita sudah beberapa kali menemui bahwa harga yang murah bukanlah patokan saklek dalam menentukan dan membeli barang/ jasa. Meski nilai efisiensi dan faktor kapasitas dari teknologi energi terbarukan (non-hidro dan nuklir) lebih rendah daripada teknologi berbahan bakar fosil, namun kualitas listrik yang dihasilkan akan mendapatkan nilai tambah dari segi inovasi nilai. Energi yang bersih dan ramah lingkungan, akan membuat konsumen menjadi lebih tertarik.
Bukankah banyak industri pariwisata berkelas internasional yang menawarkan liburan eksotis, private dan menawarkan petualangan di pulau-pulau terpencil? Untuk listriknya, tentu mereka menggunakan energi terbarukan. Di Indonesia pun sudah ada contohnya seperti Pulau Cinta di Gorontalo yang menggunakan panel surya [8]. Pulau ini digadang-gadang sebagai Maldives-nya Indonesia.
Industri berbasis energi terbarukan (non-hidro dan nuklir) menjadi sangat potensial jika digunakan dalam kondisi seperti pulau-pulau kecil dan pedalaman. Pelaku industri berbasis ini harus bisa melihatnya sebagai pasar potensial yang tidak akan disasar oleh PLTU konvensional. Jelas akan rugi, karena pembuatan jaringan (grid) dan instalasinya akan mahal. Energi terbarukan adalah solusinya.
4.) Menciptakan pasar baru