Mohon tunggu...
Fuad Syahrudin
Fuad Syahrudin Mohon Tunggu... Freelancer - Totalitas, Aktivitas, Rutinitas

kebodohan adalah kehendak Tuhan agar ciptaannya mau belajar membaca dan menulis

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Kisah Malala Ditembak Taliban Karena Berjuang Demi Hak Perempuan dan Pendidikan

6 Juli 2024   06:30 Diperbarui: 6 Juli 2024   07:01 160
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Malala Yousafzai setelah pulih dari cedera dan berhasil selamat dari penembakan yang hampir merenggut nyawanya, ia sama sekali tidak mengalihkan perhatian dan tujuannya dalam memerdekakan hak-hak perempuan dan pendidikan. Malala dengan tegas mengatakan bahwa aku tidak ingin dianggap sebagai anak perempuan yang ditembak oleh Taliban, tetapi anak perempuan yang berjuang untuk pendidikan. Pernyataan Malala memberikan kesadaran kepada khalayak umum tentang derajat dan kedudukan kaum perempuan sejajar dengan kaum laki-laki dalam memperoleh hak dan akses pendidikan.

Malala dan Segudang Prestasinya

Malala Yousafzai mengawali pendidikannya dengan bersekolah di Khuskal Public School, sekolah yang dikelola dan dimiliki oleh ayahnya Ziauddin sampai dengan tahun 2012. Setelah mengalami tragedi penembakan yang brutal dari militan Taliban dan berhasil pulih dari cederanya, ia pindah ke Inggris dan melanjutkan sekolahnya. Di Inggris Malala bersekolah di Lady Margaret Hall dan Edgbaston High School for Girls, Birmingham tahun 2013-2017. Kemudian. Malala melanjutkan kembali pendidikannya dan berkuliah di Oxford University dengan mengambil jurusan Philosophy, Politics and Economics tahun 2017.

Sepak terjang Malala sebagai aktivis semakin bersinar. Pada 12 Juli 2013, Malala berpidato di depan Forum Majelis Kaum Muda di Markas Besar Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) di New York, Amerika Serikat. Momen pidatonya juga bertepatan dengan ulang tahunnya yang ke 16, Malala mendapatkan penghargaan Sakharov dari parlemen Eropa dengan menjadikannya sebagai Utusan Perdamaian PBB. Isi pidatonya memuat tiga isu sentral dan penting, yaitu hak perempuan, perlawanan terhadap tindakan terorisme dan kebodohan. PBB juga memberikan hadiah dengan mendeklarasikan hari tersebut sebagai “Hari Malala”.

Semangat Malala pun semakin menyala, ia membentuk dan mendirikan yayasan “Malala Fund” pada tahun 2014 bersama dengan ayahnya untuk memperjuangkan pendidikan bagi perempuan di seluruh dunia. Malala Fund merupakan sebuah badan amal yang didedikasikan untuk membuka ruang dan kesempatan bagi setiap perempuan dalam menggapai masa depan dengan pilihan mereka sendiri. Malala terus melanjutkan perjuangannya untuk berkomitmen dan memastikan hak pendidikan bagi semua perempuan agar bisa menerima dan mengakses 12 tahun pendidikan dengan gratis, aman dan berkualitas.

Malala pun berpergian mengunjungi berbagai negara untuk bertemu para gadis dengan menyuarakan dan berjuang melawan perang, kemiskinan, pernikahan anak dan diskriminasi pendidikan dan gender untuk bisa bersekolah. Ia banyak membagikan pengalaman hidupnya dan mendengar kisah gadis lainnya sehingga kisah mereka seperti juga kisah dirinya dapat didengar penjuru dunia. Melalui jaringan Malala Fund dan dirinya sebagai pendidik dan aktivis negara berkembang, Malala meminta pertanggungjawaban pemimpin atas janji mereka dan atas hak-hak para kaum perempuan.

Pada bulan Oktober 2014, Malala meraih prestasi yang luar biasa. Ia meraih “Nobel Perdamaian” atas perjuangannya melawan penindasan anak-anak dan pemuda serta hak pendidikan perempuan. Malala Yousafzai menjadi orang termuda yang pernah meraih penghargaan tersebut karena baru menginjak usia 17 tahun saat itu. Bentuk penghargaan lainnya pun pernah ia terima seperti National Youth Peace Prize tahun 2011 dan Civic Courage Prize, International Children’s Peace Prize, Glamour Award for The Girls Hero tahun 2013 serta beberapa bentuk penghargaan lainnya. Selain itu, Malala juga diberi hadiah kewarganegaraan kehormatan Kanada di tahun 2017. Prestasi dan dedikasi yang dilakukan Malala dalam memerdekakan hak pendidikan dan perempuan mampu menginspirasi jutaan orang di seluruh dunia.

Dalam perjalanannya, Malala Yousafzai juga memiliki karya buku dan film dokumenter yang telah diterbitkan, Adapun karya tersebut, yaitu :

  • “I am Malala : The Girl Who Stood Up for Education and Was Shot by the Taliban” yang diterbitkan pada 8 Oktober 2013. Buku tersebut merupakan otobiografi Malala Yousafzai dan menjadi buku terlaris International. Buku ini diringkas pada tahun 2018 sebagai “Malala : My Story of Standing Up for Girls Rights”.
  • “Malala’s Magic Pencil” yang diterbitkan pada 17 Oktober 2017. Buku tersebut menunjukan Malala Yousafzai yang tumbuh dan besar di Lembah Swat, Pakistan dan mengharapkan pensil ajaib untuk menyelesaikan masalahnya. Dia belajar bahwa dia mampu membuat perubahan, seperti memajukan hak atas pendidikan perempuan. Buku tersebut mendapatkan ulasan yang sangat positif.
  • “We Are Displaced : My Journey and Stories from Refugee Girls Around the World” yang diterbitkan pada 4 September 2018. Buku tersebut merupakan pengalaman Malala Yousafzai sendiri yang menjadi pengungsi di Pakistan dan kemudian di paksa pindah ke Inggris serta menceritakan kisah-kisah dari Sembilan pengungsi lainnya di seluruh dunia. Buku ini mendapat sambutan kritis yang positif dan mencapai 10 besar dalam daftar buku terlaris The New York Times di bawah bagian “Young Adult Hardcover”.
  • “He Named Me Malala” film documenter yang diterbitkan pada 2 Oktober 2015. Film tersebut merupakan garapan sutradara Davis Guggenheim dan mengisahkan tentang Malala Yousafzai seorang aktivis perempuan muda Pakistan dan penerima Nobel Perdamaian yang menyerukan hak perempuan khususnya pada hak pendidikan.

Kisah Malala Yousafzai telah menyadarkan kita dan berhasil membuka mata dunia dalam memandang hak perempuan dan pendidikannya. Di bawah ancaman kelompok fundamentalis Taliban, ia mampu bertahan dan terus berjuang demi kemanusiaan, demi hak perempuan dan anak-anak, serta demi pendidikan yang menjadikannya tokoh perempuan dunia yang berpengaruh positif. Walaupun peluru militan Taliban hampir membunuhnya, ia mampu bangkit dan semangat juangnya semakin memuncak yang mengantarkannya meraih berbagai penghargaan karena pengorbanannya pada dunia pendidikan.

Malala mengatakan bahwa kalaupun mereka datang untuk membunuh ku, aku akan mengatakan bahwa apa yang mereka lakukan ini salah. Pendidikan adalah hak dasar kami. Ia mengajarkan pada kita semua akan pentingnya berkarakter, berdiri teguh di atas prinsip dan nilai-nilai sekalipun bertatapan langsung dengan tantangan, ancaman, dan bahaya yang akan menggoyahkan kita. Malala menunjukkan pada kita semua bahwa usia bukan halangan dan batasan bagi seseorang untuk berjuang membela kebenaran dan keadilan.   

Sumber Bacaan :

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun