Mohon tunggu...
FUAD AJISATRIO
FUAD AJISATRIO Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pemula

Celotehan dan curhatan seorang free man yang tak mampu berkata-kata | Pemula yang menulis disela waktu ngopi

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Bintang Emon, Pertalian Komedi dan Politik

2 September 2020   09:10 Diperbarui: 2 September 2020   19:57 335
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber @elamcihui via tribunnews.com

Pernah gak kalian merasa, di indonesia selera humor para pejabatnya aneh? Yang becanda diseriusin, yang serius dibecandain. Kan kita jadi bingung. Tapi ya, kita yang niat becanda ini kadang juga suka diusilin sama orang-orang yang baperan, ujungnya malah dilaporin deh, UU ITE lah atau pencemaran nama baik. Nah... pada kesempatan kali ini kita akan meninjau kenapa komedi kita ternyata bisa membuat "penguasa" terusik. yuk, dimonggoin-in!

komedian Bintang Emon kembali menjadi perbincangan warganet setelah mengeluarkan video yang diberi caption "Live Streaming". Video tersebut merupakan sketsa percakapan yang memuat kritik terkait gugatan judicial review dua perusahaan raksasa penyiaran ke MK. Bukan Bintang Emon namanya jika tidak dapat membuat penontonnya tertawa, kritik dengan retorika komedi tersebut dikemas secara rapi dan aktual sehingga membuat kita yang menyaksikannya dapat mengerti problematika para konten kreator yang nantinya akan dirugikan oleh judicial review perusahaan penyiaran tersebut.

Tapi pada kesempatan ini saya tidak ingin membahas terkait permasalahan yang entah mengapa dapat dengan mudah anda temukan dengan keyword RCTI, dan iNews. 

Kita akan membahas sesuatu yang ringan-ringan saja sebagai bahan bacaan disela-sela waktu ngopi para pembaca. Kita akan membahas permasalahan komedi dan relasinya dengan politik, serta bagaimana carut-marutnya perasaan "oknum" penguasa yang sepertinya memiliki selera aneh dalam berkomedi.

Sejarah Komedi dan Kritik Sosial

Oke, sebelum kita beranjak terlalu jauh, lebih baik kita ulas sedikit konsep komedi. Apapun interpretasi kalian soal komedi, yang jelas Goal dari komedi atau humor adalah tawa dari pendengar atau penonton. Kelucuan atau "komedi" berlaku bagi manusia normal, untuk menghibur karena hiburan merupakan kebutuhan mutlak bagi manusia bahkan untuk imunitas diri dalam proses pertahanan hidupnya, bukan cuma jamu!. 

Kelucuan juga selalu singgung-menyinggung dengan hal-hal yang tidak wajar atau umum. hanya hal yang aneh dan nyeleneh dapat dijadikan sebagai humor. Semua itu tidak menutup kemungkinan bahwa segala sesuatu yang ada di dunia ini dapat berpotensi sebagai bahan komedi.

Pada abad ke 17, kepopuleran komedi ada dalam bentuk naskah dan teater. Berkembang pada abad ke 18, teater humor bermetamorfosa menjadi satire. 

Satire adalah komedi penggabungan antara ironi dan sarkasme, satire memiliki tujuan dalam mengekspose dan mengkritik kesalahan orang, sehingga satire selalu mempunyai fungsi kritik. Lanjut pada abad ke 19 berubah wujud menjadi komik. Terakhir hingga sekarang, komedi banyak mengalami perkembangan, teater, film, media massa, bahkan platform online. Satu yang menarik adalah metamorfosa komedi tersebut tidak menghilangkan sisi satire didalamnya.

Hal satire ini yang menjadikan komedi sebagai bentuk kritik sosial dari masyarakat terhadap segala aspek, lingkungan, ekonomi, politik, serta budaya. Banyak sudah kita jumpai bentuk-bentuk dan jenis komedi satire yang ada di Indonesia. Mulai dari film "Chips" ala Warkop DKI, Meme yang sempat bomming pada saat pilpres 2014, sketsa video komedi di TV, Dark Jokes di Youtube, hingga komedi kritik yang sering disampaikan oleh para komika (Stand up comedian).

Komedi dan Politik

Untuk melihat kekuatan komedi dan politik, ijinkan saya mengutip tesis sekaligus disertasi, "Was That Suppose to be Funny? A Rhetorical Analysis of Politics, Problem, and Contradiction Stand up Comedy" karya Nathan Andrew Wilson University of Iowa Amerika Serikat. Nathan mencoba meneliti terkait keterhubungan antar humor atau komedi dan tindakan politik. 

Komedi memiliki relasi kuasa dengan komedian, ketika penonton berhasil dibuat tertawa disaat itulah para komedian memegang kendali penuh, komedi yang memecah tawa telah berhasil mempengaruhi cara berfikir serta opini penonton. Komedi juga menjadi sarana protes sosial, sekaligus membawa pemahaman yang berbeda terkait suatu hal.

Sedangkan dalam pendekatan politik, kita mengenal adanya teori retorika. Retorika diyakini merupakan alat komunikasi yang bersifat persuasif. Aristoteles menjelaskan bahwa teori retorika dituntun oleh dua asumsi. pertama, pembicara yang efektif harus mempertimbangkan khalayak mereka, dan kedua, pembicara yang efektif menggunakan beberapa bukti sebagai persentasi mereka. 

Retorika tidak dapat dilepaskan dari komedian, terutama para komika stand up. Retorika yang tepat dan efektif akan menimbulkan tawa penonton, pemilihan retorika komedian juga berpengaruh terhadap komunikasi isu kepada penonton, sehingga penonton diharuskan untuk berfikir sebelum akhirnya tertawa.

Di Amerika, komedi dan politik bersatu dalam acara "The Daily Show" yang dipandu oleh Trevor Noah, yang kita ketahui Travor Noah adalah seorang komika stand up. Acara tersebut ternyata memberikan dampak terhadap antusias masyarakat khususnya anak muda dalam isu-isu politik, acara tersebut nampaknya telah berperan penting dalam mengedukasi melalui komedi satire kepada penonton.

Komedi yang berakar dari persoalan yang tidak wajar akan sangat mudah menyinggung politik. Persoalan politik dan kekuasaan adalah hal yang paling empuk dijadikan sasaran sentilan komedi, karena segala bentuk ketidakwajaran yang muncul kepermukaan. Secara On Air TV, komedi politik pernah dikemas oleh salah satu episode program Mata Najwa, dengan judul "Politik Jenaka". 

Dalam acara tersebut berkumpul komedian dan seniman tersohor seperti, Sule, Andre, Eko Patrio, Indro Warkop, Butet, dan Dedi Gumelar. Program tersebut banyak melontarkan kritik-kritik terhadap pemerintah, seperti "tertawalah sebelum tertawa itu dilarang". Cogan khas tersebut ada sebagai kritik terhadap kondisi sosial politik Orde Baru.

Sayangnya kesini, Negeri yang penuh akan ketersinggungan ini sepertinya susah untuk menerima komedi. Komedi satire kadang multitafsir. Ada yang mendukung dan memilih tertawa, adapula yang merasa terusik dan tersinggung. Tak jarang pula komedi yang niatnya melayangkan kritik, diartikan sebagai bentuk penistaan atau pencemaran nama baik. Ironi ditengah pembangunan demokrasi Indonesia.

Bintang Emon contohnya, ketika menyatakan pendapat mengenai kasus persidangan kontroversi Novel Baswedan, isu miring langsung menerpanya. Ia dituduh sebagai pemakai narkoba. melalui sistematika buzzer twitter, isu fitnah tersebut tersebar. Bintang Emon langsung merespon dengan cepat melalui tes yang menunjukan hasil negative narkoba.

Lanjut, kabar terbaru Bintang Emon juga turut mengomentari gugatan judicial review perusahaan penyiaran ke MK. Semoga satire Bintang Emon baik-baik saja, mengingat video tersebut menyerang pengusaha tersohor di dunia pertelevisian Indonesia,  juga menjadi tren di sosial media.

Selain itu, mungkin masih teringat oleh pembaca, kasus meme yang memberikan komentar terkait Setya Novanto yang terjerat kasus E-KTP. Meme tersebut ternyata mendapat respon dari Setya Novanto sehingga berbuah dilaporkannya 32 akun media sosial. Meme merupakan teks kreatif yang digabungkan oleh foto atau gambar, meme dapat menjadi strategi komunikasi dan kritik politik yang cukup populer. Meme menunjukan bahwa komedi satire politik dapat merespon peristiwa politik melalui cara yang tidak terduga.

sumber @elamcihui via tribunnews.com
sumber @elamcihui via tribunnews.com
Kasus Bintang Emon dan terlapornya 32 akun meme sosial media memberikan gambaran bagaimana kekuatan komedi dapat menciptakan kegaduhan pada penguasa. Melalui ketersinggungan serta kepopuleran dari komedian, komedi dapat menjadi senjata ampuh untuk menyentil telinga penguasa. Belum lagi masyarakat yang tergiring opininya membuat kritik komedi politik semakin tergaungkan.

Satire dalam komedi telah menjadi kritikan tajam yang merefleksikan kondisi perpolitikan pun kondisi politisi di Indonesia. Komedi dalam politik seakan menjadi oasis diantara keformalitasan kritik politik dan panggung politik di Indonesia. 

Komedi politik dapat menjadi solusi ditengah kejengahan cara demonstrasi dalam menyampaikan aspirasi, yang mungkin mulai tidak mendapatkan simpati dari masyarakat. Komedi dan kritik politik menjadikan kita sebagai penikmat tetap dapat menertawakan aturan-aturan atau pernyataan-pernyataan konyol para penguasa tanpa kehilangan isu-isu aktual. Jadi, yuk di komediin biar lebih luwes!.

Refrensi

Cadek Teguh Aryawangsa, dkk. 2014. HUMOR SEBAGAI BENTUK KOMUNIKASI POLITIK DI INDONESIA (Studi Kasus: Stand-Up Comedy Sammy Notaslimboy Menjelang Pilpres 2014). Jurnal Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Udayana.

Didiek Rahmanadji. 2009. SEJARAH, TEORI, JENIS, DAN FUNGSI HUMOR. Jurnal Seni dan Desain Fakultas Sastra Universitas Negeri Malang.

Suhadi. 1989. Humor dalam Kehidupan. Jakarta: Gema Press.

Penyebar Meme Setya Novanto Dipidana, Masyarakat jadi Takut Kritik Pejabat

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun