Pernah gak kalian merasa, di indonesia selera humor para pejabatnya aneh? Yang becanda diseriusin, yang serius dibecandain. Kan kita jadi bingung. Tapi ya, kita yang niat becanda ini kadang juga suka diusilin sama orang-orang yang baperan, ujungnya malah dilaporin deh, UU ITE lah atau pencemaran nama baik. Nah... pada kesempatan kali ini kita akan meninjau kenapa komedi kita ternyata bisa membuat "penguasa" terusik. yuk, dimonggoin-in!
komedian Bintang Emon kembali menjadi perbincangan warganet setelah mengeluarkan video yang diberi caption "Live Streaming". Video tersebut merupakan sketsa percakapan yang memuat kritik terkait gugatan judicial review dua perusahaan raksasa penyiaran ke MK. Bukan Bintang Emon namanya jika tidak dapat membuat penontonnya tertawa, kritik dengan retorika komedi tersebut dikemas secara rapi dan aktual sehingga membuat kita yang menyaksikannya dapat mengerti problematika para konten kreator yang nantinya akan dirugikan oleh judicial review perusahaan penyiaran tersebut.
Tapi pada kesempatan ini saya tidak ingin membahas terkait permasalahan yang entah mengapa dapat dengan mudah anda temukan dengan keyword RCTI, dan iNews.Â
Kita akan membahas sesuatu yang ringan-ringan saja sebagai bahan bacaan disela-sela waktu ngopi para pembaca. Kita akan membahas permasalahan komedi dan relasinya dengan politik, serta bagaimana carut-marutnya perasaan "oknum" penguasa yang sepertinya memiliki selera aneh dalam berkomedi.
Sejarah Komedi dan Kritik Sosial
Oke, sebelum kita beranjak terlalu jauh, lebih baik kita ulas sedikit konsep komedi. Apapun interpretasi kalian soal komedi, yang jelas Goal dari komedi atau humor adalah tawa dari pendengar atau penonton. Kelucuan atau "komedi" berlaku bagi manusia normal, untuk menghibur karena hiburan merupakan kebutuhan mutlak bagi manusia bahkan untuk imunitas diri dalam proses pertahanan hidupnya, bukan cuma jamu!.Â
Kelucuan juga selalu singgung-menyinggung dengan hal-hal yang tidak wajar atau umum. hanya hal yang aneh dan nyeleneh dapat dijadikan sebagai humor. Semua itu tidak menutup kemungkinan bahwa segala sesuatu yang ada di dunia ini dapat berpotensi sebagai bahan komedi.
Pada abad ke 17, kepopuleran komedi ada dalam bentuk naskah dan teater. Berkembang pada abad ke 18, teater humor bermetamorfosa menjadi satire.Â
Satire adalah komedi penggabungan antara ironi dan sarkasme, satire memiliki tujuan dalam mengekspose dan mengkritik kesalahan orang, sehingga satire selalu mempunyai fungsi kritik. Lanjut pada abad ke 19 berubah wujud menjadi komik. Terakhir hingga sekarang, komedi banyak mengalami perkembangan, teater, film, media massa, bahkan platform online. Satu yang menarik adalah metamorfosa komedi tersebut tidak menghilangkan sisi satire didalamnya.
Hal satire ini yang menjadikan komedi sebagai bentuk kritik sosial dari masyarakat terhadap segala aspek, lingkungan, ekonomi, politik, serta budaya. Banyak sudah kita jumpai bentuk-bentuk dan jenis komedi satire yang ada di Indonesia. Mulai dari film "Chips" ala Warkop DKI, Meme yang sempat bomming pada saat pilpres 2014, sketsa video komedi di TV, Dark Jokes di Youtube, hingga komedi kritik yang sering disampaikan oleh para komika (Stand up comedian).