Berdasarkan data ekonomi terbaru, tingkat pendapatan dan karakteristik kelas menengah di Indonesia dan Vietnam menunjukkan perbedaan yang mencolok karena perbedaan jalur pertumbuhan ekonomi dan perubahan demografis.
Indonesia: Tantangan Kelas Menengah di Tengah Penyesuaian Ekonomi
Indonesia, ekonomi terbesar di Asia Tenggara, telah mengalami fluktuasi dalam populasi kelas menengahnya, dengan data terbaru menunjukkan penurunan sekitar 9,5 juta orang dari kelas menengah sejak tahun 2019 (sumber: Badan Pusat Statistik, 2023). Dibandingkan dengan ekonomi regional lainnya seperti Vietnam dan Thailand, kelas menengah Indonesia menghadapi tantangan unik karena faktor-faktor seperti ketimpangan pendapatan dan distribusi pertumbuhan ekonomi yang tidak merata di seluruh wilayah. Menurut statistik terbaru, kelas menengah Indonesia---didefinisikan sebagai individu yang menghabiskan antara 2 hingga 9 juta rupiah per bulan---telah berkurang sekitar 9,5 juta sejak 2019. Penurunan ini disebabkan oleh dampak ekonomi dari pandemi COVID-19, hilangnya pekerjaan di sektor-sektor tertentu, dan peningkatan pajak. Gangguan ekonomi ini menyebabkan pergeseran populasi, mendorong banyak orang keluar dari kelas menengah sementara meningkatkan kategori "kelas menengah yang sedang berusaha". Kelas menengah yang sedang berusaha terdiri dari individu yang hampir mencapai status kelas menengah tetapi belum memiliki keamanan ekonomi yang stabil. Faktor-faktor yang dapat membantu individu-individu ini untuk naik ke kelas menengah termasuk akses yang lebih baik ke pendidikan, peluang kerja yang lebih baik, program dukungan pemerintah yang ditargetkan, dan stabilitas ekonomi yang meningkat.
Terlepas dari tantangan ini, ada tanda-tanda ketahanan dalam ekonomi Indonesia. Pengeluaran untuk barang-barang diskresioner seperti perjalanan, hiburan, dan barang-barang non-esensial lainnya tetap relatif tinggi, menunjukkan bahwa segmen kelas menengah masih memiliki kemampuan finansial dan bersedia menghabiskan lebih dari kebutuhan dasar. Peningkatan pengeluaran untuk kegiatan rekreasi menunjukkan meningkatnya daya beli untuk sebagian orang, meskipun yang lain menghadapi kemunduran ekonomi.
Tingkat pengangguran di Indonesia saat ini mencapai 5,2%, tertinggi di antara negara-negara ASEAN (sumber: IMF, 2024). Tingkat pengangguran yang lebih tinggi ini sebagian disebabkan oleh lambatnya pemulihan di pasar kerja formal pascapandemi, masalah struktural yang berkelanjutan di pasar tenaga kerja, dan tantangan dalam menyerap pendatang baru ke angkatan kerja, terutama di daerah pedesaan. Tingkat pengangguran yang tinggi ini berkontribusi pada kesulitan yang dihadapi oleh kelas menengah, karena ketidakstabilan pekerjaan memengaruhi pendapatan rumah tangga dan membatasi mobilitas ekonomi.
Pemerintah Indonesia telah berupaya meningkatkan pertumbuhan ekonomi melalui berbagai inisiatif, termasuk pembangunan infrastruktur dan reformasi ekonomi yang bertujuan untuk meningkatkan kondisi bisnis dan menarik investasi asing. Namun, ketimpangan pendapatan, infrastruktur yang tidak memadai, dan kompleksitas regulasi terus menghambat kemajuan signifikan bagi kelas menengah. Selain itu, tingkat kemiskinan yang tinggi di beberapa wilayah memperburuk ketimpangan antara kelompok pendapatan, yang mengarah pada pemulihan ekonomi yang tidak merata.
Vietnam: Pertumbuhan Kelas Menengah yang Pesat dan Peluang Ekonomi
Vietnam, di sisi lain, sedang menyaksikan pertumbuhan pesat dalam populasi kelas menengahnya, yang didukung oleh inisiatif pemerintah utama seperti reformasi ekonomi Doi Moi (Renovasi), investasi infrastruktur termasuk pembangunan jalan raya dan pelabuhan utama, serta berbagai perjanjian perdagangan bebas seperti Perjanjian Kemitraan Trans-Pasifik Komprehensif dan Progresif (CPTPP) dan Perjanjian Perdagangan Bebas Uni Eropa-Vietnam (EVFTA) yang telah membantu mengintegrasikan negara tersebut ke dalam pasar global. Pada tahun 2026, diproyeksikan bahwa kelas menengah akan mencapai sekitar 26% dari total populasi, naik dari 13% pada tahun 2023 (sumber: World Economic Forum, 2024). Pertumbuhan yang signifikan ini didorong oleh kinerja ekonomi berbasis ekspor Vietnam yang kuat, sektor manufaktur yang berkembang, dan investasi asing langsung yang substansial. Ekonomi Vietnam telah mendapat manfaat dari integrasinya ke dalam rantai pasokan global, dengan perusahaan multinasional yang semakin banyak berinvestasi di negara tersebut sebagai bagian dari strategi diversifikasi mereka.
Kelas menengah di Vietnam sebagian besar terkonsentrasi di daerah perkotaan seperti Hanoi dan Kota Ho Chi Minh, di mana peluang ekonomi yang lebih baik, akses ke pendidikan, dan infrastruktur yang ditingkatkan menjadikan kota-kota ini sangat kondusif untuk pertumbuhan kelas menengah. Peningkatan pendapatan di pusat-pusat perkotaan ini telah mengarah pada pengeluaran yang lebih tinggi untuk pendidikan, perawatan kesehatan, perumahan, dan kegiatan rekreasi. Tren ini mengubah pasar konsumen di negara tersebut, karena rumah tangga kelas menengah memprioritaskan peningkatan kualitas hidup, termasuk pendidikan yang lebih baik untuk anak-anak mereka dan layanan kesehatan yang lebih baik.
Tingkat pendapatan rata-rata di Vietnam juga terus meningkat. Gaji bulanan rata-rata untuk pekerja bergaji mengalami pertumbuhan yang signifikan, mencerminkan momentum ekonomi yang lebih luas dan mendukung ekspansi kelas menengah. Kelas menengah perkotaan ini sebagian besar berusia muda, berpendidikan tinggi, dan mahir secara teknologi, berkontribusi pada pola konsumsi yang dinamis dan meningkatnya permintaan akan berbagai barang dan jasa. Selain itu, pemerintah Vietnam telah melaksanakan beberapa reformasi untuk memperbaiki iklim bisnis, mendorong kewirausahaan, dan mendukung pertumbuhan sektor swasta, yang semakin mempercepat kenaikan kelas menengah.
Tingkat pengangguran di Vietnam relatif rendah, yaitu 2,1%, menunjukkan pasar tenaga kerja yang kuat dan stabilitas pekerjaan yang lebih besar dibandingkan dengan Indonesia (sumber: International Monetary Fund, 2024). Tingkat pengangguran yang lebih rendah ini telah memfasilitasi pertumbuhan ekonomi dan mendukung ekspansi kelas menengah.
Membandingkan Pertumbuhan Kelas Menengah di Indonesia dan Vietnam
Kelas menengah di Vietnam tampaknya tumbuh dengan kecepatan yang jauh lebih cepat dibandingkan dengan Indonesia, sebagian besar karena reformasi ekonomi yang komprehensif dan pertumbuhan industri yang telah dilakukan Vietnam dalam beberapa tahun terakhir. Fokus pemerintah untuk menciptakan lingkungan yang kondusif bagi bisnis, disertai dengan komitmennya untuk menjaga kerangka politik dan ekonomi yang stabil, telah memungkinkan Vietnam muncul sebagai tujuan yang menguntungkan bagi investor asing. Hal ini, pada gilirannya, mendorong penciptaan lapangan kerja dan pertumbuhan upah, mendorong banyak orang masuk ke kelas menengah.
Di sisi lain, kelas menengah Indonesia mengalami masa penyesuaian, sebagian karena kenaikan pajak pertambahan nilai (PPN) yang baru-baru ini dilakukan pemerintah dan tantangan di sektor manufaktur, yang telah memengaruhi pendapatan yang dapat dibelanjakan dan stabilitas pekerjaan. Kenaikan PPN menyebabkan kenaikan harga konsumen, yang mengurangi daya beli rumah tangga dan menambah beban keuangan pada keluarga kelas menengah (sumber: Kementerian Keuangan Indonesia, 2024). Selain itu, tantangan di sektor manufaktur, termasuk penurunan ekspor dan penurunan output industri, telah menyebabkan kehilangan pekerjaan dan stagnasi upah, yang semakin memengaruhi stabilitas ekonomi kelas menengah. Penurunan populasi kelas menengah dan pertumbuhan kelas menengah yang sedang berusaha menyoroti tantangan yang dihadapi oleh banyak orang Indonesia yang berjuang untuk mendapatkan kembali stabilitas ekonomi. Kontras antara peningkatan pesat Vietnam dan sinyal campuran dari Indonesia menunjukkan jalur berbeda yang diambil oleh kedua negara. Sementara Vietnam berada pada jalur naik yang lebih jelas, Indonesia harus mengatasi masalah struktural seperti ketimpangan pendapatan dan kekurangan infrastruktur untuk membuka potensi kelas menengahnya.
Faktor-Faktor Kunci Ekspansi Kelas Menengah
Baik di Indonesia maupun Vietnam, integrasi ke dalam rantai pasokan global, urbanisasi, dan peningkatan investasi asing merupakan pendorong signifikan ekspansi kelas menengah. Keberhasilan Vietnam dalam menarik perusahaan multinasional seperti Samsung, Intel, dan Nike, serta membangun dirinya sebagai pusat manufaktur utama, telah memainkan peran penting dalam pertumbuhan kelas menengahnya. Sebaliknya, Indonesia, meskipun memiliki ekonomi yang lebih besar, menghadapi tantangan yang lebih kompleks, termasuk hambatan regulasi dan ketimpangan ekonomi antar wilayah, yang memperlambat ekspansi kelas menengahnya.
Urbanisasi juga memainkan peran penting dalam pertumbuhan kelas menengah di kedua negara. Di Vietnam, kelas menengah perkotaan tumbuh pesat, didukung oleh tenaga kerja yang muda dan berpendidikan tinggi. Di Indonesia, pusat-pusat perkotaan tetap menjadi pusat aktivitas ekonomi yang vital, tetapi manfaat pertumbuhan tidak terdistribusi secara merata, yang menyebabkan ketimpangan regional.
Kesimpulan
Dinamika kelas menengah di Indonesia dan Vietnam mencerminkan tren ekonomi dan sosial yang lebih luas di kawasan ini. Reformasi ekonomi yang fokus dan sektor manufaktur yang kuat telah menempatkan Vietnam sebagai kekuatan ekonomi yang sedang naik, dengan kelas menengah yang berkembang pesat yang mendorong permintaan konsumen dan perkembangan ekonomi. Di sisi lain, Indonesia menghadapi jalur yang lebih tidak merata, dengan masalah struktural yang perlu diatasi untuk memastikan pertumbuhan kelas menengah yang berkelanjutan.
Bagi kedua negara, jalan ke depan melibatkan memanfaatkan kekuatan masing-masing sambil mengatasi tantangan mendasar yang menghambat pertumbuhan yang adil. Untuk Indonesia, beberapa solusi potensial termasuk meningkatkan program pelatihan kejuruan untuk membekali pekerja dengan keterampilan yang sesuai dengan kebutuhan pasar kerja yang berkembang, menerapkan subsidi yang ditargetkan untuk mendukung usaha kecil dan menengah (UKM), serta meningkatkan akses keuangan bagi pengusaha di pedesaan. Selain itu, peningkatan investasi infrastruktur di wilayah yang kurang berkembang dapat membantu mengurangi ketimpangan regional dan menciptakan peluang ekonomi yang lebih seimbang, yang pada akhirnya mendukung pertumbuhan kelas menengah. Trajektori Vietnam berfungsi sebagai contoh bagaimana reformasi yang ditargetkan dan investasi strategis dapat mendorong peningkatan signifikan dalam standar hidup, sementara pengalaman Indonesia menyoroti pentingnya mengatasi ketimpangan pendapatan dan memastikan bahwa pertumbuhan ekonomi menguntungkan semua segmen masyarakat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H