Mohon tunggu...
Cholwan Fuad
Cholwan Fuad Mohon Tunggu... Mahasiswa - Menjadi manusia yang bermanfaat

Riang dan gembira

Selanjutnya

Tutup

Diary

Kita Selalu Berakhir dengan Ketidaktahuan

5 Januari 2022   01:00 Diperbarui: 5 Januari 2022   02:30 320
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Setelah itu, kita bercerita tentang seputar kampus, judul skripsi yang belum pasti, mata kuliah yang belum selesai, kita sama-sama belum bergairah dalam menyelesaikan persoalan pendidikan. 

Hal yang paling menarik dari rentetan tema percakapan malam itu adalah tentang hubungan asmara, kita saling mewajarkan di usia yang nampak tanggung berbicara asmara, menjadi hidangan penutup untuk kita bahas. 

Temanku lebih banyak bercerita, sedangkan aku intinya selalu gagal dalam soal perkara ini. 

Harapan kita berdua hari ini, bukan lagi persoalan fisik yang utama, namun butuh sandaran yang menopang kita untuk berjalan dalam sekelumit persoalan hidup. sederhana kita berbicara asmara, nampak sudah muak dengan permainan yang kita buat sendiri, intinya kita butuh yang pasti.

     Selepas itu aku mulai bercakap terhadap temanku, “kayanya untuk mengabadikan ini perlu kita catat dalam sejarah bahwa ada sepasang pemuda yang sedang meraba masa depan mereka seperti apa”. 

Dahulu kita saat-saat menjadi anak kecil yang hanya berfikir main, makan dan tidur sempat berkhayal menjadi orang dewasa, berharap kebebasan sepenuhnya tanpa diatur keluarga tanpa harus pulang sebelum jam 10 malam, saat ini khayalan yang sudah jelas di depan mata kita nampak berbanding terbalik apa yang kita bayangkan.

 Kalau tuhan mengijinkan aku untuk memilih, lebih baik menjadi anak kecil daripada menjadi orang dewasa. 

Sekilas, teringat sampul buku mas Phutut Ea “Hidup ini brengsek dan kita dipaksa untuk menikmatinya”, rentetan buku yang ingin aku baca nampak relevansinya telah terasa. 

Menjadi dewasa ternyata tidak mudah, banyak waktu-waktu yang terbuang demi tujuan yang belum jelas, istirahat, bersantai, berbincang bersenda gurau bersama keluarga, teman sebaya, nampak seperti barang langka. 

Aku sendiri, lebih suka banyak menyendiri, berbincang dengan diri sendiri dan mulai enggan dengan obrolan yang menurutku hanya memangkas waktu istirahat, semuanya terbilang sia-sia.

     Teman-teman yang mulai terhitung, nampaknya semakin jelas bahwa kedewasaan membuat kita harus mulai bergegas untuk merancang masa depan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun