Mohon tunggu...
Ahmad Fuad Afdhal
Ahmad Fuad Afdhal Mohon Tunggu... Dosen - Ph.D.

Pengamat isu sosial

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Piala Dunia 2018, Tim-tim Besar Dikalahkan oleh Kemapanan

6 Juli 2018   15:43 Diperbarui: 6 Juli 2018   15:55 1130
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Padahal untuk Piala Konfederasi ter Stegen adalah kiper tim Jerman dan berhasil. Di sini Loew tidak bisa menghilangkan favoritisme dalam pemilihan pemain dengan memilih mereka yang merupakan jawara dari Piala Dunia Brazil 2014 seperti Neuer, Tony Kroos,Oezil, Khedira, Boateng, Gomez, dan Muller. Sementara Goretzka, Brandt, Werner, ter Stegen, Gundogan dan Rudy  menjadi pelengkap saja.  Bahkan Emre Can. Mustafri,  dan Leroy Sane dilupakan. Loew tetap memaksakan kombinasi senior dan junior. Tetapi yang senior sepertinya sudah hilang tajinya.  Celakanya kedua kelompok senior dan junior seperti air dan minyak. Gagal dan hancur tim Jerman berkeping-keping.

Argentina:

Lain dengan Argentina. Tim sepakbola Argentina sudah dua kali jadi jawara Dunia. Setelah itu bisa disebut  sebagai tim yang masih mengenang masa lalu. Ini terlihat setiap striker baru muncul maka dibandingkan dengan Maradona. Sebetulnya ini salah kaprah. Sebab tiap orang punya karakteristika bermain yang spesifik. Namun,Argentina tetap dengan nostalgia masa keemasan khususnya dengan Maradona.

Terakhir muncul Leonel Messi. Pemain digadang-gadang bisa menggantikan Maradona. Beberapa kali mengikuti Piala Dunia hasilnya gagal. Yang paling dekat adalah ketika masuk final Piala Dunia Brazil 2014, kalah 0-1 dari Jerman.  Dari sini nampaknya Messi sudah enggan membela tim Argentina. Namun dengan berbagai alasan Messi kembali diminta memimpin skuad Argentina di Piala Dunia Rusia 2018. Dari awal sudah terlihat sempoyongan. Akhirnya gagal kembali. Celakanya semua orang Argentina mengharapkan Messi bisa membawa keajaiban. Sesungguhnya sepakbola sangat jauh dari keajaiban.

Masalah utama di tim Argentina adalah lini elakang dan sebagian lini tengah para pemainnya sudah uzur. Yang paling celaka adalah kipernya, sangat bermutu untuk level Dunia. Sementara di lini penyerang banyak sekali yang bagus. Hanya secara tim, Argentina tidak bisa disebut hebat. Penyebabnya adalah anak muda sangat mengidolakan Maradona. Semua anak muda yang menjadi pemain sepakbola ingin menjadi penyerang. Akhirnya lini belakang terutama kiper, kurang peminatnya.

Spanyol punya kisah yang berbeda. Dengan tiki taka, Spanyol sangat dominan di masanya. Ini terbukti dengan dua kali jadi juara Eropa dan satu kali jadi jagoan Dunia. Apa kurangnya.Liga Spanyol naik daun. Pemain-pemain Spanyol laku keras di liga-liga seperti Inggris, Jerman, dan Perancis. Klub-klub Spanyol merajai Eropa bahkan level Dunia. Tengok saja dengan Barcelona, Real Madrid, dan Atletico Madrid. Masih ada klub-klub lain seperti Sevilla dan Valencia.  Intinya semua klub Spanyol disegani kawan dan lawan.

Sayangnya terjadi kejadian yang tidak mengenakkan saat hanya beberapa hari Piala Dunia Rusia dimulai, pelatih Lopetegui tiba-tiba diganti Fernando Hiero.  Alasannya semua orang tahu karena Lopetegui menerima jabatan sebagai manajer Real Madrid.  Jawabannya sederhana, bahkan untuk kelas tarkam saja, persiapan suatu tim sedikitnya satu bulan. Hiero pasti sangat kurang waktu untuk mengkonsolidasikan skuadnya. Ini turnamen tingkat Dunia. Sejak awal sudah bisa ditebak bagaimana perjalanan akhir tim Spanyol.

Kemapanan:

Masalah kemapanan harus diterima telah hinggap di tim-tim seperti Jerman, Argentina, dan Spanyol. Kemapanan bisa terjadi pada tim manapun, khususnya tim yang pernah menjadi juara. Mental para mantan jawara masih merasa jawara padahal dari segala faktor sudah berubah.  Sayangnya ada juga pelatih yang mempertahankan mantan jawara dalam skudnya. Ini terlihat jelas, terutama Jerman.

Kebesaran,kemegahan, dan antusiasme yang diberikan masyarakat kepada setiap juara terkadang berlebihan. Secara psikologis dampaknya cukup signifikan, antara lain menyebabkan tim juara menjadi pongah. Juga ada kecenderungan untuk mengecilkan tim-tim lain. Mereka lupa bahwa tim-tim yang kalah sudah belajar dari kekalahan dan sudah membangun tim baru. Sementara mantan juara terlena. Walau belum hilang kehebatan mereka, tetap repot melawan pemain-pemain muda yang cepat dan didorong motivasi tinggi. Tengok saja dengan Boateng dan Hummel. Juga pada Ramos dan Pique. Tidak terkecuali Mascherano dan Otamendi. Mereka sudah uzur.

Untuk membangun kembali tim-tim mantan juara, langkah pertama adalah dengan melupakan, meninggalkan, dan menghapus kemapanan. Mereka harus menulis lembaran baru. Seperti buku baru yang halaman-halamannya bersih. Tinggal manajer dan para stafnya merancang skuad baru dengan melihat berbagai faktor. Dengan semangat, motivasi, dan keinginan baru masa depan yang lebih baik akan terbentang. Semoga.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun