Mohon tunggu...
Ahmad Fuad Afdhal
Ahmad Fuad Afdhal Mohon Tunggu... Dosen - Ph.D.

Pengamat isu sosial

Selanjutnya

Tutup

Politik

Menyikapi Kunjungan Raja Salman ke Indonesia: Bisnis, Seremonial, atau "Selfie"?

28 April 2017   16:54 Diperbarui: 28 April 2017   17:09 540
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sebelum raja Salman meninggalkan Riyadh, ibu kota Saudi Arabia, Indonesia sudah heboh sendiri dalam menyambut kunjungan tersebut. Berbagai hal muncul di media elektronik, media cetak, apalagi di media sosial. Kehebohan tersebut dimulai dengan jumlah uang yang akan diinvestasikan di Indonesia oleh pemerintah Arab Saudi. Bukan hanya itu, rincian termasuk jenis proyeknya juga menyebar di mana-mana. Yang paling menghebohkan adalah bahwa raja Salman akan menggantikan semua pinjaman Indonesia ke negara Cina. Bukan main ikhlasnya raja Salman, boleh jadi ini yang ada dalam hati mereka yang mendengar berita ini.

Kehebohan itu muncul karena adanya pernyataan dari pejabat teras pemerintah yang menyebutkan jumlah investasi Arab Saudi di Indonesia. Bahkan juga dilansir keterangan bahwa hutang Indonesia ke Cina akan dilunasi oleh Arab Saudi. Selain investasi, juga ada nada hibah. Ini juga pernyataan dari pejabat teras kita.

Kehebohan lain adalah jumlah anggauta rombongan raja Salman yang disebutkan tidak kurang dari 1500 orang. Bukan hanya itu. Dalam rombongan raja Salman akan ada belasan menteri dan puluhan pangeran yang akan ikut. Semuanya ini akan datang ke Indonesia dengan pesawat-pesawat terbang terbaru dari Saudi, perusahaan penerbangan Arab Saudi.  Bahkan yang juga menjadi pusat perhatian adalah adanya rombongan pendahulu yang khusus mengamankan kedatangan raja Salman. Sementara, untuk raja Salman sendiri akan disediakan dua eskalator khusus ketika akan turun dari pesawat. Satu eskalator disiapkan di bandara Halim Perdanakusuma, sedangkan eskalator lainnya akan disiapkan di bandara Ngurah Rai Denpasar ketika raja Salman dan seluruh rombongannya akan berlibur di pulau Bali.

Hubungan:

Hubungan Arab Saudi dengan Indonesia bukan baru sehari dua hari. Hubungan yang basisnya adalah karena Indonesia mayoritas penduduknya beragama Islam tidak bias dipungkiri  menjadi akar dari hubungan antara kedua bangsa tersebut. Apalagi ditambah dengan banyaknya orang Indonesia yang menunaikan ibadah Haji, membuat hubungan kedua bangsa ini menjadi akrab.

Walaupun hubungan antara kedua negara tersebut boleh dikatakan sangat akrab, tidak demikian halnya dalam dunia bisnis. Dalam sektor bisnis, hubungan Indonesia dengan Arab Saudi boleh dikatakan biasa-biasa saja, tidak istimewa. Di kawasan ASEAN, nampaknya Arab Saudi lebih memiliki hubungan akrab, khusus, dan istimewa dengan Malaysia. Investasi Arab Saudi bagus, khusus, dan istimewa. Mengapa demikian, entahlah. Boleh jadi karena dalam aspek politik Malaysia Malaysia lebih banyak sejalan dengan Arab Saudi. Apalagi Malaysia  dikenal sebagai negara yang konstitusinya Islam.  Padahal jumlah penduduknya jauh lebih sedikit dibanding dengan Indonesia.

Dalam berbisnis, nampaknya Arab Saudi menemukan semacam comfort zone di Malaysia. Suasana Islam terdapat di banyak negara bagian di Malaysia. Apalagi di ibukota Kuala Lumpur. Makanan dengan label halal menjadi jaminan di negeri jiran ini. Ini jelas sangat penting bagi para pengusaha Arab Saudi. Sepertinya Malaysia sudah menjadi comfort zone bagi Arab Saudi, khususnya dalam berbisnis.

Aspek lain yang boleh jadi sangat menentukan dalam berbisnis adalah kepastian hukum.  Malaysia dikenal sebagai negara yang lebih meyakinkan dalam kepastian hukum dalam bisnis. Kemudahan dalam membuka usaha dan menjalankan usaha di Malaysia lebih bagus dibanding dengan di Indonesia. Sementara, soal disiplin juga ikut memegang peranan penting.

Indonesia:

Akan halnya investasi Arab Saudi sangat menarik untuk ditelaah. Sebelum membahas investasinya di Indonesia, ada baiknya melihat investasi Arab Saudi di negara-negara lain di Asia. Menurut  data BBKPM investasi Arab Saudi yang terbesar adalah di Cina sebesar USD 19.4 milyar. Disusul oleh Korea Selatan sejumlah USD 5.3 milyar dan kemudian Pakistan USD 3.8 milyar. Sedangkan Indonesia hanya  USD 1.7 milyar, yang kemudian disusul berturut-turut oleh India USD 1 milyar dan Vietnam yang terkecil USD 0.3 milyar.

Kunjungan raja Salman baru-baru ini ke Malaysia, pihak Arab Saudi memutuskan untuk investasi USD 7 milyar, yang dalam hal ini Aramco membeli saham di proyek  kilang minyak dan petrokimia yang dimiliki Malaysia.  Sementara itu, investasi Arab Saudi di Indonesia dilukiskan sebagai no big dealoleh salah satu Koran berbahasa Inggris yang terbit di Jakarta. Tidak kurang dari Duta Besar Arab Saudi Indonesia, Osama Mohammed mengatakan bahwa lebih banyak persiapan diperlukan dalam kaitannya dengan Indonesia. Sementara itu, tahun lalu investasi Arab Saudi di Indonesia USD 900.000 turun drastis dari tahun 2015 yang jumlahnya USD 30 juta.

Masih tentang investasi Arab Saudi di Indonesia, sepertinya baru sebatas penandatanganan MOU atau Nota Kesepahaman. Tidak kurang dari 10 MOU ditandatangani oleh kedua belah pihak, Arab Saudi dan Indonesia saat raja Salman mengunjungi Indonesia. Jumlah investasi Arab Saudi terkait dengan kunjungan raja Salman hanya USD 6 milyar atau Rp. 89 trilyun sangat kecil dibandingkan dengan investasi Arab Saudi di Cina sejumlah USD 65 milyar atau setara dengan Rp. 870 trilyun.

Lebih jauh investasi Arab Saudi di Indonesia hanya menduduki peringkat 36 sejak 2012-2016 dengan jumlah USD 140 juta. Nomor urut 36 adalah dari sebanyak 115 negara yang investasi di Indonesia.  Rincian investasi Arab Saudi di Indonesia dengan 112 proyek farmasi dan kimia dasar sebesar USD 28.8 juta, investasi di hotel dan restoran dengan 17 proyek  sebesar USD 2.6 juta, dan sektor perdagangan serta reparasi USD 2.4 juta dengan 25 proyek.  Memang masih ada investasi di sektor pertambangan, perumahan, dan perkantoran, dan sektor lainnya yang jumlahnya hanya USD  700.00. Nampak sekali bahwa investasi Arab Saudi di Indonesia jumlahnya terbatas kalau tidak mau disebut kecil.

Kecewa:

Presiden Joko Widodo akhirnya tidak bisa menyembunyikan kekecewaannya.  Baru-baru ini kekecewaannya karena investasi Arab Saudi yang sangat kecil jika dibandingkan investasi Arab Saudi di Cina. Bahkan juga lebih kecil jika dibandingkan dengan investasi Arab Saudi di Malaysia.  Menarik ketika dilanjutkan oleh Presiden Joko Widodo bahwa Indonesia harus introspeksi. Dikemukakan bahwa dalam kemudahan usaha Indonesia menduduki urutan ke 91. Sementara itu, diakui bahwa masalah kepastian hukum di Indonesia boleh jadi menjadi hambatan bagi Arab Saudi untuk investasi di Indonesia.

Sebetulnya Presiden kita sudah tahu betul apa hambatan untuk berusaha di Indonesia. Jadi semuanya terpulang kepada kita sendiri sejauh mana ada political will untuk memperbaiki iklim usaha secara sungguh-sunguh. Perubahan dalam iklim usaha termasuk kepastian hukum memang tidak bisa ditunda lagi. Jangan kaget kalau dalam waktu dekat Vietnam akan menjadi tempat investasi bagi Arab Saudi. Karena semua tahu bahwa perubahan yang dilakukan Vietnam sangat signifikan dalam upaya menarik investasi asing datang ke negeri itu.

Aspek lainnya yang penting dalam menarik investasi Arab Saudi ke Indonesia adalah menumbuhkan trust,bahwa investasi di Indonesia adalah aman, khususnya dalama jangka panjang. Bagaimanapun para pengusaha Arab Saudi membutuhkan jaminan ini. Memang untuk mencapai kondisi seperti itu diperlukan proses dan persiapan. Ini termasuk dalam menyiapkan MOU (nota kesepahaman). Yang utama adalah jauh sebelum ditandatanganinya nota kesepahaman harus dilakukan persiapan secara rinci sehingga pada upacaranya penandatanganan MOU tidak sekadar seremonial, tapi akan dilanjutkan dengan realisasi investasinya. Ini jauh lebih penting dari pada sekadar kegiatan public relations termasuk selfie yang sangat mengehebohkan berbagai media khususnya media sosial.

Kunjungan raja Salman tetap bermanfaat dan harus diberi penghargaan tinggi. Apa yang dilakukan oleh pemerintah Indonesia sebagai tuan rumah dengan keramahtamahannya sangat bagus. Akan tetapi, untuk aspek bisnis jelas masih banyak yang harus kita perbaiki. Tidak ada kata terlambat untuk memperkuat posisi Indonesia di mata Arab Saudi dalam upaya menarik investasi mereka. Walau tidak mudah, peluang untuk ini tetap besar.  Silakan dicoba.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun