Akan halnya pemerintah yang ingin mengendalikan kebenaran, telah digambarkan oleh George Orwell dalam bukunya yang pernah menggemparkan dunia, berjudul 1948. Novel ini pertama kali diterbitkan pada 8 Juni 1949. Dalam novelnya ini George Orwell menggambarkan adanya seorang pemimpin, the big brother, Bung Besar di suatu Negara fiktif.
Bung Besar digambarkan sebagai pemimpin yang nafsu akan kekuasaan sangat besar. Ini direalisasikannya dengan pemimpin yang bernafsu untuk mengendalikan kebenaran di negaranya. Bahkan pikiran rakyatnya juga ingin dia kendalikan. Tentu saja ini adalah suatu political fiction. Ini bukan suatu realita. Pemerintahan tirani yang digambarkan dalam novel ini boleh jadi tidak akan pernah eksis. Ada yang mengkritik novel ini dengan menyebutnya ini hanyalah utopia belaka.
Buku yang ditulis oleh George Orwell ini adalah berdasarkan inspirasi dari isteri keduanya, Sonia Orwell. Lepas dari setuju atau tidak setuju terhadap karya George Orwell ini, faktanya buku ini mendapat sambutan hangat di mana-mana. Walau begitu, mereka yang punya akal sehat dan pro-demokrasi pasti tidak mengharapkan tirani semacam ini muncul di negara manapun.
Kembali kepada urusan hoax, apakah memang ada cara yang tepat untuk menghentikan hoax dengan jalan menentukan kriteria yang hoax dan yang bukan hoax? Berapa biaya dan energi yang dikeluarkan dengan sistem kontrol terhadap media sosial yang mempunyai jutaan postingan, lintasan, dan pergerakan setiap menit? Tentu masih banyak pertanyaan yang terkait dengan urusan hoax.
Hanya saja kalau berbasis azas manfaat, dengan hati dingin dan akal sehat, bukankah hoax dengan media sosial ini hanya mode belaka, yang boleh jadi akan hilang dengan sendirinya kalau ada media sosial jenis baru yang akan meminggirkan semua media sosial yang ada sekarang? Bukankah intensitas hoax yang tinggi karena terkait dengan Pilkada DKI 2017 yang akan menurun usai Pilkada DKI 2017? Akan tetapi, nampaknya hoax akan muncul lagi pada 2019 menjelang Pilpres.
Akan halnya soal hoax ada baiknya dikembalikan kepada setiap orang untuk mampu membuang hoax yang tidak sesuai dengan akal sehat. Namun demikian masyarakat harus tetap waspada dan jangan kecewa jika hoax akan terus berdatangan. Hati-hati karena bisa saja hoax bergerak di sekitar kita. Asal kita tidak mengedarkan hoax, apalagi memproduksi hoax. Awas ada hoax!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H