Untuk melaksanakan semua ini kita harus memiliki sumber daya manusia yang berkelas. Lulusan dari Perguruan Tinggi kita harus kita kirim negara-negara maju untuk memperoleh pendidikan tambahan. Â Bagaimanapun kita harus mampu menjalankannya dengan sumber daya manusia kita sendiri. Kerja sama dengan industri bahan baku global bisa dimungkinkan selama sama-sama memperoleh manfaatnya.
Satu catatan utama adalah untuk memulainya  harus ada masukan, partisipasi, dan kemitraan dengan industri farmasi nasional. Intinya adalah partisipasi pemain-pemain utama dalam industri farmasi kita. Ini yang tidak mudah. Karena bagi mereka ini semua ekonomi biaya tinggi. Belum lagi kalau sudah bicara kualitas yang harus pharmaceutical grade. Sudah bukan rahasia lagi bahwa akan lebih ekonomis jika mengimpor bahan baku dari negara-negara tertentu.
Adakah solusinya?:
Tidak mudah untuk mengalahkan ego kita sendiri apalagi bercampur dengan rasa nasionalisme. Tanpa ingin mengecilkan keinginan untuk memiliki industri bahan baku obat sendiri, nampaknya akan lebih realistis jika kita tidak terburu-buru mendirikannya. Akan lebih baik berjalan seperti ini. Bahan baku obat tetap kita impor. Tentu dengan potensi pasar kita yang besar, seharusnya kita bisa memperkuat posisi tawar menawar yang kita miliki.
Sementara kita lupakan cita-cita untuk mempunyai industri bahan baku obat. Â Ini bukan sama sekali untuk menumbuhkan pesimisme. Karena banyak hal yang lebih penting dalam bidang farmasi yang bisa dikembangkan. Mendukung modernisasi industri jamu kita akan merupakan pilihan yang lebih baik. Justru ini kekuatan utama kita sesungguhnya yang tidak akan mampu pihak lain melakukan copy paste. Tentu saja industri famasi obat modern tetap harus didukung untuk berkembang. Walaupun secara ekonomis hampir tidak mungkin bagi para pemain utama industri farmasi kita menjadi perusahaan yang berbasis riset dan inovasi untuk menemukan obat baru kalau memulainya dari fase awal. Karena biayanya yang sangat tinggi. Akan tetapi, bukan tidak mungkin jika para pemain utama dalam industri farmasi kita melakukannya dari fase menengah (intermediate).
Kembali kepada industri bahan baku obat, akan merupakan suatu anomali dalam ekonomi kesehatan bahwa jika lebih ekonomis mengimpor bahan bahan baku obat, mengapa kita harus memiliki industri bahan baku obat sendiri? Bagaimanapun efisiensi dan efektifitasa selalu merupakan pertimbangan dasar dalam bisnis. Bukankah demikian?.
Â
Â
Sumber gambar:Â http://ahlikolesterol.com/wp-content/uploads/2015/02/obat-obatan.jpg
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H