Mohon tunggu...
Ahmad Fuad Afdhal
Ahmad Fuad Afdhal Mohon Tunggu... Dosen - Ph.D.

Pengamat isu sosial

Selanjutnya

Tutup

Bola

Sudah berakhirkah Era Sepp Blatter di FIFA?

10 Juni 2015   14:38 Diperbarui: 17 Juni 2015   06:08 108
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

 

Pangeran Ali bin Al-Hussein dan Michel Platini. Namun diprediksi Blatter tidak akan lepas tangan begitu saja. Bahkan sudah terdengar informasi bahwa Blatter akan mengurangi jumlah anggota Executive Committee. Selain itu terbetik berita bahwa kekuasaan tidak lagi di tangan Konfederasi melainkan akan dilimpahkan ke negara-negara anggota FIFA yang diwakili oleh asosiasi sepakbola masing-masing negara.

 

Pada saat yang hampir bersamaan dengan munculnya isu akan ada perubahan dalam mekanisme kerja FIFA, telah mengundang  Francisco Toro untuk mengungkapkan gagasannya dalam membersihkan FIFA. Toro yang merupakan penemu dari blog CaracasChronicles berpendapat bahwa sistem one nation one vote sudah waktunya diubah. Argumentasinya adalah bahwa sistem ini tidak adil. Jelasnya, bahwa 50 % dari hak suara berada pada 105 negara yang hanya mewakili 2.2 % dari para pemain sepakbola. Gagasannya adalah one player one vote. Dengan cara ini maka negara-negara besar dalam sepakbola yang banyak memiliki pemain sepakbola seperti Jerman, Inggris, Brazil, Perancis, Italia, Cina, Rusia, Amerika Serikat, Negeri Belanda, Afrika Selatan,  Jepang, dan Kanada secara bersama akan mewakili 60 % hak suara. Cara ini akan lebih masuk akal dan adil.

 

Masukan dan pandangan seperti ini bersama dengan makin kerasnya untuk melakukan perubahan, reformasi dan revitalisasi FIFA makin menguat. Sementara itu, pengungkapan kasus penyogokan dan korupsi semakin terbuka, termasuk yang menyangkut penunjukkan Afrika Selatan sebagai penyelenggara  Piala Dunia 2010. Bahkan boleh jadi akan terbuka tabir terbitnya keputusan penyelenggaraan Piala Dunia 2018 di Qatar dan Piala Dunia 2022 di Russia. Ini terlihat dengan sibuknya petinggi Qatar Al Thani dan Vladimir Putin pagi-pagi sudah mememberikan informasi kepada para pemangku kepentingan sepakbola.

 

Di luar semua ini, kita tidak boleh meremehkan Sepp Blatter yang terkenal ahli strategi dan licin. Agak sulit dipercaya bahwa Blatter akan menyerahkan begitu saja kekuasaan yang dimilikinya selama 17 tahun. Ada dugaan dia akan berusaha keras agar penggantinya kelak adalah orangnya dia sendiri atau orang yang dia percaya. Semua kemungkinan tetap terbuka termasuk kemungkinan gagalnya strategi Blatter untuk mempertahankan hegemoni. Bagaimanapun tidak sedikit pendukung Blatter, karena mereka merasa jasa Blatter tidak kecil dalam menyebarluaskan sepakbola, termasuk berkembangnya sepakbola wanita dan pertama kalinya penyelenggaraan turnamen olahraga tingkat Dunia di Afrika Selatan. Oleh karena itu kita tunggu saja ke mana akan bergulirnya bola. Bagi mayoritas penggemar sepakbola pasti mengharapkan munculnya FIFA baru dalam arti luas, termasuk membatasi masa jabatan Presiden hanya 2 periode atau 10 tahun.

 

 

 

Ahmad Fuad Afdhal

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun